9 Ramadhan 1444  |  Jumat 31 Maret 2023

basmalah.png

Al-Tusi dan Penjaga Rahasia Langit

Al-Tusi dan Penjaga Rahasia Langit

Fiqhislam.com - Suatu ketika, Hulaghu Khan bertanya kepada al-Tusi tentang tujuan membangun observatorium. “Apakah dengan membangunnya akan mendatangkan kekayaan?” tanya Hulagu Khan.

Mendengar pertanyaan itu, al-Tusi menjawab, “Langit adalah kitab terbentang. Membacanya akan membuat kita tenang saat berada di bumi,” ujar al-Tusi. Hulagu Khan pun mengabulkan permintaan al-Tusi untuk mendirikan Observatorium Maragha dengan mengucurkan dana sebesar 2.000 dinar. 

Hulagu Khan percaya, banyak keberhasilan militernya disebabkan oleh nasihat dari para astronom yang ketika itu juga berperan sebagai astrolog, terutama dari Nasir al-Din al-Tusi. Karena itu, ketika al-Tusi mengeluh bahwa tabel astronomi pada masa itu ketinggalan zaman, Hulagu Khan memberikan izin untuk membangun observatorium baru di tempat pilihan al-Tusi.

Observatorium Maragha dibangun 167 tahun sebelum Observatorium Samarkand. Pada masa kejayaannya, banyak ahli astronom Cina dikirim untuk melihat Observatorium Maragha. Setelah kembali ke Cina, para ahli tersebut membangun sebuah observatorium di Samarkand berdasarkan bangunan Observatorium Maragha. Tak hanya di Samarkand, bentuk Observatorium Maragha diadaptasi menjadi observatorium di Istanbul (Turki) dan di Jaipur (India). 

Observatorium Maragha adalah observatorium terbesar pada masanya yang terdiri atas serangkaian bangun an menempati area sepanjang 150 meter dan lebar 350 meter. Salah satu bangunannya adalah kubah dan perpustakaan yang terdiri atas 400 ribu koleksi buku dalam berbagai disiplin ilmu, seperti astrologi atau astronomi. 

Para astronom dari seluruh Persia, Suriah, Anatolia, dan bahkan Cina berkumpul di Observatorium Maragha. Sejumlah astronom terkemuka yang bekerja sama dengan al-Tusi, di antaranya, Muhyi al-Din al-Maghribi, Mu’ayyid al-Din al-’Urdi dari Damaskus, Qutb al-Din al-Syirazi, dan astronom Cina yang memperbaiki sistem ptolemaicdan digunakan oleh al-Tusi. [yy/republika]

 

Al-Tusi dan Penjaga Rahasia Langit

Fiqhislam.com - Suatu ketika, Hulaghu Khan bertanya kepada al-Tusi tentang tujuan membangun observatorium. “Apakah dengan membangunnya akan mendatangkan kekayaan?” tanya Hulagu Khan.

Mendengar pertanyaan itu, al-Tusi menjawab, “Langit adalah kitab terbentang. Membacanya akan membuat kita tenang saat berada di bumi,” ujar al-Tusi. Hulagu Khan pun mengabulkan permintaan al-Tusi untuk mendirikan Observatorium Maragha dengan mengucurkan dana sebesar 2.000 dinar. 

Hulagu Khan percaya, banyak keberhasilan militernya disebabkan oleh nasihat dari para astronom yang ketika itu juga berperan sebagai astrolog, terutama dari Nasir al-Din al-Tusi. Karena itu, ketika al-Tusi mengeluh bahwa tabel astronomi pada masa itu ketinggalan zaman, Hulagu Khan memberikan izin untuk membangun observatorium baru di tempat pilihan al-Tusi.

Observatorium Maragha dibangun 167 tahun sebelum Observatorium Samarkand. Pada masa kejayaannya, banyak ahli astronom Cina dikirim untuk melihat Observatorium Maragha. Setelah kembali ke Cina, para ahli tersebut membangun sebuah observatorium di Samarkand berdasarkan bangunan Observatorium Maragha. Tak hanya di Samarkand, bentuk Observatorium Maragha diadaptasi menjadi observatorium di Istanbul (Turki) dan di Jaipur (India). 

