Si Kecil Anda 'Bossy'? Arahkan dengan Baik
Fiqhislam.com - "Ambilin minum mbak!" teriak Ruli pada mbak Yem yang setiap hari mengasuhnya. Padahal tempat air minum dengan tempat Ruli berdiri tidak jauh.
Artinya Ruli bisa mengambil air minum sendiri, tapi malas dan minta dilayani. Mbak Yem pun dengan cekatan memenuhi permintaan "majikan" kecilnya. Ternyata tidak hanya air minum saja, semua keperluan Ruli, mbak Yem siap sedia memenuhinya.
Perilaku seperti itu tidak hanya dimiliki oleh Ruli saja. Banyak anak usia sekolah dasar senang menyuruh pembantunya bahkan ada beberapa yang seenaknya memerintah teman-temannya untuk melakukan beberapa hal. Perilaku bossy atau suka memerintah sebenarnya umum dialami anak usia kurang lebih enam tahun.
Psiokolog anak mengatakn pada usia ini anak ingin menunjukkan superioritas atau keakuannya dengan cara menyuruh orang lain melakukan apa yang diinginkannya. Pada usia tersebut, anak memang sedang membentuk identitas keakuannya. Namun intensitas bossy seorang anak akan berbeda satu dengan yang lainnya.
Intensitas ke-bossy-an anak dipengaruhi oleh dua hal yakni gen dan lingkungan. Gen atau temperamen bawaan diwarisi sejak lahir. Anak terlahir dengan watak keras. Sifat bossy anak harus dikelola secara baik agar saat dewasa nanti sifat ini bisa menjadi aset orang tua. Namun sifat bossy anak dapat menjadi ekstrem jika lingkungan justru membuat anak semakin menjadi-jadi dengan sifat itu.
Lingkungan dapat memupuk anak menjadni bossy. Faktor lingkungan akan memberikan pengaruh yang kuat pada terbentuknya perilaku anak. Ternyata, keluarga adalah faktor terbesar.
Perilaku orang tua yang bossy pada pembantu atau pengasuh akan mudah ditiru anak. Vera menegaskan anak adalah peniru ulung apalagi jika yang menjadi model perilakunya adalah orang yang diidolakan anak. Apalagi bila orang tua biasa 'mengistimewakan' anak seperti membiasakan anak dilayani oleh pengasuh atau pembantunya.
Perilaku bossy jika dibiarkan saja akan merugikan diri anak. Umumnya anak yang bossy tidak disukai teman-temannya. Sebenarnya sifat bossy bisa menjadi aset untuk membentuk perilaku pemimpin (leadership) karena perilaku ini merupakan cerminan kepribadian yang kuat.
Anak-anak bossy biasanya menonjol diantara teman-temannya dan cenderung menjadi pemimpin. Tentunya hal ini menjadi kebanggaan bagi orang tua. Pengembangan konsep diri anak bossy jika dikelola dengan baik juga dapat membuat anak menjadi mandiri dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
Hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengelola sifat bossy anak adalah dengan memberikan anak kepastian dan pilihan yang bertanggung jawab. Anak bossy cenderung pembantah dan mau menang sendiri. Saat menginginkan sesuatu, anak berwatak seperti ini menuntut harus dipenuhi. Untuk mengendalikan, orang tua yang cermat dapat mengajukan beberapa syarat yang dapat dipertanggungjawabkan oleh kedua belah pihak.
Selain itu pengawasan aktivitas sosial anak adalah penting. Orang tua bisa memberikan arahan yang baik jika anak menunjukan perilaku bossy-nya. Jika anak masih ngotot dan teguh pada keinginannya, orang tua bisa meninggalkan untuk beberapa saat.
Cukup setengah sampai satu menit saja. Jika ditinggal lama-lama dalam kondisi seperti ini anak mungkin saja frustasi.
Akan lebih baik jika orang tua memusatkan diri pada prilaku bossy dan membantu anak untuk mengelola sifat bossy agar menjadi perilaku yang baik. Dalam hal ini orang tua perlu berkomunikasi dengan baik dan terbuka. Sehingga sifat bossy anak dapat terkendali dan menjadi aset yang menguntungkan saat dewasa.
republika.co.id