pustaka.png
basmalah2.png.orig


14 Dzulqa'dah 1444  |  Sabtu 03 Juni 2023

Dampak Buruk Pola Pengasuhan Otoriter

Dampak Buruk Pola Pengasuhan Otoriter Fiqhislam.com - Pola pengasuhan tangguh berdampak besar pada perkembangan anak. Pola asuh mereka adalah perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif.

Pola asuh orang tua ada tiga yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh permisif. Di antara ketiga itu, pola pengasuhan otoriter dampaknya sangat berisiko bagi anak. Sebab pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Pengasuhan seperti itu tidak baik bagi mental anak karena berdampak seperti berikut ini:

{AF}

Rendah harga diri
Kemungkinan besar yang terjadi pada anak adalah gagal mengakui individualitas mereka. Akhirnya anak-anak menderita rendah harga diri karena menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid menentukan keberadaan mereka di tengah masyarakat.
{/AF}

{AF}

Tidak percaya diri
Anak-anak dengan orang tua otoriter selalu mengambil keputusan sepihak tanpa kompromi dengan anak. Anak pun akan gagal mengakui keinginan karena naluri mereka selalu dikendalikan. Mereka juga tidak percaya akan kemampuan diri mengambil keputusan penting.
{/AF}

{AF}

Terlalu patuh
Karena cenderung dibatasi individualitasnya, anak-anak akan selalu mengikuti perintah orang tua tanpa keraguan. Mereka tidak berani bereksperimen dalam menangani situasi. Bahkan tidak mampu berhadapan dengan situasi stres dan tidak bisa mengekspresikan diri.
{/AF}

{AF}

Harus selalu menang
Orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Bila mereka gagal melakukan sesuatu biasanya dikenakan hukuman. Anak-anak pun terbiasa untuk harus unggul dalam kegiatan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.
{/AF}

{AF}

Merasa kesepian
Sementara orang tua sibuk merumuskan pedoman, anak-anak mulai merasa kesepian dan menarik diri. Kemudian menjadi pendiam dan menutup diri. Dalam kasus ekstrim biasanya menjadi depresi karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang layak untuk didengar dan dilihat sebagai individu.
{/AF}

mediaindonesia.com