28 Sya'ban 1444  |  Selasa 21 Maret 2023

basmalah.png

PRASANGKA

Fiqhislam.com - Sejelek-jelek orang adalah yang tidak dipercaya oleh siapapun karena sangkaan buruknya dan tidak ada seorangpun yang percaya kepadanya karena kesannya yang buruk. Jangan sekali-kali buruk sangka menguasai diri karena sesungguhnya ia tidak meninggalkan antara kita dengan Tuhan suatu perdamaian.

Jangan sekali-kali menduga satu kalimatpun yang keluar dari seseorang sebagai keburukan, dugalah bahwa didalam kalimatnya mengandung kebaikan. Buruk sangka melayukan hati, mencurigai orang yang terpercaya menjadikan asing kawan yang ramah dan merusak kecintaan saudara.

Alangkah bagusnya berbaik sangka, hanya saja didalamnya terdapat kelemahan. Dan alangkah buruknya berburuk sangka, hanya saja didalamnya terdapat ketetapan hati. Kedengkian adalah cacat agama, kesedihan yang pasti, pikiran yang kacau, kesulitan yang terus menerus, sumber malapetaka.

Kedengkian adalah perangai yang rendah dan seorang pendengki melihat hilangnya nikmat orang lain merupakan kenikmatan baginya. Kedengkian diwariskan sebagaimana di wariskannya harta, jika Allah berkehendak menguasakan seorang hamba kepada seorang musuh yang tidak mempunyai belas kasih kepadanya maka Allah akan menguasakannya kepada seorang pendengki dan seorang pendengki tidak akan pernah puas sehingga salah seorang meninggal dunia.

Kedengkian menyebabkan kemarahan, kemarahan menyebabkan perselisihan,  perselisihan menyebabkan perpecahan, perpecahan menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan hilangnya kekuasaan dan sirnanya kenikmatan.

Kesedihan dan kemarahan adalah dua pemimpin yang menuntut terjadinya suatu kejadian yang berlawanan dengan yang disukai, jika datang dari orang yang lebih tinggi menyebabkan kesedihan, jika datangnya dari orang yang lebih rendah menyebabkan kemarahan.

Jika besedih atas sesuatu yang lepas dari tangan, hendaklah juga bersedih atas apa yang belum sampai ketangan. Orang yang paling buruk keadaannya adalah orang yang punya pengetahuan luas, kuat ambisinya tetapi kecil kemampuannya dalam kebajikan, maka tampaklah kefakiran dirinya yang akan membangkitkan penyakit kedengkian. (Ali bin Abi Thalib r.a)

(*)Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. (*)Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu [34:Saba’:20~21]

Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga [10:Yunus:66]

Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan  dari apa  yang  kamu kerjakan (*)Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhan-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi [41:Fushshilat:22~23]

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (*)Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk [06:Al An'aam:116~117]

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui [02:Al Baqarah:216]

Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahannam. dan (neraka jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali [48:Al Fath:6]

Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?, (*)Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian (*)Tidakkah kamu perhatikan   bagaimana   Allah  telah    menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? [71:Nuh:13~15]

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim [02:Al Baqarah:193]

Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh [02:Al Baqarah:217]

Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?. (*)Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu [47:Muhammad: 29~30]

`Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, (*)dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir` [10:Yunus:85~86]

`Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman` [59:Al Hasyr:10]

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu  musibah  kepada  suatu   kaum    tanpa   mengetahui  keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu [49:Al Hujuraat:6]

Rasulullah Saw bersabda: Allah SWT berfirman: ’Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya jika ia memanggil-Ku (ber-doa kepada-Ku)’ [HR. Ahmad]

Rasulullah Saw bersabda: Bukan termasuk umatku yaitu; pendengki, pengumpat dan peramal; dan Akupun tidak termasuk golongan mereka [HR. Thabrani]

Rasulullah Saw bersabda: Jauhilah dengki, karena dengki memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar [HR. Abu Daud]

