pustaka.png
basmalah2.png.orig


14 Dzulqa'dah 1444  |  Sabtu 03 Juni 2023

Kenali Asma Anak, Curigai Batuknya

http://igambar.com/p/sbk5cAnak rewel saat tak enak badan, seperti ketika mengalami batuk-pilek, tampaknya biasa. Tapi kalau batuk dan rewel berkepanjangan mesti dicurigai, bukan malah dimarahi. "Dalam kondisi seperti itu, sebaiknya orang tua waspada. Bisa jadi anak menderita asma," kata dokter spesialis anak Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Emma Nurhemma. Asma juga akan muncul ketika anak dalam kondisi tertekan. "Kalau sudah begitu, jangan terus dimarahi," ujarnya.

Asma pada anak, menurut dokter Emma, akan muncul dengan gejala sesak napas, mengi atau napas berbunyi, nyeri dada, napas cepat, napas pendek-pendek, sulit bicara, biru-biru di sekitar mulut atau disebut sianosis, ancaman berhenti napas, bahkan kematian. "Jangan tunda sampai mulutnya kebiruan pada anak balita," katanya dalam acara "You Can Control Your Asthma" di Rumah Sakit Persahabatan.

Orang tua harus mengenali tanda batuk biasa dan batuk asma. "Kapan curiga asma pada anak, ketika batuk membandel." Menurut dokter Emma, ciri batuk bandel yang menjadi ciri asma adalah batuk berlangsung lama, pada malam atau dinihari menjadi lebih berat; mengganggu tidur; saat batuk, anak kadang sampai muntah; dan ada riwayat alergi pada keluarga. Selain itu, "Batuk setelah ada faktor pencetus, batuk setelah beraktivitas, meski gejalanya bisa membaik, kadang bisa timbul lagi setelah sembuh atau setelah diberi obat," ujarnya.


Begitu mengetahui anak terkena asma, orang tua tak perlu panik. Tapi carilah faktor pencetusnya. Sebab, dengan mengetahui faktor pencetus, serangan asma bisa dihindari. Faktor pencetus misalnya debu rumah, tungau, dan kapuk di kasur, bantal-guling, atau boneka. Faktor lainnya adalah asap rokok dan rontokan bulu binatang (ayam, anjing, kucing, kelinci). Asma juga bisa muncul karena udara dingin serta mengalami stres dan kelelahan. Bisa juga muncul setelah mengkonsumsi makanan, seperti cokelat, tomat, rambutan, es atau minuman dingin, makanan berpengawet, dan makanan berpenyedap rasa.


Seperti yang dialami Galih Aji. Remaja ini terdeteksi menderita asma sejak kecil. Dia paling gampang mengalami sesak napas setelah memakan cokelat atau makanan yang berpenyedap rasa. Galih langsung bersin-bersin jika ada orang menyapu atau sedang bersih-bersih rumah. Setelah itu bisa dipastikan dia harus langsung minum obat, jika tak ingin sesak napas keburu menyerang.


Orang tua juga perlu mengetahui riwayat alergi keluarga dari garis ayah, ibu, paman, bibi, dan lain-lain. Sebab, riwayat alergi bisa melompat pada generasi berikutnya. Bentuk penyakit alergi antara lain asma, eksem, dan pilek pada pagi hari atau bersin pada pagi hari. Faktor pencetus pada tiap anak, menurut dokter Emma, tidak sama. "Pengamatan langsung orang tua merupakan hal yang penting."


Serangan asma juga terjadi pada anak gemuk. "Semakin gemuk semakin sering dia akan mengalami serangan asma," ujar dokter Emma. Kegemukan akan membuat saluran napas terimpit. Pada anak obesitas, mereka akan menderita dua kali lebih berat. Sebab, saat serangan muncul, saluran akan mengerut dan terimpit.


Menangani asma pada anak obesitas, pertama kali adalah mengurangi berat badan. Setelah itu penyakit asma baru diobati. Menurut dokter ahli fisik dan rehabilitasi, Anita Ratnawati, olahraga tetap harus dilakukan kecuali anak dalam kondisi sedang kena serangan atau tidak terkontrol. "Orang tua harus memberi tahu pelatih bahwa anak mereka menderita asma. Untuk mengantisipasi segala sesuatu," kata dokter Anita.


Beberapa olahraga yang disarankan pada penderita asma adalah berenang, lari jarak pendek, bola voli, kasti, jalan, bersepeda, joging, dan senam asma. "Renang yang paling bagus karena daya apung di air mengurangi beban dan kelelahan," ujar dokter Anita.


Sebelum berolahraga, harus diperhatikan cuaca dan kondisi udara. Penderita asma lebih baik tidak berolahraga pada cuaca dingin atau panas dan saat udara tercemar. Juga sebaiknya tidak berolahraga saat kondisi lelah berlebihan. Saran lain, membawa obat pelega saat berolahraga untuk mengantisipasi datangnya serangan mendadak. "Hentikan olahraga jika batuk, sulit bicara, muncul mengi, terasa berat di dada," kata dokter Emma. Tanda-tanda ini bisa muncul 6-10 menit saat berolahraga atau 10-15 menit setelah berolahraga.

DIAN YULIASTUTI | tempointeraktif.com

foto tempointeraktif