pustaka.png
basmalah2.png


10 Rabiul-Awwal 1445  |  Senin 25 September 2023

Jangan Tertipu Klaim Sehat, Banyak Yoghurt Anak Punya Kandungan Gula Tinggi

Jangan Tertipu Klaim Sehat, Banyak Yoghurt Anak Punya Kandungan Gula Tinggi

Fiqhislam.com - Yoghurt mungkin menjadi salah satu makanan kesukaan anak-anak, lantara kaya rasa dan lebih sehat dibandingkan dengan camilan seperti es krim atau puding.

Tapi jangan salah, yoghurt anak yang beredar di pasaran tidak semuanya mengandung takaran yang pas. Justru, ditemukan bahwa kebanyakan yoghurt anak-anak mengandung kadar gula tinggi dan hanya 5 persen di antara produk yang beredar yang mengandung level gula dalam takaran sehat dan pas.

Mengutip Dailymail, dikatakan bahwa hanya 5 persen yoghurt anak-anak yang mengandung gula dalam takaran sehat, alias hanya 1 dari 20 yoghurt.

Bahkan ada produk yoghurt yang mengandung lima setengah sendok teh gula per porsinya atau setara dengan 16 biskuit susu. Pakar makan sehat mengatakan klaim tentang kadar kalsium dan vitamin D pada yoghurt sarat gula, kerap mengalihkan perhatian orang tua dari meneliti label isi kandungan nutrisi.

Padahal seperti pedoman National Health Service Inggris, anak-anak berusia 4 hingga 6 tahun, tidak boleh mengonsumsi lebih dari 19 gram gula tambahan per hari. Sedangkan anak-anak berusia antara 7-10 tahun tidak boleh mengonsumsi lebih dari 24 gram per hari. Gula tambahan termasuk sirup dan konsentrat buah yang ada pada yoghurt.

Dokter Kawther Hashem, ahli gizi dan kepala campaign Action on Sugar, mengatakan biasanya memang penjual produk mencoba untuk mencegah mata orang tua melihat jumlah signifikan gula pada label nutrisi dengan menggunakan klaim yang terdengar sehat dan visualiasai gambar kartun.

“Para orang tua dengan mudah bisa terkecoh saat di lorong yoghurt di supermarket, contohnya mengambil yoghurt berlabel warna hijau dengan tulisan 'healthy'. Perusahaan makanan harus berusaha untuk mengurangi kandungan gula dalam produknya, terutama yang memang menargetkan anak-anak,” kata Dr. Kawther Hashem

Diperingatkan oleh ahli gizi khusus makanan sehat keluarga dan anak-anak, Julia Wolman, bahwa pilihan makanan untuk si kecil sedari dini memang sudah sangat harus diperhatikan oleh orang tua. Untuk makanan manis misalnya, ketika anak sudah terbiasa dengan makanan dan minuman manis sejak kecil maka akan berlanjut terus hingga dewasa nanti.

“Sebenarnya tidak mengejutkan, bahwa begitu banyak yoghurt yang ditujukan untuk anak-anak masih mengandung gula tambahan. yoghurt adalah salah satu produk yang selalu mengandung gula, terutama yoghurt susu, karena laktosa yang merupakan gula alami yang ditemukan dalam susu," kata dia.

"Masalahnya adalah ketika anak-anak menjadi terbiasa menyukai makanan manis, preferensi rasa ini bisa terus ada di sepanjang kehidupan anak, lalu tumbuh jadi remaja hingga jadi orang dewasa,” pungkas Julia. [yy/Pradita Ananda/okezone]

 

Jangan Tertipu Klaim Sehat, Banyak Yoghurt Anak Punya Kandungan Gula Tinggi

Fiqhislam.com - Yoghurt mungkin menjadi salah satu makanan kesukaan anak-anak, lantara kaya rasa dan lebih sehat dibandingkan dengan camilan seperti es krim atau puding.

