Tips Hadapi Rekan Kerja Yang Menyebalkan
- Karir
- 04 Mei
![]() |
SuaraMedia.com - Mendapat rekan kerja yang tidak sesuai harapan memang tidak menyenangkan. Namun, karena Anda dan dia harus tetap bekerja sama, maka Anda harus mencari solusi agar tidak makan hati dan tetap dapat bekerja dengan baik. Banyak hal yang bisa membuat Anda berpikir kalau rekan Anda dalam bekerja tidak menyenangkan. Bisa karena perilakunya atau karena cara kerjanya yang Anda anggap tidak baik.
Entah apakah ia berada dalam satu tim dengan Anda atau hanya berada dalam departemen yang sama, Anda harus tetap menjaga hubungan baik dengannya. Tak hanya karena pekerjaan tapi juga demi nama baik Anda di mata orang-orang sekantor.
Seperti apakah tipe rekan kerja menyebalkan yang ada di kantor Anda? Apapun itu, semua pasti bisa ditangani dengan strategi yang baik, seperti berikut ini:
Tukang ngoceh
Sekilas, tipe rekan kerja seperti ini adalah teman yang menyenangkan. Dia ramah, mudah bergaul, dan senang bercerita. Sayangnya, kegemarannya bercerita tentang dirinya atau apapun yang ada di pikirannya selalu mengganggu konsentrasi rekan kerja lain yang sedang bekerja. Cara mengatasinya, sebaiknya bicara padanya, bahwa Anda mengalami kesulitan berkonsentrasi jika harus bekerja sambil mendengarkan ceritanya. Katakan padanya, Anda akan mendengarkan ceritanya lebih lanjut jika pekerjaan Anda sudah selesai.
Jika Anda memang senang berteman dan mendengarkan ceritanya, coba juga meluangkan waktu dengannya saat makan siang atau akhir pekan.
Tukang gosip
Tukang gosip selalu tahu berita apapun di lingkungan kerja dan dia pasti akan menyebarkannya ke semua orang. Pertanyaannya, apakah Anda harus mendengarkannya atau tidak?
”Saran saya, dengarkan saja kabar darinya karena dari ceritanya Anda bisa mendapatkan berita-berita terbaru tentang lingkungan kerja. Yang penting ialah, Anda harus pandai-pandai menganalisa gosip yang diceritakannya,” jelas konsultan karir Dawn Rosenberg Mc- Kay, seperti diberitakan dari about.com.
Menurut Dawn, cerita dari penggosip, tentunya ada yang benar dan ada yang tidak. Karena itulah, tetap kritis terhadap gosip yang diceritakan. Dengarkan saja baik-baik gosip tersebut, tapi Anda jangan tergoda untuk ikut bergosip dengannya.
Jika dia memancing respons Anda dengan bertanya, misalnya soal gosip tentang seorang rekan kerja, katakan saja bahwa Anda tidak memahami permasalahan yang ada, sehingga anda enggan berkomentar lebih jauh. Atau katakan kalimat-kalimat diplomatis lainnya.
Tukang mengeluh
Rasanya, tak ada yang bisa membuat si tukang mengeluh bahagia. Anda akan selalu menemukan dia tengah mengeluh tentang kesehatannya, keluarganya, pekerjaannya, perusahaan, atau tentang atasannya.
Mungkin saja ada keluhannya yang benar, tapi jika terus-menerus mendengar keluhannya tentu akan membuat Anda ikut-ikutan stres. Apa yang harus Anda lakukan jika ia mulai mengeluh?
”Jika Anda memberinya saran, sepertinya hal tersebut tak akan banyak membantu karena para pengeluh biasanya tidak mencari solusi melainkan hanya ingin menumpahkan kekesalannya,” tegas Dawn.
Jadi, menurut Dawn, jika melihatnya mengeluh, langsung saja ganti topik pembicaraan. Jika Anda melakukan ini terus-menerus, tentu dia akan paham dan menangkap maksud tersembunyi dari sikap anda itu.
Tukang mengoper pekerjaan
Ini adalah tipe rekan kerja yang senang mengalihkan pekerjaannya kepada orang lain, padahal ia tidak punya kewenangan untuk melakukan hal tersebut terhadap Anda atau rekan kerja yang lain.
Biasanya, mereka melakukan ini karena tak sanggup atau malah tidak mau mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan padanya.
Jika Anda memang punya waktu dan ingin melakukannya, maka bantulah ia dengan sewajarnya. Namun, jika Anda tak punya waktu dan sudah sibuk dengan pekerjaannya Anda sendiri, maka tak ada salahnya jika Anda menolak permintaannya.
Tukang klaim keberhasilan
Rekan kerja seperti inilah yang paling menyebalkan. Ia tidak pernah mengakui bahwa proyek yang berhasil dikerjakan dan dipuji atasan adalah hasil kerja tim, bukan hanya hasil kerja satu orang saja.
Jika dia baru melakukannya sekali, anggap saja hal tersebut sebagai sebuah kekhilafan. Tapi katakan padanya, bahwa lain kali ia juga harus menyebut orang-orang yang membantunya dalam proyek tersebut.
Jika dia tetap mengklaim prestasi kerja sebagai hasil kerjanya sendiri, katakan saja pada orang-orang bahwa proyek tersebut adalah hasil kerja bersama. Setelah itu, jika diajak kerja sama lagi olehnya, sudah sepatutnya Anda menolak ajakan itu, kecuali jika yang meminta adalah atasan Anda.
Bagaimana jika segala strategi tersebut tidak berhasil? Konsultan karir Alison Doyle, menyarankan untuk mulai berpikir mencari pekerjaan baru.
”Jika Anda merasa bahwa pekerjaannya Anda menjadi terasa sulit daripada menyenangkan, mungkin memang saatnya mulai berpikir untuk pindah kerja,” urai Alison.
Jika mencari pekerjaan adalah jalan terbaik, Alison menyarankan untuk mulai memperluas jaringan kerja dan mulai mencari lowongan kerja baru.
Langkah ini adalah langkah pertama yang realistis karena dengan memperluas jaringan, secara otomatis pintu untuk mendapatkan informasi tentang pekerjaan baru bisa terbuka lebar.
”Atau kalau tidak, mencari pekerjaan dengan cara klasik yaitu di website karir atau di surat kabar. Namun yang pasti, Anda juga harus menyiapkan keahlian dan keterampilan yang jauh lebih baik sebagai modal untuk melamar kerja di tempat yang baru,” tegas Alison.
Dunia bisnis dan kerja selalu berubah. Hanya karyawan, pemimpin, dan perusahaan yang tanggap dan dinamis yang bisa melewati perubahan dengan sukses. Bagaimana caranya?
Kemajuan teknologi, perubahan ekonomi, serta perubahan tren dalam masyarakat sangat berpengaruh pada laju sebuah perusahaan. Banyak perusahaan yang memilih untuk mencari karyawan-karyawan dengan keterampilan tinggi dan ide-ide segar agar perusahaan bisa bersaing di dunia industri.
Kondisi ini tidak hanya terjadidi perusahaan-perusahaan besar atau multinasional. Bahkan perusahaan yang lingkupnya lokal pun, lebih senang memilih karyawan yang punya keterampilan tinggi. Maka siapa pun karyawan yang hanya memiliki keahlian pas-pasan, sudah pasti tidak akan mampu bersaing.
Tentu saja, banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan hal ini. Meski begitu, tak ada pilihan lain selain mengikuti arus yang berlaku. Martha C Wilson, pendiri dan CEO Transformation Systems, perusahaan yang fokus pada strategi eksekutif dan organisasi, mengatakan bahwa setiap orang sebenarnya memerlukan perubahan dalam hidupnya. Dalam pekerjaannya, dia pun mengaku banyak membantu para karyawan dan para pemimpin untuk melakukan perubahan yang radikal dalam perusahaannya.
”Tak peduli bidang pekerjaan Anda, tujuan perubahan tersebut jelas, yaitu memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu semaksimal mungkin dengan risiko seminimal mungkin. Jika ini bisa dilakukan, bahkan mereka yang tidak menyukai perubahan akan mau melakukannya,” ujar Wilson, seperti diberitakan oleh womensmedia.com.
Menerima perubahan yang berkelanjutan
Perubahan yang menguntungkan hanya akan terjadi jika perubahan tersebut berjalan terus-menerus atau berkelanjutan. Namun, perubahan yang terlalu cepat justru akan memakan ”ongkos” yang mahal dan membuat perubahan terbaik tidak akan mudah dicapai. ”Cara terbaik ialah dengan melakukan perubahan kecil tiap hari. Ciptakan dalam diri Anda atau dalam budaya perusahaan, yang menekankan perubahan yang kecil tapi terus-menerus dan berhubungan satu dengan yang lain,” tegas Wilson.
Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Pilihannya hanya ada dua, sukses atau gagal. Nah, agar perubahan yang dijalankan bisa berjalan sukses, yang terlebih dahulu harus diubah ialah gaya kepemimpinannya. Dengan kata lain, sang pemimpin lah yang harus terlebih dahulu mengubah dirinya.
Pemimpin di sini bisa berarti segala hal. Bahkan Anda pun bisa disebut pemimpin bagi diri Anda sendiri. Lagi pula, menurut Wilson, jika dalam satu kelompok ada orang yang memiliki keahlian lebih dibanding yang lain, maka dia bisa menjadi pemimpin. Jika hal ini terjadi pada Anda, maka gunakan kesempatan ini untuk memimpin.
Memimpin dengan memberi contoh
Kepemimpinan yang baik ialah kepemimpinan yang dekat dengan mereka yang dipimpinnya. Jika Anda adalah seorang pemimpin dan menginginkan tim yang solid, penuh talenta, dan ide-ide segar, maka sebelumnya Anda harus menunjukkan bahwa Anda memiliki ide-ide yang segar.
Intinya, sebelum Anda menuntut bawahan Anda, tuntutlah diri sendiri untuk melakukan hal tersebut dan tunjukkan bahwa Anda berhasil melakukannya. Dengan begitu, bawahan Anda akan menghargai dan menaruh kepercayaan kepada Anda. Hal ini juga untuk memberikan semangat bekerja dan berusaha kepada mereka.
Evaluasi diri
Agar Anda mampu memberi contoh, lakukan evaluasi diri terlebih dahulu. Coba teliti diri Anda, apakah tujuan kerja Anda sudah jelas dan fokus? Seberapa besar komitmen Anda terhadap rencana yang sudah ditetapkan? Apakah Anda punya semangat yang tinggi untuk melakukannya? ”Jika Anda sudah mampu menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus mengakui kelemahan dan kelebihan Anda, maka Anda baru akan mampu membuat perubahan dalam hidup dan perusahaan Anda,” tandas Wilson.
Semakin Anda memahami diri sendiri, maka Anda semakin mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Selain itu, Anda pun akan lebih siap menghadapi rintangan saat melakukan perubahan tersebut.
Belajar dari kesalahan
Tentu saja, perubahan yang terus-menerus akan membuat Anda harus terus menerus belajar. Belajar berarti Anda harus siap menerima kenyataan bahwa Anda bisa saja melakukan kesalahan. Di sinilah, kesalahan tersebut harus melahirkan sebuah pelajaran baru bagi Anda. Selanjutnya, hikmah dari kesalahan tersebut harus bisa membuat Anda menjadi setingkat lebih baik.
Yang harus diperhatikan, jika Anda gagal, maka hal ini akan berpengaruh kepada bawahan Anda. Karena itulah, Anda juga harus menanamkan pola pikir belajar terus-menerus dan tidak takut menghadapi kesalahan sebagai bagian dari jalan menuju sukses.
Anda harus belajar melihat sisi lain dari kegagalan, kesalahan, ketakutan, dan kekhawatiran. Pembelajaran ini akan menuntun Anda pada kesadaran, kepedulian, dan kesabaran. ”Jika hal ini sudah Anda dapatkan, maka Anda akan menginspirasi orang-orang di sekeliling Anda. Stres bisa jadi malah akan meningkatkan energi dan semangat, kesalahan bisa menjadi pelajaran, dan Anda bisa mengartikan sebuah ketakutan menjadi suatu hal yang positif,” tegas Wilson.
Jika Anda bisa menularkan sikap positif ini ke banyak orang, maka Anda akan dianggap sebagai orang yang inspiratif. Sekali lagi, intinya adalah, Anda harus melihat diri Anda dulu, memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum memperbaiki dan menginspirasi orang lain. ”Ingatlah, satu-satunya cara untuk menjadi pemimpin bagi orang lain, itu artinya Anda harus bisa menjadi pemimpin untuk diri sendiri dulu,” papar Wilson. (fn/z2k)