Tujuh Saudara Sepersusuan Nabi Muhammad Saw
Fiqhislam.com - Menyusukan bayi kepada wanita yang bukan ibu kandungnya menjadi tradisi masyarakat Arab. Nabi Muhammad SAW sendiri kala itu disusui oleh wanita dari bani Sa'ad dan beliau memiliki saudara sepersusuan.
Diceritakan dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Khalil, Nabi Muhammad SAW sewaktu kecil disusui oleh dua orang ibu susuan. Keduanya adalah Tsuwaibah dan Halimah As-Sadiyah.
Berikut ini penjelasan mengenai ibu susu dan saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW:
Tsuwaibah, seorang hamba sahaya dari Abu Lahab (Abdul Uzza bin Abdul Muthalib) yang sudah dimerdekakan. Ia menyusui Nabi SAW hanya dalam beberapa hari saja.
Pada sewaktu itu, ia tengah menyusui seorang anak yang bernama Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi, di samping menyusui anaknya sendiri bernama Masruh. Menurut riwayat, Tsuwaibah ini juga baru selesai menyusui paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib.
Halimah As-Sadiyah, seorang perempuan dari kabilah bani Sa'ad. Sesudah disusukan selama beberapa hari oleh Tsuwaibah, Nabi SAW pada akhirnya disusui oleh Halimah di dusun bani Sa'ad.
Selain menyusui Nabi Muhammad SAW, ia juga menyusui Abdullah (saudara laki-laki dari Anisah dan Judzamah anak dari Harits bin Abdul Uzza bin Rafa'ah as-Saidi. Halimah menyusui Nabi Muhammad SAW selama 2 tahun, di samping itu ia juga pernah menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib selama satu hari dan Abu Sufyan al-Harits bin Abdul Muthalib (anak dari paman Nabi SAW).
Dengan demikian, saudara sepersusuan dari Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah bin Abdul Asad, Masruh, Hamzah bin Abdul Muthalib, Abdullah bin al-Harits, Anisah binti al-Harits, Judzamah binti al-Harits, dan Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muthalib.
Di antara saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW tersebut, Hamzah bin Abdul Muthalib menjadi orang yang selalu mendampingi Rasulullah SAW.
Merangkum buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim dan buku Kala Kanjeng Nabi Menangis Menyaksikan Wanita Diazab karya El-Hosniah, Hamzah memiliki julukan "Singa Allah" karena kepahlawanannya pada saat membela Islam. Ia dilahirkan pada tahun yang sama dengan Nabi Muhammad SAW hingga akhirnya mereka tumbuh besar bersama-sama di rumah Abdul Muthalib.
Bukan hanya itu, Hamzah bin Abdul Muthalib ini dikenal memiliki otak yang cerdas dan pendirian yang kuat. Bahkan, ia termasuk ke dalam tokoh Quraisy yang amat sangat disegani. Ia memeluk Islam tepat pada tahun kedua kenabian Rasulullah SAW.
Melansir dari buku Kisah Seru 60 Sahabat Rasul karya Ummu Akbar, dikisahkan bahwa Hamzah ditakdirkan sebagai laki-laki yang kuat dengan badannya yang tegap. Bahkan ia terkenal sebagai penunggang kuda yang cekatan, ahli berpedang dan bela diri.
Secara lebih lengkap dijelaskan pula bahwa meskipun Hamzah tidak langsung memeluk agama Islam, namun ia tidak menunjukkan rasa kebencian kepada Nabi Muhammad SAW. Ia justru melindungi Nabi Muhammad SAW dari para kaum kafir Quraisy.
Semenjak masuk Islam, Hamzah juga selaly mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Islam sehingga Rasulullah SAW memberinya gelar "Asadullah wa asadu rasulihi" (Singa Allah dan Rasul-Nya) karena kepahlawanan dan keberanian Hamzah dalam membela Islam.
Dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim mengisahkan bahwa Hamzah selalu menemani Nabi Muhammad SAW untuk turut serta dalam hijrah bahkan dalam perang sekalipun.
Ibnu Atsir mengatakan pada Kitab Usud al-Ghabah, "Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat, ia tergelincir sehingga terjatuh ke belakang, dan tersingkaplah baju besinya. Saat itu, ia langsung ditembak dan dirobek perutnya.
Lalu, hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya, tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya. Melihat hal tersebut Nabi Muhammad SAW sangat marah hingga pada akhirnya Allah SAW menurunkan firman-Nya:
وَاِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوْا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ بِهٖۗ وَلَىِٕنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصّٰبِرِيْنَ ١٢٦
"Jika kamu membalas, balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Sungguh, jika kamu bersabar, hal itu benar-benar lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl:126)
Demikianlah kisah Hamzah bin Abdul Muthalib, saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW yang juga paman Nabi SAW. [yy/nilam isneni/detik]
Artikel Terkait: