Tujuan Psikotest dalam Proses Seleksi Kerja
- Karir
- 07 Mar
Fiqhislam.com - Suatu kali saya mendapatkan pertanyaan dari seorang kerabat, bagaimana caranya untuk bisa memasukkan anaknya untuk bekerja pada perusahaan tempat saya bekerja. Kemudian saya menjawab bahwa sang anak dapat menyiapkan aplikasi serta CV dan memberikannya kepada saya dan kemudian saya akan membantu untuk menyerahkannya pada bagian HRD dari perusahaan tempat saya bekerja.
Kemudian sang kerabat ini bertanya, apakah nanti akan ada psikotesnya? Tentu, saya katakan demikian. Sejenak ia tertegun dan menarik nafas serta menganggukkan kepalanya. Saya menangkap adanya sedikit kecemasan pada dirinya, dan benar saja, ia merasa kuatir apakah sang anak dapat lulus psikotest tersebut atau tidak. Di akhir pembicaraan, ia sempat bercerita bahwa ia beberapa kali mengalami kegagalan dalam mengikuti psikotest sehingga ia pun memiliki kekuatiran apakah sang anak akan dapat melalui psikotest tersebut.
Psikotest memang kerap kali menjadi suatu "momok" bagi para pelamar kerja, terutama bagi mereka yang baru lulus dari bangku pendidikan. Tetapi sesungguhnya psikotest bukalah suatu hal yang asing lagi bagi dunia kerja. Bahkan kita sudah dapat menemukan buku-buku mengenai psikotest dengan mudahnya di toko-toko buku. Ataupun kiat-kiat menghadapi psikotest pada beberapa website. Namun apakah dengan psikotest, perusahaan dapat menjamin bahwa mereka yang telah lulus pasti memiliki potensi yang baik? Bagaimana jika memang sang pencari kerja telah memiliki banyak pengalaman dengan psikotest sehingga menjawab soal-soal psikotest bukan lagi menjadi persoalan buatnya?
Adapun psikotes sesungguhnya merupakan suatu pemeriksaan psikologis, dengan alat-alat ukur tertentu (dalam bentuk soal-soal tes) yang diciptakan oleh para pakar psikologi, untuk membedakan perilaku seseorang dengan orang lain. Di mana melalui psikotes atau pemeriksaan psikologis ini maka dapat disimpulkan intelegensi, motivasi, karakter, kondisi emosional, bakat bahkan ketahanan kerja dari si pelamar tersebut. Hal ini tentunya akan sangat berkaitan dengan jenis pekerjaan yang tersedia. Sekarang pertanyaan yang sering kali muncul adalah, apakah psikotest merupakan jaminan bahwa tenaga kerja yang diperoleh akan sesuai dengan kebutuhan yang ada?
Sesungguhnya psikotest bukanlah satu-satunya jaminan bahwa mereka yang mendapatkan nilai tertinggi pastilah memiliki kualitas yang terbaik. Namun psikotest dapat menjadi pintu untuk melakukan penyaringan kandidat secara masal guna mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan requirement tertentu. Menurut beberapa pakar HRD, bila kita menghadapi pelamar dengan jumlah yang sangat banyak, maka melalui psikotest maka kita dapat mengidentifikasi mana yang memiliki pengalaman yang cukup mana yang freshgraduate, sehingga tidak akan terjadi kondisi over qualified pada saat kita mencari kandidat yang fresh graduate, atau sebaliknya. Tidak ada standard resmi mengenai kelulusan psikotest. Semuanya bergantung kepada standart dan culture yang berlaku di perusahaan tersebut. Namun yang pasti, tahapan psikotest akan mempermudah untuk dilaksanakan tahapan berikutnya, yaitu tahapan interview, penilaian latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
Selain untuk menyeleksi para pelamar kerja, psikotest juga dapat digunakan menelusuri bakat, penempatan karyawan, keperluan promosi serta mengenali kekuatan dan kelemahan karyawan. dengan demikian, psikotes membantu perusahaan untuk melihat apakah karier karyawan-karyawannya bisa dikembangkan lebih jauh lagi ataukah tidak.
Untuk jabatan-jabatan yang cukup tinggi, pada umumnya psikotest sangat jarang dilaksanakan secara lengkap. Intelegensi tidak lagi menjadi aspek yang digali, tetapi lebih kepada aspek kepribadian, seperti leadership, workstyle, dan lainnya. Dengan demikian lolos atau tidak lolosnya psikotest tidaklah menentukan bodoh atau tidaknya pelamar namun menyangkut cocok atau tidaknya seseorang dalam suatu posisi.
Visijobs.com - Suryati