Fiqhislam.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia berkomitmen untuk menjadi pemain industri halal dunia. Hal ini menyusul potensinya ekonomi dan keuangan syariah yang sangat besar.
Menurut Perry, komitmen pemerintah untuk menuju jadi pemain industri halal dunia sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Tak hahya di sektor perbankan, sektor-sektor lainnya juga kini sudah mulai diarahkan untuk menjadi pemain global.
“Pemerintah dan kita semua ingin bagaimana Indonesia jadi player di dunia. Ini langkah-langkah yang selalu kita tingkatkan sehak 2015 dalam memperkuat langkah yang sebelumnya hanya fokus di perbankan,” ujarnya dalam acara Webinar Syariah Series KAFEGAMA 2020, di Jakarta, Senin (30/11/2020).
Oleh karena itu lanjut Perry, pemerintah terus menggeber ekonomi syariah. Misalnya adalah di sektor perbankan, zakat produktif, dan memasok supplay chain lewat ekspor impor barang.
“Di 2015 pengembangan ekonomi syariah semakin diperluas seperti di perbankan, pasar modal, mobilisasi wakaf zakat produktif, dan mebuat halal supply chain. Termasukjuga kita kampanyekan sosialisasi literasi ekonomj dan bi sangat antusias setiap tahun menggelar ISEF,” ucapnya.
Menurut Perry, langkah serius Indonesia merambah industri halal sudah mulai dibuktikan dengan beberapa langkah yang dilakukan pemerintah. Misalnya adalah membentuk Komite Nasional Keuangan Ekonomi Syariah (KNKS).
“Itu sebagai langkah kita sinergikan dan berkoordinasi dgn masing-masing lembaga, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI, perbankan untuk bersama majukan ekonomi keuangan syariah. Jadi sekali lagi, ini pendekatan model bisnis ekonomi yang memang terus perlu kita kembangkan,” tukas dia. [yy/okezone]
Artikel Terkait:
Posisi Indonesia Sangat Strategis di Perekonomian Syariah Global
Posisi Indonesia Sangat Strategis di Perekonomian Syariah Global
Fiqhislam.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa saat ini posisi Indonesia sangat strategis di perekonomian syariah global. Khususnya jika berbicara tentang pasar keuangan syariah dan tiga laporan yang diterbitkan oleh tiga lembaga internasional.
Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh menjelaskan, berdasarkan Global Islamic Economy Report 2020, Indonesia berada di peringkat ke-4, dimana tahun sebelumnya berada di peringkat ke-5. Kemudian, berdasarkan Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019, Indonesia sudah menjadi ranking pertama dan hanya berbeda selisih poin sedikit dengan Malaysia dari sisi islamic finance. Padahal, posisi Indonesia pada tahun 2018 di peringkat ke-6.
Kemudian, menurut Islamic Finance Development Report (IFDR) menunjukkan hal yang sama, tahun 2019 Indonesia berada di peringkat 4, dimana tahun sebelumnya berada di peringkat 10 sekaligus menandakan adanya pertumbuhan.
"Dari sisi apapun, siapapun yang melakukan laporannya, global melihat Indonesia adalah sebuah negara dengan potensi yang sangat luar biasa karena tumbuh terus, malah dibeberapa tahun terakhir tumbuh signifikan, sementara negara lain itu sudah mulai mendekati titik jenuh untuk growth, ini yang harus kita pahami bahwa Indonesia adalah pasar 'seksi' sehingga global melihat Indonesia sangat perlu diperhitungkan," ujar Irwan dalam Webinar Syariah Series KAFEGAMA 2020, Senin (30/11/2020).
Irwan menambahkan, dalam dua periode berturut turut, jumlah transaksi investasi untuk industri halal dan ekonomi syariah baik dari sisi keuangan dan sektor lainnya menunjukkan adanya konsistensi dan data di atas menyebutkan bahwa Indonesia tumbuh karena terus konsisten menjaga pertumbuhan di saat negara lain mulai mendekati titik jenuh.
"Kenapa? karena kalau dilihat dari milestone, pasar modal syariah sebenarnya tidak terlalu terlambat kalau dari sisi pertama kali ada produk, kita tahun 1997 sudah punya produk syariah pertama. Indeks pertama syariah kita tahun 2000, Dow Jones Islamic Market tahun 1999, artinya starting point kita sama," ucapnya.
"Cuma memang dari tahun 1997 sampai tahun 2010 kita relatif pertumbuhannya stuck dengan pasar modal syariah," sambungnya. [yy/okezone]