pustaka.png
basmalah2.png


28 Jumadil-Awwal 1445  |  Selasa 12 Desember 2023

Kiat Cegah Penularan Hepatitis B dari Ibu Hamil Ke Bayi

Fiqhislam.com - Ibu hamil yang mengidap hepatitis B dapat menularkan penyakit tersebut kepada bayi yang dia lahirkan. Penularan ini perlu dicegah karena 90 persen bayi yang terinfeksi akan mengidap hepatitis B kronik atau jangka panjang.

"Jadi yang paling penting memang mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi," ungkap Dr dr Irsan Hasan SpPD-KGEH FINASIM dalam webinar yang diselenggarakan Kalbe Ethical Customer Care (KECC) dan Hepamax, beberapa waktu lalu.

Untuk itu, setiap ibu hamil perlu mengetahui status kesehatannya, termasuk soal hepatitis B. Ibu hamil bisa menjalani serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apakah dia positif terhadap hepatitis B atau tidak.

Bila memungkinkan, pemeriksaan hepatitis B bahkan sebaiknya dilakukan sejak sebelum pasangan suami dan istri menikah. Dengan begitu, kondisi hepatitis B bisa diketahui dan ditangani lebih dini.

Terkait cara persalinan, hingga saat ini belum ada anjuran yang mewajibkan ibu hamil penderita hepatitis B untuk melahirkan melalui bedah caesar. Di dunia medis, hal ini sempat menjadi perdebatan.

Namun, berdasarkan penelitian, ibu hamil dengan hepatitis B diperbolehkan untuk melahirkan secara normal. Akan tetapi, bayi yang dilahirkan harus mendapatkan suntikan vaksin dan immunoglobulin.

"Vaksin saja tidak cukup, harus ada tambahan namanya immunoglobulin," jelas Irsan.

Waktu pemberian vaksin hepatitis B dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) juga harus diperhatikan. Pemberian keduanya harus dilakukan dengan segera pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita hepatitis B.

"Paling lambat 24 jam setelah kelahiran, kalau bisa dalam 12 jam setelah kelahiran," jelas Irsan.

Untuk mencegah penularan, Irsan mengatakan, ada protokol lain yang menganjurkan ibu hamil untuk meminum obat sejak tiga bulan menjelang kelahiran. Dengan cara ini, proteksi yang diberikan pada bayi bisa lebih optimal.

"Bahkan ada protokol lain yang digunakan dokter spesialis penyakit dalam, ibu (hamil) minum obat tiga bulan menjelang kelahiran, baru proteksi mendekati 100 persen," papar Irsan. [yy/republika]

Fiqhislam.com - Ibu hamil yang mengidap hepatitis B dapat menularkan penyakit tersebut kepada bayi yang dia lahirkan. Penularan ini perlu dicegah karena 90 persen bayi yang terinfeksi akan mengidap hepatitis B kronik atau jangka panjang.

"Jadi yang paling penting memang mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi," ungkap Dr dr Irsan Hasan SpPD-KGEH FINASIM dalam webinar yang diselenggarakan Kalbe Ethical Customer Care (KECC) dan Hepamax, beberapa waktu lalu.

Untuk itu, setiap ibu hamil perlu mengetahui status kesehatannya, termasuk soal hepatitis B. Ibu hamil bisa menjalani serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apakah dia positif terhadap hepatitis B atau tidak.

Bila memungkinkan, pemeriksaan hepatitis B bahkan sebaiknya dilakukan sejak sebelum pasangan suami dan istri menikah. Dengan begitu, kondisi hepatitis B bisa diketahui dan ditangani lebih dini.

Terkait cara persalinan, hingga saat ini belum ada anjuran yang mewajibkan ibu hamil penderita hepatitis B untuk melahirkan melalui bedah caesar. Di dunia medis, hal ini sempat menjadi perdebatan.

Namun, berdasarkan penelitian, ibu hamil dengan hepatitis B diperbolehkan untuk melahirkan secara normal. Akan tetapi, bayi yang dilahirkan harus mendapatkan suntikan vaksin dan immunoglobulin.

"Vaksin saja tidak cukup, harus ada tambahan namanya immunoglobulin," jelas Irsan.

Waktu pemberian vaksin hepatitis B dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) juga harus diperhatikan. Pemberian keduanya harus dilakukan dengan segera pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita hepatitis B.

"Paling lambat 24 jam setelah kelahiran, kalau bisa dalam 12 jam setelah kelahiran," jelas Irsan.

Untuk mencegah penularan, Irsan mengatakan, ada protokol lain yang menganjurkan ibu hamil untuk meminum obat sejak tiga bulan menjelang kelahiran. Dengan cara ini, proteksi yang diberikan pada bayi bisa lebih optimal.

"Bahkan ada protokol lain yang digunakan dokter spesialis penyakit dalam, ibu (hamil) minum obat tiga bulan menjelang kelahiran, baru proteksi mendekati 100 persen," papar Irsan. [yy/republika]

Banyak Orang tak Sadar Idap Hepatitis B

Banyak Orang tak Sadar Idap Hepatitis B


Indonesia termasuk negara dengan pengidap hepatitis B yang tinggi. Ironisnya, cukup banyak orang yang tak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut.

Hepatitis B kerap tak disadari di tahap awal karena umumnya tak bergejala. Oleh karena itu, penyakit ini kerap dianggap sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg positif di Indonesia adalah 7,1 persen. Proporsi HBsAg positif pada kelompok balita diketahui sebesar 4,2 persen.

"Sayangnya, para pengidap hepatitis B sebagian besar tidak menyadari sampai timbul komplikasi atau terlambat," ungkap Dr dr Irsan Hasan SpPD-KGEH FINASIM dalam webinar yang diselenggarakan Kalbe Ethical Customer Care (KECC) dan Hepamax.

Irsan mengungkapkan, dua poin penting mengenai hepatitis B yang perlu diketahui masyarakat. Berikut adalah kedua poin penting tersebut.

Gambaran penyakit

Hepatitis B merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh virus dari famili Hepadnaviridae. Hepatitis B bisa bersifat akut atau kronis.

Hepatitis B akut merupakan hepatitis yang baru terkena pada usia dewasa. Hepatitis B akut sering kali tanpa gejala, namun gejala seperti kuning di mata dan kulit bisa timbul.

"Misalnya, dokter nggak sengaja ketusuk jarum habis nyuntik pasien, ternyata pasiennya hepatitis B, dia bisa timbul gejala, matanya kuning, atau mual dan sebagainya," jelas Irsan.

Akan tetapi, kebanyakan kasus hepatitis B adalah hepatitis B kronik yang didapatkan sejak bayi. Hepatitis B kronis umumnya tanpa gejala, dan biasanya baru terdeteksi setelah timbul komplikasi sirosis.

Pada sirosis, hati atau liver akan tampak berbenjol-benjol, ukurannya mengecil lalu menjadi keras. Sirosis bisa berkembang menjadi kanker hati.

"Sirosis itu adalah salah satu komplikasi jangka panjang kalau pengidap hepatitis B yang tidak diobati selama bertahun-tahun," ungkap Irsan.

Gejala setelah komplikasi

Organ hati memiliki lebih dari 500 fungsi. Ketika pengidap hepatitis B sudah mengalami komplikasi sirosis, maka gejala yang timbul bisa sangat beragam. Beberapa di antaranya adalah mual, tidak nafsu makan, Hb rendah, trombositopenia, kuning pada mata hingga, penumpukan cairan pada perut atau asites. [yy/republika]