Dari Perdarahan sampai Gigi Rusak, Ini Dampak Veneer Abal-Abal
Fiqhislam.com - Veneer yang dikenal sebagai prosedur pemutihan gigi menggunakan lapisan kini banyak dilakukan dengan praktik abal-abal.
Dijelaskan drg. Rifqie Al Haris, veneer gigi pada dasarnya bertujuan untuk mengubah warna gigi yang cacat atau memperbaiki gigi yang gompal agar kembali normal dengan lapisan buatan. Pemasangan veneer harus sesuai indikasi medis dan memerhatikan aspek manfaat yang tentunya berisiko.
"Saat mau memasang veneer kan gigi asli harus dikikis, ketebalan dan jaraknya lapisan veneer juga harus diperhatikan agar bentuk dan susunan alami gigi tidak hilang. Kalau yang enggak ngerti ilmunya, tinggal tunggu bom waktu saja" katanya kepada kepada DetikHealth, saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Satu dari delapan dokter gigi yang menjadi admin akun Instagram @korbantukanggigi tersebut sering kali menemukan laporan kasus veneer abal-abal. Laporan tersebut kemudian diposting dalam media sosial Korban Tukang Gigi yang bertujuan mengedukasi masyarakat melalui dokumentasi kasus perawatan gigi yang bermasalah tersebut.
"Baru-baru ini ada artis yang mengaku menyesal seumur hidup setelah memasang veneer. Gusinya jadi perdarahan terus dan giginya rusak semua," terangnya.
Pemasangan veneer menurutnya harus dibuat dengan presisi yang sangat tinggi. Dengan demikian, jika pemasangannya meleset, baik gigi, gusi, sampai tulang pemegang gigi bisa rusak.
"Lebih jauh lagi otot pengunyahan akan terganggu, sendi yang terlibat rusak, otot wajah dan otot-otot sekitar kepala dan leher terpengaruh. Akan sangat dimaklumi jika efek lebih jauhnya adalah migren, pusing-pusing, pegal leher sampai telinga berdenging," tulisnya dalam satu postingan laporan pemasangan veneer abal-abal.
Oleh karena itu, ia kembali mengingatkan bahwa pemasangan veneer adalah prosedur perawatan yang bisa dilakukan jika ada indikasi medis.
"Baik pemasangan veneer, bleaching, atau behel itu sama-sama prosedur perawatan, bukan aksesoris atau salon gigi. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi yang cacat jadi baik, bukan yang sudah baik jadi dimodifikasi untuk gaya-gayaan," tegasnya. [yy/health.detik]