Risiko Wanita Hamil dengan Gangguan Bipolar, Obat Berperan Penting
Fiqhislam.com - Banyak yang beranggapan wanita dengan gangguan bipolar berisiko menjalani proses panjang dan berat, mulai dari kehamilan, persalinan, menyusui, dan merawat anak. Namun, bukan berarti mereka tidak dapat melakukannya.
Jika Anda atau kerabat Anda merupakan penderita bipolar dan sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan, pastikan untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan dan psikiater untuk mempelajari risiko dan manfaat dari asupan obat bipolar dan pengaruhnya pada kehamilan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui gangguan pada bipolar dan kehamilan. Sayangnya, hasil yang ditemukan masih belum cukup untuk mengambil semua benang merah mengenai risiko gangguan bipolar yang tidak tertangani atau dampak dari asupan obat selama kehamilan. Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan kambuhnya gejala bipolar selama kehamilan juga masih belum jelas.
Akan tetapi, berdasarkan data yang didapat, wanita dengan gangguan bipolar berisiko tinggi mengalami masa-masa kehamilan yang sulit dan buruk. Wanita hamil atau ibu baru dengan gangguan bipolar memiliki tujuh kali risiko masuk rumah sakit dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak memiliki gangguan bipolar.
Setidaknya ada satu penelitian yang telah membahas persepsi umum bahwa kehamilan akan memiliki efek pada wanita dengan gangguan bipolar. Penelitian ini dilakukan pada 89 wanita selama masa kehamilan dan satu tahun setelah melahirkan. Ketika menghentikan obat bipolar untuk periode dari enam bulan sebelum pembuahan hingga 12 minggu setelahnya, para wanita ini menunjukkan gejala berupa:
- Dua kali risiko kambuh
- Risiko 50 persen kekambuhan hanya dalam waktu dua minggu, jika mereka berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba
- Munculnya gejala bipolar sepanjang 40 persen masa kehamilan, atau empat kali lipat dari wanita yang melanjutkan pengobatan bipolar mereka.
Salah satu kekhawatiran terbesar seputar gangguan bipolar dalam kehamilan adalah mengenai efek dari obat-obatan yang dikonsumsi penderita Bipolar. Beberapa wanita dapat terus mengonsumsi obat bipolar dan melahirkan bayi dengan kondisi yang sehat. Tetapi hal itu tidak menutup fakta bahwa ada beberapa obat bipolar yang memiliki peningkatan risiko pada cacat lahir di trimester pertama, seperti cacat tabung saraf, cacat jantung, keterlambatan perkembangan, dan masalah neurobehavioral.
Namun, Anda juga perlu mempertimbangkan risiko terhadap gangguan bipolar yang tidak diobati. Depresi yang tidak diikuti dengan asupan obat, juga berisiko memberikan dampak lain seperti berat badan lahir rendah hingga efek negatif pada perkembangan struktur otak pada bayi. Gejala gangguan suasana hati juga dapat menyebabkan perilaku yang dapat membahayakan bayi, seperti perawatan prenatal yang buruk, nutrisi buruk, kenaikan penggunaan alkohol atau tembakau, stres dan depresi
Dokter Anda mungkin menyarankan untuk menghentikan beberapa obat dan melanjutkan asupan obat lain. Hal ini akan menjadi pertimbangan dokter untuk kesehatan ibu dan janin di dalam kandungannya. Selain itu, biasanya pasien bipolar yang sedang hamil akan membutuhkan pendampingan dari seorang psikiater untuk dapat mengendalikan kondisinya selama masa kehamilan. Meskipun begitu, apa pun yang Anda lakukan, jangan pernah berhenti minum obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.
Tidak hanya selama masa kehamilan, gangguan bipolar juga dapat kambuh pada bulan pertama setelah melahirkan. Sehingga, pengawasan dari dokter sebaiknya tidak hanya dilakukan pada saat hamil namun masih tetap dilanjutkan setelah persalinan.
Solusi lain yang juga dapat Anda coba adalah dengan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga untuk dapat mengelola dan mengendalikan stres. Lakukan kegiatan harian yang efektif dan disiplin untuk menghindari perubahan suasana hati yang cepat. Lakukan juga konsultasi rutin dengan psikoterapi untuk membantu penguatan diri. [yy/tempo]