Fiqhislam.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bakal menggenjot realisasi belanja negara pada tahun ini. Hal ini dilakukan untuk mendorong perekonomian nasional di kuartal III 2020, setelah diprediksi akan tumbuh negatif pada kuartal II-2020.
"Kita akan terus memonitor secara detail pada minggu per minggu agar bisa jalan, sehingga kuartal III nanti perekonomian kita bisa mulai tumbuh dan bangkit lagi," kata Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Dia menjelaskan, pemulihan ekonomi nasional memang harus dilakukan pada semester II tahun ini. Hal ini untuk mendukung akselerasi pemulihan ekonomi nasional pada tahun depan, yang ditargetkan bisa mencapai antara 4,5-5,5%.
"Dengan demikian momentum pemulihan ekonomi dapat mulai terjaga dan kita jaga terus sampai tahun depan. Meski covid masih memberikan tambahan risiko terhadap langkah pemulihan tersebut," ungkapnya.
Kata dia kenaikan belanja negara akan mempengaruhi pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu, pemerintah merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2020.
"Postur anggaran yang defisitnya memang lebih besar tapi itu untuk mendanai belanja-belanja baik untuk bansos, UMKM, insentif dunia usaha, maupun dalam mendorong sektor keuangan, perbankan dalam rangka mendorong sektor korporasi," pungkasnya. [yy/sindonews]
Dana Asing Terus Kabur, Sri Mulyani Ungkap Pasar Keuangan Masih Tertekan
Dana Asing Terus Kabur, Sri Mulyani Ungkap Pasar Keuangan Masih Tertekan
Fiqhislam.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan, kondisi pasar keuangan Indonesia hingga bulan Juni 2020 masih mengalami tekanan akibat pandemi Corona atau Covid-19. Hal itu tercermin dari aliran modal asing yang terus keluar, baik pada instrumen saham maupun Surat Utang Negara (SUN).
Sambung Sri Mulyani menerangkan, arus modal asing yang keluar pada bulan Juni untuk sektor saham tercatat sebesar Rp1,2 Triliun. Hal ini dikarenakan investor masih mencermati perkembangan virus corona (Covid-19) di beberapa negara.
"Tekanan di pasar keuangan tunjukkan perkembangan positif terutama setelah gejolak besar Maret hingga April 2020. Namun sampai Juni ini jumlah dari net foreign buying atau capital inflow dalam bentuk saham dari Januari hingga Juni 2020 masih negatif Rp12,3 triliun bila bandingkan tahun lalu positif Rp68,8 triliun. Dan dana asing yang keluar sebesar Rp1,2 Trilun di pasar saham,” ujar Menkeu di Gedung DPR, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Total net foreign buying di Indonesia sejak Januari hingga Juni 2020 masih mengalami negatif Rp140,2 triliun atau turun tajam bila dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019 yang positif Rp164 triliun. Selain itu untuk instrumen pembelian SUN sejak Januari hingga Juni 2020 juga tercatat masih negatif Rp127,9 triliun padahal di periode yang sama tahun sebelumnya pembelian SUN masih positif Rp95 triliun.
Sambung dia menerangkan, masih negatifnya aliran modal asing pada tahun ini menggambarkan bahwa tekanan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) masih akan ditambah lagi dengan foreign buying mengalami penurunan yang cukup drastis. "Hal ini tentu ini akan menekan yield obligasi pemerintah, terutama yang dari dalam negeri," ungkapnya.
Namun demikian, kata dia tekanan di pasar keuangan mulai menunjukkan perkembangan yang cukup positif terutama sesudah terjadi gejolak yang cukup besar pada bulan Maret hingga April 2020 lalu. "Kita harapkan ada pemulihan di kuartal III dan IV 2020," jelasnya. [yy/sindonews]
Artikel Terkait: