Keberanian, Pilihan Terpuji Dalam Kehidupan
Fiqhislam.com - “Menjadi kapten sebuah kapal berarti bersedia menghadapi badai “ (James L. Garlow).

Dalam ‘arah yang sesat’, para pemberani itu mencakup pula para koruptor, para pencopet, dan para penjahat lainnya. Mereka berani menempuh risiko untuk menjadi kaya dalam waktu cepat, bernafsu memiliki sesuatu melewati jalan pintas, melanggar hukum dan merampas hak-hak yang bukan milik mereka, dengan kemungkinan jika tertangkap, mereka akan menjalani hukuman negara atau hukuman dari masyarakat.
Dalam khasanah kepemimpinan, dapat kita lihat pelbagai contoh para pemberani. Ini suatu contoh menarik, seorang pemimpin memberikan pandangan tentang pemimpin lainnya. Winston Churchill menuliskan pandangannya tentang Presiden Amerika saat itu, George Washington, yang terkenal sebagai pemberani, “ Tidak mau tahu dan berani, berpandangan jauh ke depan, sabar, angkuh, apa adanya, tidak fleksibel begitu keputusan telah diambilnya. Washington mempunyai karakter “.
Terlepas dari sudut pandang yang berbeda-beda, George Bush adalah seorang pemberani manakala dia mengajak bangsanya berperang kesana-kemari. Ia berani menghadapi penentangan rakyatnya dan opini dunia yang menolak peperangan itu. Sama halnya dengan musuh Bush, Osama bin Laden, adalah seorang pemberani.
Tak terbayangkan, seorang Osama menyerang negara Amerika, langsung ke jantung pemerintahan adidaya itu. Di luar para tokoh itu, banyak pemimpin dunia lain termasuk dalam kategori pemberani : Presiden Morales dari Bolivia, demikian pula Presiden Hugo Cavez dari Venezuela, Presiden Barrack Obama dari Amerika Serikat juga Ahmadimejad dari Iran, Kim Il Sung dari Korea Utara, Aung San Suu Kyi dari Myanmar.
PEMIMPIN LEGENDARIS
Dari kalangan pebisnis dunia, Jack Welch, Chairman dan CEO dari General Electric, adalah pemimpin bisnis yang legendaris, yang dikenal sebagai seorang pemberani. Pada awal kepemimpinannya di GE, perampingan organisasi dan pembaharuan sistem yang dikehendakinya, menuntut GE untuk mengurangi karyawan dalam jumlah besar, termasuk memberhentikan para eksekutif yang tak selaras dengan arah GE di bawah pimpinan Jack.
Suatu dogma yang dianut Jack ( yang kemudian dirangkum dalam buku Jack, Straight to The Gut ) dan kemudian juga menjadi anutan para penerusnya di GE: head, heart and gut ( pintar, manusiawi dan bernyali ) adalah faktor-faktor utama yang harus ada pada diri setiap pemimpin.
Keberanian atau nyali adalah suatu komponen dasar kepemimpinan, disamping kepandaian dan prinsip kemanusiaan. Dalam konsep pemikiran Jack, pandai artinya terampil menentukan arah tujuan dan merumuskan strategi pencapaiannya.
Kemanusiaan berarti adanya welas-asih, penghormatan dan kasih sayang terhadap sesama. Keberanian adalah suatu pilihan ucapan atau tindakan – dalam rangka menuju arah tujuan - yang dilakukan dengan suatu latar belakang pemikiran dan keyakinan tertentu, dengan memperhitungkan segala risiko. ( Dengan demikian, keberanian bukanlah sekedar ucapan atau tindakan yang bermodal nekad, bonek, semata-mata ).
Kata Mary South, seorang penulis, “risiko dan ganjaran itu kembar siam“. Keberhasilan atau kegagalan adalah bagian dari perjalanan. Suatu peribahasa Latin, yang ditulis oleh penulis drama Romawi Kuno, Terence, menyatakan, “ Keberuntungan memilih orang-orang yang berani, audaces fortuna iuvat “.
Pilihan ucapan atau tindakan itu, sebagai suatu ujud keberanian, tidak memiliki jaminan untuk meraih hasil sesuai harapan atau tidak. Ada faktor untung-untungan, ada aspek spekulasi dalam keberanian ini.
Keberanian – dalam arah yang benar – adalah hal yang mulia. “ Keberanian adalah faktor yang terpenting dari semua nilai kebajikan. Karena tanpa keberanian, anda tidak mungkin mempraktekkan nilai-nilai kebajikan lainnya secara konsisten “, kata Maya Angelou. Peribahasa yang kita kenal sejak kanak-kanak menyatakan, “ berani karena benar, takut karena salah “.
Kalau kita meyakini suatu kebenaran, dan kemudian kita melaksanakannya dengan mantap, itulah keberanian. “Keberanian adalah perlawanan terhadap rasa takut, penguasaan terhadap rasa takut, bukan ketiadaan rasa takut, “ kata Mark Twain.
Keberanian – dalam arah yang benar – adalah pilihan terpuji dalam kehidupan. Berani berarti memiliki nyali untuk berbuat salah, dengan segala risiko negatifnya; atau sebaliknya, meraih suatu hasil positif dengan segenap ganjaran baiknya. Oprah Winfrey berpandangan , “ Saya percaya, salah satu risiko terbesar dalam hidup adalah tidak berani menambil risiko “.
Pada 1910, di Sorbonne Paris, Roosevelt menyampaikan suatu pidatonya yang terkenal : “Yang berjasa adalah orang-orang yang benar-benar terjun di arenanya, yang wajahnya kotor terkena debu, keringat dan darah, yang berupaya dengan berani, yang berulang-ulang membuat kesalahan atau kekurangan.
Mereka dengan antusiasme tinggi memberikan dedikasinya yang besar, yang mengerahkan perjuangannya demi perjuangan yang layak, yang kemungkinannya menang dan berprestasi. Atau toh seandainya gagal, setidaknya setelah berani mencoba. Dengan demikian, tempatnya tidaklah sama dengan jiwa-jiwa dingin dan pengecut yang tidak mengenal kemenangan atau kekalahan “.
Akhirul kalam, saya kutip suatu nasehat yang relevan dari Horace, “Mulailah bersikap gagah berani, dan tantanglah bahaya untuk menjadi bijak“.
Oleh Pongki Pamungkas
Penulis adalah Ketua Umum ASPERKINDO -Perusahaan Rental Kendaraan Indonesia.