Fiqhislam.com - Pandemi Covid-19 memberikan pukulan ekonomi yang belum pernah dirasakan sebelumnya oleh hampir semua negara di dunia. Berbagai sektor tak luput dari imbas kebijakan pembatasan aktivitas sejak awal tahun ini, seperti yang dialami industri penerbangan, pariwisata hingga energi.
Kepala Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart mengatakan, pemulihan ekonomi dunia dari dampak krisis saat ini akan memakan waktu hingga lima tahun. Dampak besar dari krisis akibat Covid-19, kata Reinhart, akan membuat angka kemiskinan global meningkat ke level tertinggi untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun terakhir.
"Mungkin akan ada potensi rebound cepat karena semua kebijakan pembatasan aktivitas mulai dilonggarkan bahkan dicabut, tetapi yang menjadi catatan penting, pemulihan ekonomi dunia secara penuh akan memakan waktu hingga lima tahun," ujar Reinhart, dikutip dari Reuters pada Kamis (17/9/2020).
Dia mengatakan, resesi akibat melemahnya ekonomi akan berlangsung lebih lama di beberapa negara dibandingkan negara lainnya. Hal itu akan memperburuk ketidaksetaraan, karena kelompok termiskin akan semakin terpukul akibat pembatasan akses, penghentian aktivitas dan terbatasnya layanan kesehatan.Dunia Beri Keringanan Utang ke Negara Miskin.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) pada pekan lalu memperingatkan krisis akibat virus corona masih akan jauh dari kata selesai, sehingga pemulihan ekonomi global secara penuh tidak mungkin terjadi pada 2021. Hal itu menggarisbawahi perlunya kerja sama multilateral untuk memastikan pasokan yang memadai bahkan setelah vaksin corona dikembangkan.
TOP 5, Virus Korona Telan Korban di Indonesia dan Sri Mulyani Minta BPJS Buka-bukaan
Dalam esai yang diterbitkan oleh majalah Foreign Policy, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dan Kepala Ekonom Gita Gopinath menyampaikan, pemulihan ekonomi dari krisis memerlukan skala dukungan yang cepat dari pemerintah dan bank sentral, dengan kebijakan luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Pemulihan yang berjalan saat ini masih sangat rapuh dan tidak merata di seluruh wilayah dan semua sektor. Untuk memastikan bahwa pemulihan terus berlanjut, penting bahwa dukungan pemerintah dan bank sentral tidak ditarik terlalu dini,” tulis Georgieva dan Gopinath dalam esai tersebut.
IMF memperkirakan, total biaya dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 akan mencapai 12 triliun dolar AS (Rp178.180 triliun) hingga akhir tahun 2021. Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah kemungkinan akan membutuhkan dukungan biaya pemulihan lanjutan. [yy/iNews]
Artikel Terkait: