pustaka.png
basmalah2.png


26 Jumadil-Awwal 1445  |  Minggu 10 Desember 2023

Mengubah Perspektif

Fiqhislam.com - Sebelumnya saya ingin mengajak teman-teman untuk membayangkan skenario sederhana :

  • Anda terbangun di tengah malam karena anak menangis. Meskipun tahu bahwa sudah menjadi kewajiban untuk membuatnya tenang, Anda masih mengeluh, kesal, dan emosional.
  • Anda dibuat stres berlebihan karena situasi ekonomi yang buruk ditambah lagi dengan situasi perusahaan tempat Anda bekerja yang tidak berkinerja baik tahun ini.
  • Salah satu teman di komunitas tidak pernah aktif sekaligus juga tidak pernah selesai dalam menjalankan tugas individu yang disepakati bersama. Lalu tugas yang sama selalu berakhir jatuh di pangkuan Anda.

Cukup wajar ketika kita merasa stres, frustrasi atau kesal dalam situasi ini. Bahkan, tidak sedikit orang yang mengalami perasaan-perasaan seperti itu setiap hari.

Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk menemukan alasan yang benar dan motif di balik perilaku orang lain. Kita seperti dengan mudahnya membentuk kesan buruk dari diri orang lain tanpa alasan.

Dalam kasus terburuk, bisa jadi kita berpikir bahwa orang lain sengaja bertindak bodoh hanya untuk mengganggu dan menjengkelkan. Hal ini mungkin mulai merasa tak tertahankan, terutama jika harus menjaga hubungan dengan orang tersebut.

Kegagalan Berkomunikasi

Dari mana bayangan-bayangan buruk tersebut datang ?

Salah satunya adalah faktor dari apa yang Anda tahu (atau tidak tahu) tentang orang lain.

Cara berpikir kita terlalu sering beroperasi berdasarkan rumor. Kita membentuk opini negatif dari orang lain dan ini membuat kita sulit untuk berinteraksi dengan dia/nya.

Kesan buruk juga mungkin berasal dari kebodohan dan kecerobohan.

Kita bahkan tidak peduli atas kebaikan apa yang orang lain sudah perbuat. Di atas ini, hubungan benar-benar diuji jika kita bertindak arogan. Untuk selanjutnya sangat bisa ditebak ; dapat merusak hubungan untuk selamanya.

Situasi seperti ini menyebabkan intoleransi satu sama lain, terutama jika kita harus bekerja dengan seseorang seperti ini setiap hari. Situasi yang sulit untuk bisa membuat bertahan.

Apakah kita benar-benar tahu ?

Salah satu kesalahan terbesar ketika berpendapat adalah kita berasumsi bahwa kita tahu motif orang lain. Kita membentuk kesan situasi atau seseorang yang didasarkan pada asumsi yang salah.

Setelah membentuk pendapat dan mengoreksi sikap. Mungkin sulit bagi kita untuk menemukan kebenaran jika kita berpikir bahwa asumsi kita sudah benar.

Bahkan mungkin segan untuk mencari tahu mengapa seseorang bertindak dengan cara  yang mereka lakukan.

Rasa segan seperti dinding yang tak terlihat antara diri kita dan orang lain. Banyak orang merasa sulit untuk menemukan kebenaran karena dinding ini.

Asumsi dan segan membuat kita melihat hal-hal dari perspektif tertentu. Perspektif ini membuat hal-hal yang lebih rumit daripada yang sebenarnya. Perspektif mempengaruhi bagaimana cara kita berinterkasi dengan orang lain

Pergeseran Sisa Pemikiran

Anda perlu mengubah perspektif Anda. Pertama dan terpenting, Anda harus berhenti berasumsi. Jika Anda tidak tahu sesuatu dengan pasti, maka itu tanggung jawab Anda untuk mengetahui lebih lanjut tentang situasi atau orang lain.

Setelah mengumpulkan informasi lebih lanjut, Anda akan (hampir) selalu mengalami perubahan radikal dalam pikiran Anda: Anda akhirnya akan mengerti.

Kadang ini menjadi pergulatan perasaan dan pikiran yang sangat kuat antara meyakini fakta baru dengan sisa-sisa setiap bayangan yang salah atau sikap yang dimiliki sebelumnya.

Mengubah Cara Pandang

Pertama, mari kita bicara sedikit tentang skenario sederhana yang saya sebutkan di awal dan sedikit memperluasnya.

Anda terbangun di tengah malam karena anak menangis. Meskipun tahu bahwa sudah menjadi kewajiban untuk membuatnya tenang, Anda masih mengeluh, kesal, dan emosional.

Perubahan perspektif:

Kurangi rasa kesal Anda dengan segera setelah Anda mengetahui bahwa anak Anda terbangun karena (misalnya) suara petir di luar. Dia tampaknya kaget dan takut itu.

Anda ingat, bahwa Anda-pun takut petir ketika masih kecil. Setelah mengasuh anak Anda, Anda membiarkan mereka tidur di ranjang yang sama dengan Anda dan istri Anda.

Perasaan Anda terhadap anak Anda tenang ketika Anda belajar tentang ketakutannya.

Anda dibuat stres berlebihan karena situasi ekonomi yang buruk ditambah lagi dengan situasi perusahaan tempat Anda bekerja yang tidak berkinerja baik tahun ini.

Perubahan perspektif :

Anda akan belajar bahwa ini adalah sesuatu yang bersifat pribadi (sekelompok rekan kerja lainnya sedang menghadapi hal yang sama) dan atasan Anda harus membuat keputusan yang sangat sulit. Bahkan, ia terlihat sangat lelah dan stres. Jauh berada pada posisi yang lebih sulit dari yang Anda rasakan.

Salah satu teman di komunitas tidak pernah aktif, sekaligus juga tidak pernah selesai dalam menjalankan tugas individu yang disepakati bersama. Lalu tugas yang sama selalu berakhir di tangan Anda.

Perubahan perspektif :

Ketahuilah, bahwa persoalan dalam hidup yang dihadapi oleh setiap orang di muka bumi ini nyaris tidak sama dan tidak sesepele yang kita kira. Bisa jadi ia lebih butuh tenaga dan waktu dalam meneyelesaikan persoalan yang dihadapinya, sehingga ia belum bisa membagi perhatian dengan komunitasnya.

Soal tugas yang tidak kunjung selesai, bisa jadi keterampilan rekan-pekerja tidak cocok dengan deskripsi job-nya.

Cara Mengubah Perspektif

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa perubahan perspektif dapat memiliki efek positif yang sangat kuat pada pikiran dan cara bersikap kita.

Jadi, bagaimana cara kita mengubah perspektif ?. Berikut ini adalah beberapa caranya:

  • Hentikan rumor. Jika Anda mendengar rumor, potong ‘sayapnya’ segera. Bertindak hati-hati dan menghindari bertindak atas rumor tersebut.
  • Berhenti berasumsi. Asumsi tidak memiliki arti apa-apa selama kebenaran masih memiliki nilai. Jika Anda pikir Anda tahu sesuatu, pastikan untuk mengkonfirmasi informasi sebelum Anda membangun kesimpulan tentang situasi atau orang.
  • Berinteraksi dengan orang lain. Kadang-kadang hal ini dapat menjadi langkah paling menakutkan dari semuanya, tapi untuk benar-benar mencari tahu apa yang sedang terjadi dan mengapa seseorang bertindak dengan cara dia / tidak, berhubunganlah dengan orang itu !. Dengan begini bisa jadi Anda menemukan fakta yang berbeda dengan apa yang telah Anda dengar.
  • Menghargai. Setelah kesan negatif berubah menjadi positif, mulailah menghargai perasaan. Merasa bersyukur bahwa Anda telah belajar kebenaran.
  • Jika Anda membenci pekerjaan Anda, temukan apresiasi fakta bahwa pekerjaan Anda-lah yang telah memungkinkan gaya hidup Anda saat ini. Menghargai itu membuat hal-hal yang lebih mudah untuk diri sendiri, bahkan jika Anda menghadapi pekerjaan yang membosankan.

***

Kapan terakhir kali Anda mengubah perspektif Anda ?. Bagaimana perubahan tersebut telah mengubah Anda ?. Silakan berbagi pengalaman Anda di kolom komentar. Dengan begitu perubahan perspektif yang Anda lakukan Insya Allah akan mengubah orang lain untuk menjadi lebih baik pula.

Sesuatu yang kita dengar bisa jadi hanyalah pendapat, bukan fakta.
Sesuatu yang kita lihat bisa jadi hanyalah perspektif, bukan kebenaran
Sumber: rosid.net