pustaka.png
basmalah2.png


28 Jumadil-Awwal 1445  |  Selasa 12 Desember 2023

Kiat Dan Pantangan Dalam Kembangkan Potensi Anak

Fiqhislam.com - Orangtua punya peran besar atas kesuksesan buah hati. Kemampuan melihat potensi anak sejak dini, dan membantu mengasah kemampuannya tersebut, menjadi kunci suksesnya. Pengalaman inilah yang dialami baik oleh Yessy Hutabarat maupun Adhisty Juliani Kampono, penari profesional dan pendiri sekolah tari United Dance Works (UDW) Dance Complex.

Orangtua mengenalkan Yessy dengan tari balet sejak usia 4 tahun. Balet dan tari tradisional mengajarkan teknik dasar tari yang benar. Dengan ilmu dasar inilah Yessy mengembangkan kemampuan menarinya dan berhasil membentuk wadah penari profesional dengan genre tari modern.

"Basic balet dan tradisional memudahkan penari untuk belajar gerak jenis tari apapun. Akhirnya koreografi juga berkembang lebih luas," paparnya.

Yessy mengakui kegiatan seni memberikan dampak positif kepada anak. Meskipun begitu dukungan orangtua tetap nomor satu.

Menurutnya, mendukung kegiatan anak, terutama dalam dunia seni, mendorong anak untuk berprestasi. Begitu ada prestasi anak memiliki kebanggaan atas dirinya, sekolah yang diwakilinya dan keluarga. Prestasi ini kemudian memotivasi anak selalu melakukan aktivitas yang positif.

Hal ini serupa dengan pengalaman Adhis, yang mulai mengenal tari balet dan Bali pada usia 4 tahun. Kegemaran menari mendapat dukungan dari keluarganya. Hingga SMA, Adhis kerapkali unjuk karya, antara lain dengan menjadi cheerleader di sekolahnya.

Pendidikan formal tingkat universitas di Australia dijalani berbarengan dengan usaha sampingannya mengajar tari dan mengenalkan cultural dance di komunitas beda negara.

"Orangtua seperti menyiapkan saya menjadi entrepreneur di bidang seni tari," tandasnya.

Ketika anak mengenali potensi dirinya, ditambah dengan dukungan orangtua, anak akan semakin percaya diri dan tahu apa yang diinginkannya di masa depan.

Tidak banyak buku panduan untuk menjadi orangtua yang baik. Kita sebagai orangtua pun tidak memiliki patokan atau aturan khusus dalam membesarkan anak sehingga tidak ada jaminan kalau kita sudah berhasil mendidik anak dengan baik.

Shelomita, aktris cantik yang juga ibu tiga anak, mengaku punya cara tersendiri dalam mengasuh anak. "Saya tidak pernah mendidik anak-anak dengan ambisi, itu saja kuncinya," tutur Shelo seusai acara peluncuran Parenting Ensiklopedia oleh penerbit Esensi-Erlangga Group di Prefere Playground, Kemang, Jakarta Selatan

Ambisi orangtua akan menutupi kemampuan anak yang sebenarnya. Akibatnya, anak tidak bisa berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sebab orangtua sudah memaksakan kehendaknya. Dari segi emosional, anak juga merasa tertekan sebab mereka tidak diberi kebebasan untuk melakukan apa yang mereka sukai dan menjadi minat mereka.

"Saya juga tidak pernah memilah-milah antara anak laki-laki dan perempuan. Semua harus diperlakukan sama," lanjut perempuan berkulit putih ini.

Meskipun begitu, penting untuk memberikan pengertian antara anak perempuan dan laki-laki supaya mereka paham batasannya. Contohnya, anak perempuan tidak bermain pistol karena pistol merupakan mainan anak laki-laki. Berikan contoh permainan yang lazim dilakukan oleh anak perempuan. Melarang tanpa memberi penjelasan hanya akan membuat anak makin penasaran. Mereka akan mempertanyakan kenapa hal tersebut dilarang dan semakin penasaran, mereka akan makin mendekati obyek yang dilarang.