Observatorium Maragha adalah observatorium terbesar pada masanya yang terdiri atas serangkaian bangun an menempati area sepanjang 150 meter dan lebar 350 meter. Salah satu bangunannya adalah kubah dan perpustakaan yang terdiri atas 400 ribu koleksi buku dalam berbagai disiplin ilmu, seperti astrologi atau astronomi. 

Para astronom dari seluruh Persia, Suriah, Anatolia, dan bahkan Cina berkumpul di Observatorium Maragha. Sejumlah astronom terkemuka yang bekerja sama dengan al-Tusi, di antaranya, Muhyi al-Din al-Maghribi, Mu’ayyid al-Din al-’Urdi dari Damaskus, Qutb al-Din al-Syirazi, dan astronom Cina yang memperbaiki sistem ptolemaicdan digunakan oleh al-Tusi. [yy/republika]

 

Karya Terjemahaan al-Tusi Jadi Rujukan Madrasah Dunia Islam

Karya Terjemahaan al-Tusi Jadi Rujukan Madrasah Dunia Islam


Fiqhislam.com - al-Tusi juga menerjemahkan buku Elements Of Geometry karya Euclid ke dalam bahasa Arab dengan judul Tahrir Kitab Usul al-Handasa li Uqlidi dan selesai ditulis pada 1248 M. Menurut Sayyed Hossein Nasr, terjemahan al-Tusi ini digunakan sebagai buku rujukan di madrasah dunia Islam pada abad ke-13 M. 

Abbe Toderini berkomentar, geometri adalah salah satu pelajaran cabang matematika yang diajarkan di Turki. Di madrasah, para guru mengajarkan geometri kepada siswa dan diajarkan saat kelas matematika dan kelas retorika. Sebagai pegangan, digunakanlah terjemahan bahasa Arab oleh al-Tusi, Elements Of Geometry, karya Euclid.

Karya al-Tusi lainnya adalah Risalah Bist Bab Dar Marifet Asturlab. Buku ini tentang astronomi dan menjadi rujukan untuk mempelajari astronomi pada 1649 M. Buku ini kemudian dikritisi oleh Muhammad Ibn Haci Ibn Suleyman al-Bursavi dengan judul Sharh Bist Bab Dar Ma’rifat Asturlab pada 1494 M. Ada 52 kopi buku ini di perpustakaan Turki. 

Al-Tadkhira fi I’lm al- Haya atau Memoir on the Science of Astronomy adalah satu karya al-Tusi yang orisinal dan paling berpengaruh dalam astronomi Arab. Buku ini berisi tentang prinsipprinsip umum astronomi dan menjelaskan konsep Ptolemaic, seperti epicycle theory dan memperkenalkan bentuk baru planet. Buku ini merupakan satu dari dua buku yang diajarkan di Samarkand dalam mata pelajaran matematika atau astronomi. 

Kemudian, karya al-Tusi lainnya adalah buku Tansuq Namayi Ilhani yang digunakan dalam mempelajari mineral, bebatuan, dan bijih besi. Dalam bahasa Inggris, buku ini berjudul Book on Precious Stones dan aslinya ditulis al-Tusi dalam bahasa Persia di Maragha untuk Hulagu Khan.

Pada abad ke-15 M, buku ini dialihbahasakan oleh Mustafa Ibn Seydi pada masa Sultan Murad II dengan judul Tarjama Tansugname Ilhani. Dalam buku ini berisi juga pengobatan tradisi Cina dan Turki serta manfaat dan karakteristik bebatuan, seperti mutiara, mirah delima, zamrud, permata, dan pirus.

Buku berikutnya dari al-Tusi adalah Tahrir al-Majisti, terjemahan buku The Almagest karya Ptolemy dan Kasf al-Qinaan-Asrar al-Shakl al-Qatta yang berisi sistem trigonometri karya al-Tusi yang ditulis dalam bahasa Arab dan dialihbahasakan ke bahasa Persia. Menjelang abad ke-19 M, kitab ini diterjemahkan dalam bahasa Turki dan Prancis. [yy/republika]