Tapi jangan salah, yoghurt anak yang beredar di pasaran tidak semuanya mengandung takaran yang pas. Justru, ditemukan bahwa kebanyakan yoghurt anak-anak mengandung kadar gula tinggi dan hanya 5 persen di antara produk yang beredar yang mengandung level gula dalam takaran sehat dan pas.

Mengutip Dailymail, dikatakan bahwa hanya 5 persen yoghurt anak-anak yang mengandung gula dalam takaran sehat, alias hanya 1 dari 20 yoghurt.

Bahkan ada produk yoghurt yang mengandung lima setengah sendok teh gula per porsinya atau setara dengan 16 biskuit susu. Pakar makan sehat mengatakan klaim tentang kadar kalsium dan vitamin D pada yoghurt sarat gula, kerap mengalihkan perhatian orang tua dari meneliti label isi kandungan nutrisi.

Padahal seperti pedoman National Health Service Inggris, anak-anak berusia 4 hingga 6 tahun, tidak boleh mengonsumsi lebih dari 19 gram gula tambahan per hari. Sedangkan anak-anak berusia antara 7-10 tahun tidak boleh mengonsumsi lebih dari 24 gram per hari. Gula tambahan termasuk sirup dan konsentrat buah yang ada pada yoghurt.

Dokter Kawther Hashem, ahli gizi dan kepala campaign Action on Sugar, mengatakan biasanya memang penjual produk mencoba untuk mencegah mata orang tua melihat jumlah signifikan gula pada label nutrisi dengan menggunakan klaim yang terdengar sehat dan visualiasai gambar kartun.

“Para orang tua dengan mudah bisa terkecoh saat di lorong yoghurt di supermarket, contohnya mengambil yoghurt berlabel warna hijau dengan tulisan 'healthy'. Perusahaan makanan harus berusaha untuk mengurangi kandungan gula dalam produknya, terutama yang memang menargetkan anak-anak,” kata Dr. Kawther Hashem

Diperingatkan oleh ahli gizi khusus makanan sehat keluarga dan anak-anak, Julia Wolman, bahwa pilihan makanan untuk si kecil sedari dini memang sudah sangat harus diperhatikan oleh orang tua. Untuk makanan manis misalnya, ketika anak sudah terbiasa dengan makanan dan minuman manis sejak kecil maka akan berlanjut terus hingga dewasa nanti.

“Sebenarnya tidak mengejutkan, bahwa begitu banyak yoghurt yang ditujukan untuk anak-anak masih mengandung gula tambahan. yoghurt adalah salah satu produk yang selalu mengandung gula, terutama yoghurt susu, karena laktosa yang merupakan gula alami yang ditemukan dalam susu," kata dia.

"Masalahnya adalah ketika anak-anak menjadi terbiasa menyukai makanan manis, preferensi rasa ini bisa terus ada di sepanjang kehidupan anak, lalu tumbuh jadi remaja hingga jadi orang dewasa,” pungkas Julia. [yy/Pradita Ananda/okezone]

 

Mengganggu Tumbuh Kembang Anak

Hati-hati, Gula Berlebih Dapat Mengganggu Tumbuh Kembang Anak


Fiqhislam.com - Makanan atau camilan anak-anak cenderung memiliki rasa manis, padahal konsumsi gula pada anak perlu dibatasi. Asupan gula berlebih pada anak dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, termasuk memengaruhi tumbuh kembangnya.

Tanpa disadari, banyak makanan maupun minuman yang dikonsumsi anak mengandung gula dalam kadar yang tinggi. Misalnya jus buah kemasan, biskuit, permen, kue, minuman bersoda, hingga saus tomat. Selain itu, kandungan gula pada susu untuk anak juga perlu diperhatikan, terutama susu dalam kemasan yang memiliki beragam jenis perasa buatan. Orangtua sebaiknya memberikan susu tanpa atau rendah gula untuk menghindari efek buruk kelebihan gula pada anak.

Dampak Gula Berlebih pada Anak

Sebenarnya gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh. Namun dalam kadar yang berlebih, gula justru bisa menjadi bumerang dan dapat membahayakan kesehatan anak. Risiko terhadap kesehatan juga meningkat, jika kebiasaan mengonsumsi gula berlebih dibiarkan hingga dewasa.

Berikut beberapa bahaya asupan gula berlebih pada anak yang bisa saja terjadi:

Kerusakan gigi

Saat makanan yang mengandung gula menempel di gigi, maka kerusakan gigi bisa saja terjadi. Terlebih jika si Kecil tidak terbiasa untuk membersihkan giginya secara teratur, dengan baik dan benar.

Mengalami obesitas

Berdasarkan sebuah penelitian, 8 dari 100 anak di Indonesia menderita obesitas. Penyebab obesitas pada anak bisa bermacam-macam, mulai dari kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, termasuk konsumsi gula berlebih. Dalam jangka panjang, obesitas dapat memicu penyakit jantung, kolesterol dan tekanan darah tinggi, gangguan tulang, serta gangguan mental, seperti lebih rentan mengalami stres dan kurang percaya diri.

Menderita penyakit diabetes

Tidak hanya meningkatkan risiko terjadinya obesitas saja, konsumsi gula berlebih pada anak juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes.

Selain itu, asupan gula berlebihan juga disebut bisa menyebabkan sugar rush pada anak. Namun, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

Cara Membatasi Porsi Gula pada Anak

Orang tua perlu mengetahui porsi gula yang aman bagi anak. Anak usia 2-18 tahun, hanya diperbolehkan mendapat kurang dari 25 gram atau 6 sendok teh tambahan gula per harinya. Konsumsi gula seharusnya tidak lebih dari 10% total kalori setiap hari.

Dianjurkan untuk membiasakan anak mengonsumsi berbagai sumber karbohidrat yang mengandung gula alami, seperti sayur, buah, dan susu. Meski demikian, susu juga sebaiknya diberikan secara hati-hati pada anak-anak.

Untuk mencegah dampak buruk kelebihan asupan gula pada anak, orang tua dapat memberikan susu 0% sukrosa atau bebas gula. Selain itu, orang tua juga harus memerhatikan kandungan nutrisi dalam susu yang diberikan pada Si Kecil. Misalnya pada anak usia 1-3 tahun, perlu diberikan susu pertumbuhan dengan nutrisi yang lengkap untuk menunjang tumbuh kembangnya.

Selain bebas gula, penting memilih susu yang mengandung berbagai nutrisi yang mampu mendukung pertumbuhan Si Kecil, seperti:

DHA
Saat memilih susu untuk anak, pilih susu yang mengandung DHA. Sebab kandungan DHA mampu membantu perkembangan otak dan kemampuan kognitif anak dengan baik.

Beta glucan
Kandungan beta glucan yang terdapat pada susu mampu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

Vitamin B kompleks
Susu pertumbuhan yang mengandung aneka jenis vitamin B, mulai dari B2, B3, B3, B6, hingga B12, membawa berbagai macam manfaat kesehatan untuk anak. Selain meningkatkan sistem metabolisme tubuh, vitamin-vitamin ini juga baik untuk kesehatan saraf dan sistem sirkulasi darah.

Prebiotik
Kandungan prebiotik seperti PDX-GOS dalam susu, penting untuk menjaga kesehatan saluran cerna Si Kecil. Prebiotik merupakan sumber nutrisi untuk bakteri baik di pencernaan.

Zinc
Pilihlah susu mengandung zinc yang dibutuhkan dalam pertumbuhan anak. Asupan zinc yang tidak tercukupi dengan baik dapat menghambat pertumbuhan anak dan menyebabkan berat badan kurang.

Penting bagi orang tua untuk memerhatikan asupan gula yang memadai pada anak. Namun, hindari asupan gula yang berlebihan agar tidak mengganggu tumbuh kembangnya. Ajarkan juga anak untuk mengonsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter anak, untuk mendapatkan rekomendasi yang tepat dalam mencukupi kebutuhan nutrisi anak. [yy/alodokter]

oleh dr. Allert Benedicto Ieuan Noya