11 Ramadhan 1444  |  Minggu 02 April 2023

basmalah.png

Alasan Vaksin Influenza Harus Diulang Tiap Tahun

Alasan Vaksin Influenza Harus Diulang Tiap TahunFiqhislam.com - Berbeda dengan kebanyakan vaksin, vaksin influenza disarankan untuk diulang atau diperbarui setiap tahun. Pengulangan perlu dilakukan karena berkaitan dengan virus influenza yang selalu bermutasi.

Secara umum, virus influenza dapat terbagi ke dalam tiga tipe yaitu influenza A, influenza B dan influenza C. Yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah influenza A dan influenza B.

Influenza B hanya memiliki dua subtipe yaitu Victoria dan Yamagata. Akan tetapi, Influenza A memiliki beragam subtipe yang kerap berubah. Saat ini, subtipe influenza A yang sedang bersirkulasi adalah H1N1 dan H3N2.



"Kombinasi H dan N ini selalu berganti-ganti, jadi vaksin harus disesuaikan," jelas Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD KAI FINASIM dalam peringatan Hari Flu Sedunia bersama Sanofi Pasteur, di Jakarta.

Secara umum, vaksin influenza bisa hadir dalam bentuk trivalen maupun kuadrivalen. Vaksin influenza trivalen dapat memberikan perlindungan terhadap dua subtipe influenza A dan satu subtipe influenza B. Sedangkan vaksin influenza kuadrivalen dapat memberikan perlindungan terhadap dau subtipe influenza A dan dua subtipe influenza B.

Setiap tahun, WHO mengumpulkan sampel dari berbagai wilayah di dunia untuk bisa memprediksi subtipe virus influenza apa yang kira-kira akan bersirkulasi di tahun berikutnya. Dari prediksi WHO ini, perusahaan farmasi akan membuat vaksin influenza dengan kombinasi yang sesuai.

"Vaksinasi bisa dilakukan kapan saja. Setahun sekali. Tiap tahun rutin," jelas Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF) Prof dr Cissy B Kartasasmita SpA(K) PhD.

Insiden flu paling sering ditemukan pada usia anak-anak dan juga lansia. Oleh karena itu, kelompok usia ini sangat direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin influenza secara rutin.

"Panduan WHO, anak enam bulan sampai lima tahun harus dapat vaksinasi influenza," tutur Cissy.

Kelompok berisiko tinggi seperti orang-orang yang menderita penyakit jantung, diabetes serta asma juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin influenza secara rutin. Yang tak kalah penting adalah petugas kesehatan karena berpotensi untuk menularkan atau tertular selama bekerja.

Orang-orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri juga disarankan mendapatkan vaksin influenza. Vaksin influenza perlu diberikan minimal dua minggu sebelum keberangkatan agar antibodi sudah terbentuk dengan baik.

"Ibu hamil juga harus vaksin, di trimester kedua atau ketiga. Itu pedoman WHO," papar Cissy.

Cissy mengingatkan masyarakat bahwa penyakit influenza berbeda dengan penyakit salesma biasa yang selama ini sering disalahartikan masyarakat awam sebagai 'flu'. Penyakit influenza bisa menjadi sangat berbahaya, menyebabkan endemik serta pandemik, bahkan mengancam jiwa.

Sebagai contoh, pada 2019 lalu subtipe influenza A yaitu H1N1 menyebabkan sempat menyebabkan pandemik. Selain itu, ada pula H5N1 atau flu burung yang merupakan salah satu jenis virus influenza berbahaya dan telah menelan korban jiwa.

Risiko komplikasi dari penyakit influenza juga cukup berat. Beberapa di antaranya adalah pneumonia serta gagal ginjal. Oleh karena itu, vaksinasi influenza perlu dilakukan dan diulang secara rutin setiap tahun. [yy/republika]

Alasan Vaksin Influenza Harus Diulang Tiap TahunFiqhislam.com - Berbeda dengan kebanyakan vaksin, vaksin influenza disarankan untuk diulang atau diperbarui setiap tahun. Pengulangan perlu dilakukan karena berkaitan dengan virus influenza yang selalu bermutasi.

Secara umum, virus influenza dapat terbagi ke dalam tiga tipe yaitu influenza A, influenza B dan influenza C. Yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah influenza A dan influenza B.

Influenza B hanya memiliki dua subtipe yaitu Victoria dan Yamagata. Akan tetapi, Influenza A memiliki beragam subtipe yang kerap berubah. Saat ini, subtipe influenza A yang sedang bersirkulasi adalah H1N1 dan H3N2.



"Kombinasi H dan N ini selalu berganti-ganti, jadi vaksin harus disesuaikan," jelas Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD KAI FINASIM dalam peringatan Hari Flu Sedunia bersama Sanofi Pasteur, di Jakarta.

Secara umum, vaksin influenza bisa hadir dalam bentuk trivalen maupun kuadrivalen. Vaksin influenza trivalen dapat memberikan perlindungan terhadap dua subtipe influenza A dan satu subtipe influenza B. Sedangkan vaksin influenza kuadrivalen dapat memberikan perlindungan terhadap dau subtipe influenza A dan dua subtipe influenza B.

Setiap tahun, WHO mengumpulkan sampel dari berbagai wilayah di dunia untuk bisa memprediksi subtipe virus influenza apa yang kira-kira akan bersirkulasi di tahun berikutnya. Dari prediksi WHO ini, perusahaan farmasi akan membuat vaksin influenza dengan kombinasi yang sesuai.

"Vaksinasi bisa dilakukan kapan saja. Setahun sekali. Tiap tahun rutin," jelas Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF) Prof dr Cissy B Kartasasmita SpA(K) PhD.

Insiden flu paling sering ditemukan pada usia anak-anak dan juga lansia. Oleh karena itu, kelompok usia ini sangat direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin influenza secara rutin.

"Panduan WHO, anak enam bulan sampai lima tahun harus dapat vaksinasi influenza," tutur Cissy.

Kelompok berisiko tinggi seperti orang-orang yang menderita penyakit jantung, diabetes serta asma juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin influenza secara rutin. Yang tak kalah penting adalah petugas kesehatan karena berpotensi untuk menularkan atau tertular selama bekerja.

Orang-orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri juga disarankan mendapatkan vaksin influenza. Vaksin influenza perlu diberikan minimal dua minggu sebelum keberangkatan agar antibodi sudah terbentuk dengan baik.

"Ibu hamil juga harus vaksin, di trimester kedua atau ketiga. Itu pedoman WHO," papar Cissy.

Cissy mengingatkan masyarakat bahwa penyakit influenza berbeda dengan penyakit salesma biasa yang selama ini sering disalahartikan masyarakat awam sebagai 'flu'. Penyakit influenza bisa menjadi sangat berbahaya, menyebabkan endemik serta pandemik, bahkan mengancam jiwa.

Sebagai contoh, pada 2019 lalu subtipe influenza A yaitu H1N1 menyebabkan sempat menyebabkan pandemik. Selain itu, ada pula H5N1 atau flu burung yang merupakan salah satu jenis virus influenza berbahaya dan telah menelan korban jiwa.

Risiko komplikasi dari penyakit influenza juga cukup berat. Beberapa di antaranya adalah pneumonia serta gagal ginjal. Oleh karena itu, vaksinasi influenza perlu dilakukan dan diulang secara rutin setiap tahun. [yy/republika]

Perbedaan Mendasar Influenza dan Selesma

Perbedaan Mendasar Influenza dan Selesma


Fiqhislam.com - Saat mengalami gejala pilek dan bersin-bersin biasa atau selesma, tak sedikit orang yang mengklaim dirinya sedang terkena penyakit influenza. Padahal, selesma dan influenza merupakan dua penyakit yang berebeda.

"Selesma dan influenza disebabkan virus yang berbeda," ungkap Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD K-AI FINASIM dalam peringatan Hari Flu Sedunia bersama Sanofi Pasteur di Jakarta, Senin (25/11).

Influenza, terang Iris merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza. Secara umum, virus influenza yang menginfeksi manusia dapat terbagi ke dalam dua tipe yaitu virus influenza tipe A dan tipe B.

"Dua-duanya cukup ganas sehingga bisa menyebabkan kematian dan wabah," lanjut Iris.

Salah satu contoh dari penyakit influenza adalah flu burung. Flu burung merupakan penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza tipe A.

Selesma, lanjut Iris, merupakan keluhan pilek biasa yang dapat disebabkan oleh beraneka macam virus. Akan tetapi virus yang menyebabkan selesma bukanlah virus-virus yang ganas.

Iris mengatakan selesma bisa sembuh dengan sendirinya. Yang terpenting adalah selama masa pemulihan pasien mendapatkan minum, istirahat dan tidur yang cukup. Obat-obatan bisa diberikan untuk mengatasi keluhan yang muncul saat selesma.

"Obat diberikan untuk meringankan gejala," jelas Iris.

Influenza dan selesma seringkali sulit dibedakan oleh masyarakat awam karena memiliki gejala yang mirip. Namun, gejala-gejala pada influenza dan selesma sebenarnya cukup berbeda.

Pada selesma, tutur Iris, gejala seperti demam, sakit kepala serta nyeri dan pegal jarang ditemukan. Sebaliknya, pasien influenza dapat mengalami demam tiba-tiba dan tinggi selama 3-4 hari, sering mengeluhkan sakit kepala, serta cukup sering mengeluhkan nyeri atau pegal yang cukup berat.

Pasien selesma juga jarang merasakan keluhan lemah. Sebaliknya, pasien infuenza cenderung merasa lemah yang cukup berat dan dapat berlangsung hingga satu bulan. Oleh karena itu, pasien selesma jarang membutuhkan istirahat total di tempat tidur sedangkan pasien infuenza kerap membutuhkan istirahat di tempat tidur hingga 5-10 hari.

Iris menambahkan, keluhan pilek, bersin-bersin dan tenggorokan sakit biasa ditemukan pada pasien selesma. Akan tetapi, keluhan-keluhan tersebut jarang ditemukan pada pasien influenza. Di sisi lain, pasien selesma jarang mengalami keluhan batuk sedangkan pasien influenza cukup sering mengeluhkan batuk.

"Batuknya (untuk pasien influenza) bisa menjadi parah," ujar Iris.

Risiko komplikasi dari selesma dan influenza juga cukup berbeda. Risiko komplikasi pada selesma adalah sinus atau infeksi telinga. Pada influenza, risiko komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumonia, gagal ginjal hingga mengancam jiwa.

Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF) Prof dr Cissy B Kartasasmita SpA(K) PhD mengatakan keluhan-keluhan selesma biasanya mulai berkurang setelah tiga hari dan membaik setelah lima hari. Akan tetapi pada influenza, keluhan-keluhan tetap dirasakan meski 3-5 hari telah berlalu.

"Kalau tiga hari tidak sembuh sendiri, apalagi makin parah, harus berobat," terang Cissy. [yy/republika]

 

Tags: Vaksin | Influenza