Rasulullah Saw bersabda: Hati-hatilah kalian terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu merupakan perkataan yang paling dusta, dan janganlah kalian saling intai mengintai, dan janganlah kalian saling  berprasangka, dan  janganlah kalian saling bersaing dan jangan pulalah kalian saling dengki mendengki, dan janganlah kalian saling benci membenci, dan janganlah kalian saling jerumus menjerumuskan, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Janganlah kalian berbicara dengan ucapan yang buruk, janganlah kalian sindir menyindir, janganlah kalian memperdengarkan khabar orang lain dan janganlah sebagian kalian menjual atas jualan sebagian yang lain. Sementara itu, jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Janganlah kalian takabur, karena sifat takaburlah yang mendorong iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam. Janganlah kalian berkeinginan yang menggebu-gebu, karena sesungguhnya keinginan yang menggebu-gebulah yang mendorong Adam untuk memakan buah terlarang, dan janganlah kalian dengki karena sesungguhnya ke-dua anak Adam (Qabil dan Habil) seorang diantaranya membunuh yang lainnya karena terdorong oleh rasa dengki. Sesungguhnya semua sifat yang telah disebutkan tadi merupakan pangkal setiap perbuatan dosa [HR. Ibnu Asakir]

Rasulullah Saw bersabda: Apabila seseorang diantara kalian melihat orang lain memiliki keutamaan dalam hal harta dan rupa lebih darinya, maka lihatlah orang yang lebih rendah dari padanya [HR. Ibnu Syaikhan]

Rasulullah Saw bersabda: Fitnah akan melekat di hati manusia bagaikan tikar yang dianyam secara tegak menegak antara satu sama lain. Mana-mana hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana hati yang tidak dihinggapinya, akan terlekat padanya bintik-bintik putih, hingga hati tersebut terbagi dua: sebagiannya menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. maka sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bejana tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran, segala-galanya adalah mengikuti keinginan [HR. Bukhari, Muslim]

Kebaikan mendatangkan ketenangan dan dosa mendatangkan kecurigaan. Orang yang berbuat baik akan selalu tenang, sedangkan yang curiga akan selalu sibuk dengan rasa ingin tahu dengan apa yang terjadi, apa yang terberik di hati orang lain dan kepada apa saja yang terjadi dihadapannya. Tersenyum menghadapi cobaan berupa kenyataan-kenyataan pahit dalam hidupnya, tabah menghadapi semua ujian hanya akan membuat kecut wajah orang-orang yang senang melihat penderitaan orang lain dan menyulutkan kemarahan di hati orang-orang yang mendengki.

Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh)`(03:Al Imran:146). Ketika orang percaya bahwa apa yang tidak ia dapatkan itu memang tidak baik untuknya dan yang baik untuknya tidak mungkin luput darinya, maka ia akan menyadari bahwa sikapnya yang tidak menerima itu tidak akan berguna kecuali terhadap kegagalannya mendapatkan yang bermanfaat dan terhadap hasil yang didapatkannya tetapi ternyata membahayakan dirinya. Ketika ketenangan itu sirna maka dengan serta merta kegembiraan, rasa aman, dan kedamaian hidup juga akan lenyap. Itu berarti bahwa nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah ketenangan hati, yang hanya akan didapat dengan keridhaan kepada apa saja yang  dikehendaki  Allah terhadap dirinya.

Hanya orang yang berhati bersihlah yang selamat dari azab Allah, karena hidup mereka bebas dari tipu daya, kebusukan dan kedengkian. Karena hati yang bersih adalah hati yang jauh dari perkara-perkara syubhat, jauh dari menyekutukan Allah dan di jauhkan dari jerat-jerat Iblis yang menyesatkan.

Berharap adalah material untuk membangun kesabaran dan yang akan membantu orang untuk bersabar. Dan alasan untuk berharap dan material untuk membangunnya adalah berbaik sangka kepada Allah, karena berbaik sangka kepada Allah adalah jaminan untuk tidak gagal.

Watak orang-orang yang mulia adalah mereka cenderung meninggikan orang-orang yang bersikap baik kepada mereka dan mengesampingkan orang-orang yang bersikap buruk kepada mereka dan malu jika tidak meluluskan harapan orang yang berharap kepadanya.

