Merengkuh Lailatul Qadar
Fiqhislam.com - Rasulullah SAW pernah menceritakan kisah empat lelaki dari Bani Israil. Mereka menyembah Allah selama 80 tahun tanpa durhaka kepada-Nya. Mereka ialah Ayyub, Zakaria, Hizkil Ibnu al-Ajuz, dan Yusya' Ibnu Nun.
Kemudian para sahabat merasa kagum mendengar kisah itu. Maka datanglah Malaikat Jibril dan berkata, sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan yang lebih baik dari itu. Kemudian, Jibril membacakan surah al-Qadar 1-3.
Di antara para sahabat, Abu Dzar lah yang paling sering menanyakan perihal Lailatul Qadar kepada Rasulullah SAW. Ia bertanya, "Wahai Rasul, apakah Lailatul Qadar hanya di bulan Ramadhan ataukah ada di bulan lain?" Rasul menjawab, "Tidak, ia hanya ada di bulan Ramadhan."
Ia bertanya lagi, "Apakah Lailatul Qadar ada hingga hari kiamat?" Rasul menjawab, "Lailatul Qadar ada hingga hari kiamat." Ia bertanya lagi, "Kapankah Lailatul Qadar bisa dijumpai dalam Ramadhan?" Rasul menjawab, "Carilah Lailatul Qadar dalam 10 malam terakhir. Jangan kamu bertanya lagi mengenai apa pun sesudah ini".
Lalu Rasul melanjutkan perbincangannya, kemudian Abu Dzar memotong pembicaraannya dan bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, aku bersumpah kepadamu demi hakku atas dirimu setelah engkau menceritakan kepadaku, di malam dua puluh berapakah Lailatul Qadar itu?" Maka beliau kelihatan marah. Lalu beliau bersabda, "Carilah ia di malam-malam tujuh terakhir dan jangan lagi engkau menanyakan kepadaku setelah ini".
Diriwayatkan Aisyah RA, bila masuk 10 hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar galibnya turun pada malam-malam ganjil sepertiga akhir Ramadhan.
Dalam Hasyiyah al-Bajuri, diterangkan bahwa Imam Syafi'i memprediksi yang paling diharapkan ialah malam 21 atau 23. Sementara dalam I'anatut Thalibin diuraikan, ada pula ulama yang meramalkan Lailatul Qadar berdasarkan pada hari pertama datangnya Ramadhan.
Imam Fakhruddin ar-Razi dalam at-Tafsir al-Kabir aw Mafatihul Ghaib menjelaskan, persoalan kematian, kiamat, dan Lailatul Qadar memang sengaja disamarkan oleh Allah SWT agar manusia senantiasa meningkatkan ketakwaannya. Justru di situlah letak keadilan Allah. Andai Allah menjelaskan hal ghaib itu, tentu Allah berlaku zalim kepada hamba-Nya sebab dikhawatirkan umat manusia hanya berbondong-bondong mengejar amal hanya pada saat tertentu.
Karakteristik dari Lailatul Qadar ialah turunnya para malaikat membanjiri bumi dengan membawa keberkahan dan rahmat. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW menjelaskan ciri malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang sedang lagi terang, tidak panas dan tidak dingin, dan pada keesokan harinya cahaya mataharinya agak kemerah-merahan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar (QS 97: 5). Semoga kita semua mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Wallahu a'lam. [yy/republika]
Oleh Muhammad Farid Fad
Artikel Terkait: