basmalah2.png.orig


14 Dzulqa'dah 1444  |  Sabtu 03 Juni 2023

Jamu Tak Bikin Ginjal Rusak, Asal..

Fiqhislam.com - Minum jamu sering menjadi pilihan masyarakat karena dianggap lebih murah dan tanpa efek samping, meski belakangan muncul tudingan bahwa jamu berbahaya bagi ginjal. Namun, ahli herbal menyatakan jamu tidak berbahaya untuk ginjal asalkan tahu syaratnya.

Jamu atau herbal sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dulu. Nenek moyang kita telah menggunakan berbagai ramuan jamu untuk mengobati banyak penyakit.

Namun, seiring dengan berkembangnya kedokteran modern, fungsi jamu semakin tergantikan dengan kehadiran obat-obat kimia yang khasiatnya sudah teruji secara praklinis (pada hewan percobaan) dan klinis (pada manusia). Bahkan, beberapa jamu dituding dapat menyebabkan efek samping merusak ginjal.

"Secara umum herbal tidak ada efek sampingnya, kecuali untuk beberapa kasus dimana obat herbal dicampur dengan obat sintetis kadang-kadang ada efek sampingnya," ujar Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, Apt, Wakil Ketua Pusat Studi Obat Bahan Alam Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia disela-sela acara Media Workshop 'Inovasi Teknologi Ekstraksi Bahan Alami Menghasilkan Obat Batuk Herbal yang Efektif' di Kembang Goela Resto, Plaza Sentral, Jakarta, Kamis (16/6/2011).

Menurut Prof Sumali, jamu atau herbal yang dituding berbahaya dan dapat merusak ginjal atau hati adalah karena jamu tersebut tidak memenuhi syarat.

"Bisa jadi ada herbal yang dicampur dengan obat sintetis. Itu yang tidak aman. Tapi kalau herbal murni itu nggak ada efek sampingnya," lanjut Prof Sumali yang juga merupakan Guru Besar di Fakultas Farmasi FMIPA UI.

Prof Sumali juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya produsen jamu yang menjanjikan bisa menyembuhkan penyakit pasien dengan cepat bila mengonsumsi jamu produksinya.

"Kalau ada yang bilang minum jamu 2 hari langsung sembuh itu jangan mudah percaya. Harus diperiksa apakah ada campuran bahan kimia atau tidak, karena khasiat herbal biasanya lebih lambat dibandingkan obat kimia," tutur Prof Sumali.

Prof Sumali juga menjelaskan bahwa di Indonesia ada 3 macam obat herbal yang beredar, yaitu:

1. Jamu
Adalah obat asli Indonesia yang ramuan, cara pembuatan, cara penggunaan, pembuktian khasiat dan keamanannya berdasarkan pengetahuan tradisional. Pembuktian khasiat jamu hanya berdasarkan pengalaman atau data empiris bukan uji ilmiah dan uji klinis.

2. Herbal terstandar
Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah melalui uji praklinis (pengujian terhadap hewan percobaan) tapi belum uji klinis atau pada manusia meski bahan bakunya telah distandarisasi.

3. Fitofarmaka
Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinis dan klinis, dimana bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi. Produk fitofarmaka dapat disetarakan dengan obat moderen dan sudah dapat diresepkan oleh dokter.

Agar tidak mudah tertipu produsen jamu palsu, Prof Sumali memberikan beberapa tips memilih jamu, yaitu:

1. Periksa nomor pendaftaran BPOM
"Dilihat dulu nomor registrasi dan logo 'jamu' dari BPOM. Kalau sudah terdaftar, berarti komposisinya sudah diuji oleh BPOM," jelas Prof Sumali.

2. Periksa kemasan jamu
"Periksa kemasan ada yang mencurigakan atau tidak, misalnya terdapat salah ketik atau ada yang dirasakan aneh," lanjut Prof Sumali.

3. Periksa isinya
"Herbal yang sudah diolah biasanya berbentuk serbuk, potongan-potongan herbal, kapsul atau sirup. Yang sudah dalam bentuk modern biasanya lebih terpercaya.

4. Tidak membeli di sembarangan tempat
"Untuk menyimpanannya, herbal harus dihindari dari sinar matahari langsung, kelembaban harus dijaga tetap kering karena herbal sangat dipengaruhi kadar air. Untuk herbal sebaiknya di beli di toko khusus obat herbal atau apotik, jangan di warung-warung sembarangan. Biasanya herbal yang dicampur obat sintetis sering masuk ke warung-warung gitu," jelas Prof Sumali.

5. Beri jeda bila minum jamu bersamaan dengan obat medis
Konsumsi obat-obat herbal sebaiknya diberi jeda dengan obat medis, agar efek obat tidak saling meniadakan misalnya diberi jeda 1 jam. "Biasanya obat medis dulu, karena efeknya lebih cepat, baru obat herbal," jelas Prof Sumali.

Namun, dalam artikel detikHealth, dr. Dante Saksono, SpPD, PhD, dari RS Cipto Mangunkusumo mengakui memang orang yang memiliki bakat ginjal harus lebih berhati-hati mengonsumsi jamu.

Maka itu jika ingin minum jamu harus yang sudah benar-benar teruji secara klinis. Minum jamu bisa berbahaya jika tidak disertai dengan banyak minum air. Air putih ini membantu cairan yang disaring ke ginjal tidak terlalu pekat sehingga tidak mengganggu kerja ginjal.

Menurut dr Dante, minum sembarangan jamu tanpa mengetahui komposisinya bisa berbahaya. Karena materi-materi penyusunnya belum dapat diidentifikasikan secara pasti. Sehingga belum dapat dipastikan apakah material yang terkandung di dalamnya aman untuk ginjal.

"Saya tidak menganjurkan pasien yang sakit untuk minum jamu," ujar dr. Dante Saksono, SpPD, PhD, dari RS Cipto Mangunkusumo saat dihubungi detikHealth.

Orang dengan penyakit ginjal, lanjut dr. Dante, sangat tidak disarankan minum jamu. Karena apabila telah terjadi kerusakan pada ginjal maka minum jamu akan meningkatkan risiko dan mengakibatkan pasien tidak bisa bertahan lebih lama.

Di Indonesia baru ada empat rumah sakit yang telah terakreditasi oleh Departemen Kesehatan dapat memberikan resep obat herbal atau Complementary Alternative Medicine (CAM), yaitu RS Kanker Dharmais Jakarta, RS Persahabatan Jakarta, RSUD Dr Soetomo Surabaya dan RS Kandou Manado. [yy/health.detik.com]

{AF}Ingin Langsing Secara Alami? Tukang Jamu Anjurkan Kunyit Asam

Beragam ramuan jamu untuk melangsingkan tubuh banyak dijual di pasaran, namun tak semuanya aman karena banyak yang dicampur Bahan Kimia Obat (BKO). Menurut rekomendasi tukang jamu, kunyit asam paling aman untuk tubuh langsing alami.

"Kalau ingin langsing, biasanya saya cuma menganjurkan kunyit asam," kata Lasmi, Ketua Paguyuban Jamu Gendong Lestari saat ditemui detikHealth di rumah produksinya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Rabu (17/4/2013).

Selama ini, kunyit asam lebih banyak dikenal sebagai jamu untuk mengatasi nyeri datang bulan. Namun menurut Ibu Lasmi, ramuan ini punya khasiat lain yang bisa dimanfaatkan untuk melangsingkan tubuh yakni bisa mengerem nafsu makan yang tidak terkontrol.

"Pagi minum kunyit asam, dijamin sampai siang tidak pengen ngemil lagi. Kalau saya sih tidak berani ngasih macam-macam, untuk langsing ya kunyit asam saja paling aman," tambah Lasmi.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Retno, seorang pengusaha es krim jamu di Matraman, Jakarta Pusat. "Untuk melangsingkan dapat menggunakan jamu dengan bahan utama kunyit misalnya kunyit asam," katanya saat ditemui detikHealth baru-baru ini.

Karena bahan yang digunakan seluruhnya alami, kunyit asam bisa dipastikan bebas efek samping. Dengan mekanisme yang hanya mengontrol nafsu makan, risikonya tentu tidak sebesar pelangsing yang memacu kerja jantung agar cepat langsing karena selalu ingin bergerak.

"Jamu Jati Belanda itu juga bisa untuk melangsingkan secara alami, mekanismenya dengan mengurangi serapan makanan. Kalau mekanismenya seperti itu masih aman, tapi kalau mulai seperti yang merangsang jantung itu saya tidak rekomendasikan," kata Drs Bahdar J Hamid, MPharm, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplementer Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), seperti ditulis Rabu (17/4/2013).

Di mata dokter, penggunaan jamu-jamu pelangsing juga tidak menjadi masalah selama bahan yang digunakan adalah bahan alami dan tidak dicampur bahan kimia obat (BKO) yang berbahaya. Karena sudah dipakai turun temurun, minimal khasiatnya telah dibuktikan secara empiris.

"Jamu yang alami tidak masalah jika dikonsumsi oleh wanita yang ingin langsing, selama bahan yang digunakan benar-benar alami. Saya tidak merekomendasikan obat-obat pelangsing yang ada tulisannya 'jamu' namun campuran bahan kimianya lebih banyak, sehingga efek langsing yang diberikan tidak terlalu besar, justru akan timbul masalah akibat bahan kimianya, seperti gangguan haid dan menopause dini," pesan Dr Frizar Irmansyah, SpOG dari RS Pusat Pertamina. [yy/health.detik.com]{/AF}

{AF}Beras Kencur, Ramuan Paling Eksis di Jagat Per-jamu-an

Dari berbagai jenis jamu yang dikenal di Indonesia, tak salah jika dibilang beras kecur paling eksis karena bisa ditemukan di mana saja. Di bakul tukang jamu gendong manapun pasti ada, bahkan disajikan sebagai welcome drink di restoran.

Ramuannya sangat sederhana, karena hanya terdiri dari bubuk beras dan kencur (Kaempferia galanga L) yang diseduh dalam air. Meski begitu, manfaatnya sangat beragam mulai dari meredakan letih lesu karena kelelahan hingga mengurangi geala masuk angin.

"Kalau yang paling banyak dicari itu ya memang kunyit asam sama beras kencur," kata Lasmi, Ketua Paguyuban Jamu Gendong Lestari saat ditemui detikHealth di rumah produksinya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Rabu (17/4/2013).

Tak heran jika beras kencur masuk dalam daftar jamu yang menjadi prioritas untuk dibawa oleh tukang jamu gendong di Paguyuban Jamu Gendong Lestari. Dalam bakul yang kapasitasnya sangat terbatas, beras kencur seolah menjadi ramuan wajib yang harus selalu dibawa berkeliling.

Selain karena banyak manfaatnya, beras kencur juga disukai karena rasanya sama sekali tidak pahit seperti bayangan orang kebanyakan tentang jamu. Justru rasanya yang segar membuatnya sering disajikan dalam bentuk es beras kencur sebagai minuman segar, bukan sebagai jamu untuk pengobatan tradisional.

"Jangankan orang dewasa, anak-anak pun sangat menyukai jamu beras kencur. Hal ini karena rasanya memang manis dan tidak terlalu pahit, sehingga anak-anak bila mau belajar minum jamu pasti akan menyukai beras kencur," kata Retno, pengusaha es krim jamu di Matraman.

Meski rasanya segar dan sama sekali tidak pahit, bukan berarti beras kencur bisa diminum berlebihan. Ibu Retno mengingatkan, segala sesuatu pasti tidak baik kalau berlebihan termasuk juga mengonsumsi beras kencur. Menurutnya, 2 hari sekali adalah takaran paling pas untuk minum jamu. [yy/health.detik.com]{/AF}

|