Contoh kecintaan Allah kepada hamba-Nya yang selalu berharap dan menanti pertolongan-Nya adalah bahwa jalan keluar dari kesulitan itu hanya akan datang setelah hamba itu mengalami kebuntuan, setelah tidak tahu lagi harus kemana ia mengarahkan cita-cita dan keinginannya, setelah pintu harapannya tertutup, setelah kehabisan akal dan setelah tidak tahu lagi bagaimana mengakhiri tekanan dan cobaan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan Allah kepada hamba-Nya, agar menjadi pendorong bagi dirinya untuk tetap mengarahkan segala harapan dan cita-citanya hanya kepada Allah semata dan agar menjadi peringatan agar terus memperbaiki  prasangka  baiknya  kepada-Nya. Sebagai hamba harus berbaik sangka kepada Rabb-nya, menunggu karunia dari-Nya dan mengharapkan kebijaksanaan-Nya, karena siapa saja yang berada dibawah otoritas kata ‘KUN’ (jadilah), maka ia harus yakin dengan janji-Nya.

Tidak seorangpun yang dapat memberi kebaikan selain Dia, dan tidak pula seorangpun yang dapat menghentikan mara bahaya kecuali Dia. Didalam setiap jiwa Dia telah menentukan kebijaksanaan-Nya, dalam setiap gerakan ada hikmah, dan setiap saat Dia telah menetapkan jalan keluar bagi kesulitan-kesulitan hamba-hamba-Nya.

Dimata orang yang buruk sangka, Rabb-nya hanyalah pecundang yang selalu menempatkan dirinya dalam kesialan, karunia yang didapatnya terlalu kecil, dan musibah-musibah yang tak kunjung berakhir. Dengan mata yang sudah tidak jernih seperti ini, bagaimana mungkin ia bisa merasakan kasih sayang Rabb-nya, bagaimana ia bisa merasakan kebahagiaan, dan bagaimana ia bisa merasa hidup?.

Sungguh tidak ada kehidupan bagi orang yang selalu membenci dan mendendam, karena ia selalu dalam keadaan yang tidak jelas, selalu merasa bahwa ia berhak mendapat yang lebih dari apa yang sudah diterimanya. Dan dalam pandangannya, Rabb-nya telah menghalanginya, mengecilkan keberadaannya dan membuatnya selalu terpuruk dalam berbagai hal. Maka bagaimana mungkin orang seperti ini akan mencapai kebahagiaan, ketenangan dan kenikmatan hidup. (‘Aidh Al Qarni)

Kegelisahan dan kesedihan yang dirasakan oleh hati, semata-mata karena belum mengenal Allah. Jangan berprasangka buruk terhadap apa yang dijanjikan Allah, karena berprasangka buruk terhadap janji Allah hanya akan menjauhkan dari apa yang sesungguhnya sudah ditetapkan-NYA untuk hamba-Nya. Dan jika berprasangka baik terhadap perbuatan-perbuatan Allah dan tidak mengabaikan apa yang dituntut Allah kepada hamba-Nya maka Allah akan menyempurnakan hak-hak hamba-Nya. (Pustaka)

Mohonlah ampunan-Nya dan memohonlah dengan penuh kerendahan diri dihadapan-Nya. Carilah sebab musabab mengapa kita tidak sanggup melaksanakan perintah-Nya. Mungkin saja kita tidak sanggup melaksanakan perintah itu karena ber-prasangka buruk kepada-Nya atau kita terlalu bangga kepada diri kita sendiri, atau kita terlalu yakin pada daya dan upaya diri kita sendiri, yang berarti kita telah menyekutukan-Nya dengan kekuatan diri kita. (Pustaka)

Orang yang berakal menjadikan agama sebagai syariatnya. sabar dan tenang adalah tabiatnya, pandangan dan pikiran jernih menjadi pedoman hidupnya, jika berbicara yang dibicarakan adalah kebenaran dan selalu membandingkan segala sesuatu dengan pengetahuan-Nya. (Pustaka)