Arisan Keluarga, Perlu Ajak Anak Tidak, Ya?
![]() |
Menurut Rosdiana S Tarigan, MPsi, psikolog di Rumah Sakit Pluit, arisan keluarga mempunyai banyak manfaat. Salah satunya adalah membina kedekatan keluarga. "Apalagi zaman sekarang banyak yang sibuk dengan kehidupan sosial masing-masing. Akibatnya, ikatan kekeluargaan mulai renggang," jelas lulusan S-2 Health Profession Education, UNSW, Sydney, itu.
Dengan menghadiri arisan, Anda bisa saling mengetahui kondisi pribadi dan rumah tangga. Kita juga dapat mengenal lebih jauh saudara-saudara, baik yang garis kekerabatannya dekat atau tidak. Anda pun dapat berbagi pengalaman hidup dengan mereka. Jika hubungannya sudah lebih dekat, tentu kemungkinan untuk bisa saling menolong juga lebih besar. "Dengan adanya ikatan darah, kepedulian di antara saudara biasanya lebih tinggi daripada orang lain," ujar Diana.
Manfaat arisan juga bisa dirasakan anak-anak Anda. Mereka dapat mengenali dan merasa dekat dengan paman, bibi, nenek, kakek, serta sepupu-sepupu. Oleh karena itu, ajaklah anak-anak ke arisan keluarga. Mungkin tidak perlu setiap periode, cukup sesekali. Namun maksimalkan kehadiran mereka dengan mengusulkan kepada keluarga lain untuk mewajibkan anak-anak mereka ikut datang arisan di waktu yang telah ditentukan.
Anak-anak tidak akan merasa bosan karena di arisan tersebut mereka bisa bertemu dengan teman sebaya. Kalau bisa, buatlah acara khusus untuk mereka sehingga arisan lebih seru dan tidak membosankan. Misalnya, adakan arisan di luar rumah. Manfaatkan restoran, taman bermain, kolam renang, atau tempat wisata lain. Tempat-tempat tersebut tentu menarik minat si kecil untuk ikut serta. Jika ingin tetap diadakan di rumah boleh saja. Siapkan makanan kecil, permainan, atau film anak-anak untuk mengisi waktu mereka saat para orangtua sedang mengadakan acara utama.
Bagaimana dengan pasangan?
Sebaiknya ajak pasangan untuk hadir di arisan keluarga besar. Namun yang kerap terjadi, pasangan malas datang. Alasannya bisa bermacam-macam. Mungkin suami tidak nyaman dengan keluarga besar Anda. Apalagi kalau ternyata pasangan datang dari suku berbeda. Ia pasti akan bermasalah dengan perbedaan bahasa daerah. Ingat, ini arisan keluarga. Biasanya anggotanya akan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa percakapan. Situasi inilah yang tidak mengenakkan untuk pasangan.
Tetapi jangan biarkan hal ini terus terjadi. Justru acara-acara seperti ini harus dimanfaatkan untuk mendekatkan suami dengan keluarga besar. Anda hanya perlu menerapkan beberapa strategi. Ketika pertama kali mengajak pasangan ke arisan keluarga, berikan penjelasan kepada keluarga besar Anda tentang kondisi pasangan. Misalnya, suami tidak bisa bahasa daerah Anda dan tidak terbiasa memakan hidangan khas daerah yang disediakan.
Keluarga besar pun harus lebih mengerti dan menghormati kehadiran pihak luar. Dalam hal ini toleransi sangat dibutuhkan. Anda juga harus memberikan pengertian kepada suami. Sampaikan kemungkinan terjadinya kondisi yang tidak mengenakkan tadi. Yang paling penting, dampingi dia selalu dalam acara tersebut.
Diana menceritakan pengalaman seorang istri yang suaminya tidak mau lagi ikut arisan keluarga karena pengalaman pertama yang tidak menyenangkan. Ia merasa asing di acara tersebut karena tidak mengerti bahasa daerah yang mereka pakai. Sang suami yang warga negara asing mengeluh pada istri mengapa mereka tidak menggunakan bahasa Indonesia saja.
Namun, keluarga si istri tidak mau mengalah dan tetap tidak menghiraukan keberadaan si suami. Kalau sudah begini, tidak hanya si suami yang malas datang ke arisan, istri pun akan malas datang ke arisan karena merasa tak enak dengan suami. Menanggapi hal tersebut, Diana menyarankan agar istri tidak terlalu memaksa kalau ternyata pasangan tidak nyaman berada dalam acara itu. Tetapi Anda tetap harus memperkenalkan suami kepada keluarga besar.
Sebaliknya, kalau Anda yang diajak ke arisan keluarga besar suami, bukalah diri untuk berkenalan lebih jauh dengan mereka. Anda juga harus tulus hadir dalam acara tersebut. Hati yang dongkol akan tecermin pada wajah, lho. Memang, ada kemungkinan Anda tidak bisa "masuk" ke komunitas baru itu, tetapi Anda bisa menyiasati dengan bertanya kepada suami tentang kebiasaan keluarga besarnya itu.
Untuk berbaur dengan keluarga besar suami, pilihlah bahan perbincangan yang umum. Jangan berusaha sok dekat, apalagi menanyakan masalah pribadi. Hindari juga berkomentar soal keluarga besar suami yang mungkin tidak Anda ketahui pasti. Jangan mengajukan pertanyaan sensitif, seperti usia, kondisi pernikahan, anak, dan lain-lain. Jika bisa menjalin hubungan dekat dengan keluarga besar, pasti kehidupan Anda, suami, dan anak-anak akan lebih menyenangkan. (Emy Agustia/Majalah Sekar/KOMPAS.com)