Intinya, anak-anak harus diberi kebebasan berekspresi, baik laki-laki maupun perempuan. Jangan membatasi keinginan anak-anak hanya karena kita menganggap hal tersebut kurang populer di antara anak-anak pada umumnya.

Banyak cara yang dapat dilakukan Anda selaku orangtua untuk mengarahkan potensi (bakat) anak. Bahkan, mengembangkan potensi yang merupakan kecerdasan majemuk itu harus dianalisa sejak dini. Mengenai hal itu, Psikolog Ratnaningsih membenarkannya.

"Sebagai orangtua perlu menyadari dan mengenali potensi anak serta menstimulasi dan mengembangkannya," kata Ratna saat dihubungi melalui telepon selulernya.

Adapun cara untuk mengenali potensi anak, menurut Ratna, dapat diketahui melalui observasi perkembangan anak. Dalam langkah tersebut, akan diketahui apa yang menjadi interest-nya dan apa yang mudah dilakukan oleh mereka. Untuk melakukan hal tersebut, saran Ratna, sebaiknya dilakukan sejak awal.

"Kalau anak dari kemampuan verbal atau bahasanya bagus, maka bisa diarahkan dari awal. Langkah observasi tersebut lebih mudah dilakukan mulai saat anak mengenal bahasa. Karena melalui kemampuannya menyerap bahasa, dapat diketahui potensi tersebut," imbuh wanita yang selama 10 tahun telah menjadi ketua jurusan di Universitas Guna Dharma itu.

Selain itu, pada masa anak preschool juga sudah mulai dapat dikembangkan. "Pada masa sekolah ialah usia anak untuk diberikan kesempatan seluas-luasnya mencoba segala hal. Baik olah tubuh, balet maupun musik," jelas psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melanjutkan program S2-nya di Universitas Indonesia (UI) itu.

Aspek tersebut, sambungnya, dapat mewakili multiple intelligent. Misalnya tentang kemampuan verbal dan natural (alam). Adapun cara untuk menstimulasinya dapat dilihat dari perkembangan anak. Karena itu, peran orangtua sangat besar di sini.

"Peran orangtua sangat besar, karena orang yang paling intens mengarahkan anak pasti orangtua. Baik itu di dalam maupun luar rumah. Lalu, setelah itu stimulasi seoptimal mungkin," papar pembicara khusus untuk psikologi perkembangan itu.

Ternyata tak hanya potensi saja yang harus dimiliki. Mengetahui minat (interest) anak terhadap kemampuannya, akan mendukung mengembangkan bakat yang dimiliki.

"Mengarahkan bakat akan lebih mudah, nyaman dan optimal bila didukung oleh interest. Kalau kita sudah mengetahui bahwa anak telah memiliki potensi, maka sebisa mungkin cari cara untuk mengarahkan potensi tersebut," sarannya.

Masih menurutnya, perkembangan potensi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Karena anak akan dengan cepat menirukan dan belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Dengan demikian merupakan kewajiban para orangtua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, tempat anak tumbuh dengan nyaman, sehingga dapat memancing keluar potensi dirinya, kecerdasan dan percaya diri.

Disamping itu, orangtua juga perlu memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap. Karena itu, diperlukan konsistensi dan ketelatenan orangtua untuk mengarahkan potensi anak.

"Peran orangtua terhadap anak berusia tujuh sampai delapan tahun sangat penting. Sementara bila dilihat dari proses potensi anak, maka sejak usia dini dari kecil sampai remaja tetap penting diperhatikan," ungkapnya.

Hanya saja, lanjut Ratna, pada usia remaja peranan orangtua tidak full memberi kendali. "Remaja punya argumen apakah dia berminat atau tidak terhadap sesuatu. Karena itu, perlu diberikan kebebasan yang bertanggungjawab," tukasnya.

SuaraMedia News