basmalah2.png


15 Dzulqa'dah 1444  |  Minggu 04 Juni 2023

7 Penyebab Sakit Tenggorokan saat Bangun Tidur

7 Penyebab Sakit Tenggorokan saat Bangun Tidur

Fiqhislam.com - Bangun tidur pagi hari dengan sakit tenggorokan bisa menjadi tanda pilek. Tapi, ada banyak kemungkinan penyebab sakit tenggorokan atau kering yang tidak ada hubungannya dengan sakit.

Sakit tenggorokan ketika bangun seringnya disebabkan post-nasal drip, yakni lendir kental dan lengket dari sinus yang menetes ke bagian belakang tenggorokan. Ini mungkin mengandung komponen inflamasi termasuk sel darah putih atau bakteri yang dapat mengiritasi tenggorokan, kata Omid Mehdizadeh, ahli THT dan laringologi di Santa Monica, California, Amerika Serikat.

Selain itu, ada beberapa penyebab lain seperti berikut ini.

1. Alergi

Gatal dan bersin merupakan gejala pertama yang dipikirkan saat alergi, tapi alergi musiman juga dapat membuat tenggorokan sakit. Serbuk sari, debu, jamur atau bulu dapat memicu peradangan di saluran pernapasan, menyebabkan ketidaknyamanan tenggorokan, kata Mahdizadeh.

2. Iritasi lingkungan

Tanpa alergi pun, partikel yang melayang di udara dapat membuat orang sakit tenggorokan. Iritan seperti asap atau debu juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan. "Itu dapat memicu reaksi imunologi di hidung dan tenggorokan, yang biasanya menyebabkan peradangan dan peningkatan produksi lendir," Mahdizadeh menjelaskan.

3. Udara dingin dan kering

Kondisi yang sangat dingin atau kering dapat memicu tubuh untuk meningkatkan produksi lendir untuk menjaga saluran udara tetap lembap, kata Mahdizadeh. Ketika lendir ekstra itu mulai turun ke tenggorokan, muncullah rasa tidak nyaman.

4. Refluks asam

Refluks dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan nyeri, suara serak atau batuk kering, menurut Klinik Cleveland. Karena refluks asam cenderung lebih buruk di malam hari, jadi rasa tidak nyaman bisa lebih terasa saat bangun tidur di pagi hari.

5. Cedera pita suara

Mengeluarkan suara terlalu lama atau terlalu keras dapat membuat pita suara tegang, bahkan bengkak dan iritasi, kata Mahdizadeh. Akibatnya, orang mungkin terdengar serak (atau kehilangan suara sama sekali) dan mengalami sakit tenggorokan.

6. Septum berbelok

Terkadang septum atau tulang rawan yang memisahkan lubang hidung menyimpang. Kadang-kadang ini bisa menyebabkan kemacetan dan peningkatan produksi lendir, yang berpotensi mengiritasi tenggorokan, kata Mahdizadeh.

Septum yang menyimpang juga dapat menyebabkan sakit kepala atau nyeri wajah, pernapasan yang bising atau mimisan, menurut Klinik Cleveland.

7. Penyakit serius

Dalam kasus yang jarang terjadi, sakit tenggorokan yang terus-menerus bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang serius seperti kanker tenggorokan atau HIV. Biasanya masalah ini disertai dengan gejala lain seperti kesulitan menelan, benjolan di leher, lendir berdarah atau gejala seperti flu, menurut Mayo Clinic. [yy/Mila Novita/tempo]

 

7 Penyebab Sakit Tenggorokan saat Bangun Tidur

Fiqhislam.com - Bangun tidur pagi hari dengan sakit tenggorokan bisa menjadi tanda pilek. Tapi, ada banyak kemungkinan penyebab sakit tenggorokan atau kering yang tidak ada hubungannya dengan sakit.

Sakit tenggorokan ketika bangun seringnya disebabkan post-nasal drip, yakni lendir kental dan lengket dari sinus yang menetes ke bagian belakang tenggorokan. Ini mungkin mengandung komponen inflamasi termasuk sel darah putih atau bakteri yang dapat mengiritasi tenggorokan, kata Omid Mehdizadeh, ahli THT dan laringologi di Santa Monica, California, Amerika Serikat.

Selain itu, ada beberapa penyebab lain seperti berikut ini.

1. Alergi

Gatal dan bersin merupakan gejala pertama yang dipikirkan saat alergi, tapi alergi musiman juga dapat membuat tenggorokan sakit. Serbuk sari, debu, jamur atau bulu dapat memicu peradangan di saluran pernapasan, menyebabkan ketidaknyamanan tenggorokan, kata Mahdizadeh.

2. Iritasi lingkungan

Tanpa alergi pun, partikel yang melayang di udara dapat membuat orang sakit tenggorokan. Iritan seperti asap atau debu juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan. "Itu dapat memicu reaksi imunologi di hidung dan tenggorokan, yang biasanya menyebabkan peradangan dan peningkatan produksi lendir," Mahdizadeh menjelaskan.

3. Udara dingin dan kering

Kondisi yang sangat dingin atau kering dapat memicu tubuh untuk meningkatkan produksi lendir untuk menjaga saluran udara tetap lembap, kata Mahdizadeh. Ketika lendir ekstra itu mulai turun ke tenggorokan, muncullah rasa tidak nyaman.

4. Refluks asam

Refluks dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan nyeri, suara serak atau batuk kering, menurut Klinik Cleveland. Karena refluks asam cenderung lebih buruk di malam hari, jadi rasa tidak nyaman bisa lebih terasa saat bangun tidur di pagi hari.

5. Cedera pita suara

Mengeluarkan suara terlalu lama atau terlalu keras dapat membuat pita suara tegang, bahkan bengkak dan iritasi, kata Mahdizadeh. Akibatnya, orang mungkin terdengar serak (atau kehilangan suara sama sekali) dan mengalami sakit tenggorokan.

6. Septum berbelok

Terkadang septum atau tulang rawan yang memisahkan lubang hidung menyimpang. Kadang-kadang ini bisa menyebabkan kemacetan dan peningkatan produksi lendir, yang berpotensi mengiritasi tenggorokan, kata Mahdizadeh.

Septum yang menyimpang juga dapat menyebabkan sakit kepala atau nyeri wajah, pernapasan yang bising atau mimisan, menurut Klinik Cleveland.

7. Penyakit serius

Dalam kasus yang jarang terjadi, sakit tenggorokan yang terus-menerus bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang serius seperti kanker tenggorokan atau HIV. Biasanya masalah ini disertai dengan gejala lain seperti kesulitan menelan, benjolan di leher, lendir berdarah atau gejala seperti flu, menurut Mayo Clinic. [yy/Mila Novita/tempo]

 

Ciri Khas Gejala Omicron

Nyeri dan Gatal Tenggorokan, Ciri Khas Gejala Omicron


Fiqhislam.com - Spesialis penyakit paru dari RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, menyebut gejala yang paling banyak dialami oleh pasien Omicron adalah nyeri dan gatal pada tenggorokan. Ia mengatakan di RSUP Persahabatan sebanyak 63 persen pasien Omicron memiliki gejala batuk kering dan 54 persen nyeri tenggorokan, sedangkan mudah letih 54 persen.

Menurut Erlina, virus ini banyak berkembang di saluran napas bagian atas, sedangkan Delta berada di saluran napas bagian bawah dan paru-paru.

"Jadi sekitar 70 kali lebih banyak terjadi replikasi di saluran napas makanya gejala yang khas itu nyeri tenggorokan, gatal di tenggorokan, batuk, dan hidung tersumbat, jarang sekali yang sesak napas," ujarnya. "Beda sekali dengan Delta. Delta demam dan sesak napas karena banyak berkembang di paru-parunya."

Selain batuk kering, nyeri tenggorokan, dan mudah lesu, gejala umum yang dapat dijumpai pada varian Omicron adalah pilek/hidung tersumbat (27 persen), sakit kepala (36 persen), demam (18 persen), dan nyeri perut (5 persen). Sedangkan pasien yang tidak bergejala sekitar 35 persen. Gejala umum ini dikatakan cukup ringan sehingga banyak yang mengabaikan dan cenderung menganggapnya flu biasa. Ia mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika sudah menemukan beberapa gejala di atas agar teridentifikasi positif COVID-19 atau tidak.

"Kalau orang cenderung menganggapnya flu, dia akan abai dengan protokol kesehatan. Kalau terkonfirmasi langsung berjaga-jaga dan langsung isoman. Jadi, segeralah ke puskesmas. Sebaiknya memang kita mengetahui bila ada keluhan, bahkan walau hanya berupa flu," katanya.

Penularan varian Omicron berkali-kali lebih cepat dibandingkan Delta. Akan tetapi, pemulihannya pun lebih cepat dibandingkan varian lain. Meski demikian, Erlina menyarankan untuk tetap melakukan isolasi selama 10 hari.

"Karena gejala ringan, pemulihannya bisa lebih cepat. Jadi hari kelima sampai ketujuh biasanya sudah pulih dan sudah negatif. Tapi dari pedoman kita, baik itu Delta atau Omicron yang tanpa gejala, masa isolasinya tetap 10 hari," katanya. [yy/Yayuk Widiyarti/tempo]