Fiqhislam.com - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho menyebut, terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) turut berpengaruh terhadap Indonesia. Setidaknya ada empat pengaruh terhadap ekonomi Indonesia setelah Biden terpilih.
"Pertama, ruang kerja sama bilateral antara kedua negara akan lebih ketat, karena memang balik lagi kebijakan perdagangan yang jadi referensi oleh Biden adalah regional daripada perjanjian kerja sama bilateral," ujar Andry dalam video conference, Minggu (8/11/2020).
Kedua, Andry menyebut dengan terpilihnya Joe Biden membuat adanya peluang Indonesia bisa meningkatkan ekspor ke negeri Paman Sam.
"Dari segi impor, nilai impor perdagangan AS sebelum era Trump itu jauh lebih rendah drpd setelah era Trump, itu menjadi salah satu hal yang mungkin kita bisa meningkatkan ekspor ke AS," katanya.
Ketiga, terpilihnya mantan wakil presiden AS ini bisa meningkatkan Foreign Direct Investment ( FDI) atau investasi asing langsung AS di beberapa negara. Hal ini terlihat dari pernyataan Biden terkait beberapa fasilitas mengenai minimum corporate tax di perusahaan-perusahaan di luar AS yang akan mendorong FDI AS dibeberapa negara. "Terutama negara berkembang itu akan meningkat, termasuk rencana investasi di Indonesia. Ini yang perlu jadi perhatian," katanya.
Keempat, investment diversion atau perpindahan investasi dari China. Andry menyebut hal ini harus bisa dimanfaatkan pemerintah. Sebab jika tidak bisa memanfaatkan perpindahan investasi yang dilakukan AS ke negara berkembang maka Indonesia bisa kalah.
"Kalau misalnya kita tidak bisa memanfaatkan investment diversion dari China ini ke beberapa negara berkembang termasuk Indonesia kita akan kalah. Karena sebelumnya pada trade wars kita tidak mendapatkan apa-apa dari investment diversion atau perpindahan investasi dari China ke luar China," ujarnya. [yy/iNews]
Artikel Terkait:
Kebijakan Perdagangan Biden
Prediksi Kebijakan Perdagangan Biden, Apindo: Konsepnya Fair Trade
Fiqhislam.com - Joe Biden menang suara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) melawan calon presiden (Capres) petahana Donald Trump. Sosok Biden yang berasal dari Partai Demokrat dianggap menjadi memberi angin segar di tengah karut-marut situasi global saat ini.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menuturkan, Biden akan memberikan harapan baru bagi AS dan kepemimpinan di dunia. Meski begitu, kebijakan Biden juga tidak akan pro-free trade sepenuhnya.
Biden akan lebih mengupayakan keseimbangan antara proteksi pasar AS dari impor, khususnya dari China dan negara-negara lain yang dianggap melakukan persaingan dagang tidak sehat. "Karena itu, Biden kemungkinan besar tidak serta merta akan menghentikan trade war, review ataupun penyelidikan-penyelidikan dagang terkait aktivitas perdagangan AS dengan negara-negara lain," ujar dia kepada MNC Portal, Minggu (8/11/2020).
Bahkan, dalam presentasi economic plan-nya berjudul Made in All of America, Biden merumuskan political will untuk memproteksi pasar AS dan penciptaan lapangan kerja. Biden mengatakan, tidak sungkan untuk mengenakan tarif atau trade barriers pada rekan dagang yang dianggap merugikan AS.
Hal ini khususnya terkait kecurangan perdagangan meliputi dumping, subsidi perdagangan hingga persaingan usaha tidak sehat karena peran badan usaha milik negara (BUMN) di negara pesaing. "Jadi, pada prinsipnya kebijakan Biden akan relatif sama dengan Trump. Hanya saja konsep yang diusung Biden lebih terstruktur (bukan sporadis seperti Trump) mengarah pada konsep fair trade," ucap dia.
Dia juga menjelaskan, Biden akan lebih terbuka untuk menciptakan kompromi dagang yang mengarah pada konsep fair trade dengan negara-negara yang saat ini sedang sangat ditekan oleh kebijakan-kebijakan perdagangan Trump. Dia menambahkan, pemerintahan Demokrat cenderung lebih formal dan conform dengan prinsip multilateral.
Di satu sisi, hal ini menciptakan certainty yang baik dalam relasi dagang dan investasi. Namun, di sisi negatifnya ada tekan fair trade yang membuat peningkatan kasus-kasus trade remedies yang dilakukan AS secara bilateral maupun multilateral terhadap Indonesia.
"Di luar itu, kami tidak memproyeksikan banyak perubahan, sebab semua tergantung pada daya tarik iklim usaha dan investasi Indonesia, khususnya karena konflik AS-China dan negara-negara cenderung terus dipertahankan oleh Biden. Pasalnya kebutuhan ekonomi internalnya sendiri, khususnya untuk job creation," tuturnya. [yy/iNews]