Fiqhislam.com - Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Budi Gunadi Sadikin menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia meski dalam keadaan yang kontraksi masih tertolong dengan adanya peningkatan di belanja daring. Ia menilai, jika sistem jual beli masih gencar dilakukan secara fisik seperti jaman dulu, ia memproyeksikan ekonomi Indonesia jauh lebih buruk.
Budi menjelaskan, Indonesia bukan kali ini saja mengalami krisis ekonomi. Namun, tahun ini meski seluruh dunia menghadapi krisis yang sama, namun kondisi Indonesia masih bisa tertolong.
"Saat ini perdagangan digital secara volume jauh lebih baik daripada pasar basah atau perdagangan fisik yang di mal-mal itu. Kalau kita masih mengandalkan perdagangan fisik, maka kondisi ekonomi akan berada jauh di bawah lagi," ujar Budi dalam diskusi virtual, Selasa (24/11).
Budi menjelaskan, setiap krisis dari waktu ke waktu punya mitigasi yang berbeda. Ia menilai, penanganan krisis saat ini tidak bisa diselesaikan dengan kebijakan lama. Hal ini yang menurut dia malah akan berbahaya dan akan sulit membuat Indonesia rebound secara ekonomi.
"Yang bahaya adalah ketika kebijakan lama yang kita gunakan untuk memulihkan krisis keuangan. Itu yang membuat kita terjebak," ujar Budi.
Maka dari itu, Budi menilai langkah pemerintah memperkuat UMKM saat ini merupakan salah satu langkah strategis. Ia menilai, di era teknologi saat ini penguatan UMKM bisa menopang roda perekonomian.
"Perlindungan sosial untuk UMKM ini yang paling penting. Karena kita juga gak tau apakah selama dua tahun mendatang krisis ini selesai atau enggak. Penguatan di sektor ini penting," ujar Budi. [yy/republika]
Artikel Terkait:
Jadi Target Pasar Ekonomi Digital
Indonesia Jadi Target Pasar Ekonomi Digital Terbesar di Asia Tenggara
Fiqhislam.com - Laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkap ketangguhan ekonomi digital Indonesia. Dari seluruh negara di Asia Tenggara, Indonesia menjadi target pasar ekonomi berbasis teknologi tersebut.
"Indonesia tetaplah pasar ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara dan menjadi medan persaingan utama bagi platform-platform teknologi. Oleh sebab itu, mereka sangat siap untuk menjadi pendorong utama inovasi digital di kawasan ini," kata Partner and Leader dari Southeast Asia Private Equity Practice di Bain & Company Alessandro Cannarsi dalam diskusi virtual, Selasa (24/11/2020).
Dia menilai akibat pandemi Covid-19 membuat pola hidup manusia mengalami perubahan. Kini, mereka mulai merasakan manfaatnya dari adanya perkembangan teknologi tersebut.
“COVID-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di Asia Tenggara, dan perkembangan sektor layanan keuangan digital, HealthTech, dan EdTech diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Investment Strategist Temasek Rohit Sipahimalani menyebut dengan banyaknya pengguna baru teknologi berbasis internet serta e-commerce memunculkan prospek untuk usaha-usaha baru di Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan untuk usaha yang sudah ada.
“Kami masih melihat potensi yang besar dari ekonomi digital Indonesia, dengan pertumbuhan yang didorong oleh besarnya jumlah pengguna internet yang sangat aktif dan bahkan semakin aktif menggunakan internet karena pandemi," kata dia.
Dia menyatakan bersama dengan swasta, pemerintah, dan masyarakat, berkomitmen untuk turut membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan di Asia Tenggara.
“Kami juga terus melihat adanya peluang-peluang investasi pada ekonomi internet Asia Tenggara, yang sejalan dengan tren struktural kami untuk mendorong kemajuan sosial dengan memanfaatkan teknologi," katanya.
Sebagai informasi, pendanaan ekonomi digital pun semakin kuat di Indonesia, dengan dibukukannya 202 kesepakatan investasi senilai USD2,8 miliar selama paruh pertama 2020, dibandingkan total USD3,2 miliar dari 355 kesepakatan investasi sepanjang tahun 2019. [yy/okezone]
Tembus Rp620 Triliun
Ada Covid-19, Nilai Ekonomi Digital Indonesia Tembus Rp620 Triliun
Fiqhislam.com - Laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkap ketangguhan ekonomi digital Indonesia.
Dalam laporan tahunan kelimanya, berjudul “At full velocity: Resilient and Racing Ahead”, nilai ekonomi internet di Tanah Air secara keseluruhan diperkirakan bernilai USD44 miliar atau setara Rp620 triliun (kurs Rp14.100 per USD) pada 2020 dan diperkirakan mencapai USD124 miliar pada 2025.
E-commerce naik 54% menjadi USD32 miliar pada 2020, dari USD21 miliar pada 2019. Pertumbuhan momentum e-commerce di Indonesia juga tercermin dari peningkatan 5 kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan online karena pandemi.
“Laporan tahun ini menunjukkan ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh dua digit, dipimpin oleh e-commerce dan media online,” kata Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf dalam diskusi virtual, Selasa (24/11/2020).
Menurut dia, akibat adanya pandemi membuat mayoritas orang berada di rumahnya untuk menyelesaikan segala aktivitasnya. Oleh sebab itu membuat sektor usaha transportasi mengalami penurunan pemasukan dibanding tahun sebelumnya.
“Dengan adanya pandemi, sektor tertentu seperti perjalanan dan transportasi memang terhambat tetapi, seperti yang ditunjukkan laporan ini, hingga 2025 keduanya diperkirakan akan bangkit dalam jangka pendek hingga menengah,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi internet yang mantap seperti ini juga terjadi di Asia Tenggara. Laporan menemukan bahwa ekonomi digital kawasan ini bertumbuh kian cepat akibat pandemi, mencapai USD100 miliar pada 2020 dan akan melampaui USD300 miliar pada 2025.
Dalam kesempatan yang sama, Partner and Leader dari Southeast Asia Private Equity Practice di Bain & Company Alessandro Cannarsi menilai wabah tersebut membuat gaya hidup manusia mengalami perubahan. Kini, mereka lebih memanfaatkan internet untuk melakukan transaksi.
“COVID-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di Asia Tenggara, dan perkembangan sektor layanan keuangan digital, HealthTech, dan EdTech diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat,” ujarnya. [yy/okezone]