Fiqhislam.com - Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di Tanah Air. Ikan yang memiliki nama latin Pangasius pangasius ini ini diminati karena memiliki daging yang lezat dan gurih.
Deny Rusmawan, seorang pebudidaya ikan patin dari Sukabumi, Jawa Barat bilang, budidaya ikan patin lumayan menguntungkan. Selain ukuran siap konsumsi, ia juga menjual bibit ikan patin.
Dibandingkan patin konsumsi, Deny kebanyakan menjual bibit ikan patin. "Margin pendapatan benih ikan patin jauh lebih besar dibanding margin pendapatan ikan patin konsumsi," kata pemilik usaha Dejee Fish ini.
Untuk ikan patin konsumsi, Deny bisa mengambil margin 20% dari total pendapatan. Sementara laba margin pendapatan dari benih patin bisa mencapai 80%.
Keuntungan memelihara patin konsumsi lebih sedikit karena butuh waktu agak lama buat memeliharanya. "Butuh waktu sekitar empat bulan," jelasnya. Sementara benih patin hanya memerlukan waktu sebulan sudah bisa dijual ke pasar. "Benih ikan patin itu sudah berukuran 1 inci," ujar pria 39 tahun ini.
Media budidaya benih patin dan patin konsumsi juga berbeda. Untuk benih patin cukup dikembangkan diakurium. Sementara patin konsumsi harus dibesarkan di kolam.
Deny mengaku, memiliki 100 akuarium yang masing-masing berukuran 45 x 80 x 40 centimeter (cm) untuk proses pembenihan ikan patin. Sementara kolam pembesaran ada dua berukuran 500 meter persegi.
Dalam waktu-waktu tertentu, kadang ia juga menerima pesanan benih dalam tahap pendederan. Ukurannnya sudah lebih besar sedikit dari benih biasa. "Kadang banyak juga yang menginginkan benih ikan patin lebih panjang dari 1 inci," ujarnya.
Deny mengaku, memasarkan benih patin mulai harga Rp 90 per ekor. Sementara patin konsumsi mencapai Rp 13.500 per kilogram (kg). Dari budidaya ikan patin, ia mengaku bisa meraup omzet minimal Rp 30 juta per bulan.
Pebudidaya lainnya adalah Retno Kintoko di Subang, Jawa Barat. Ia sudah membudidayakan patin sejak tahun 2007 lalu. Sama halnya dengan Deny, ia juga menyediakan patin, baik untuk benih maupun untuk konsumsi.
Retno mengaku memiliki 12 kolam untuk pembenihan. Masing-masing kolam berukuran 2,5x1 meter (m). Sementara kolam pembesaran untuk patin konsumsi ada 10, dengan ukuran variasi mulai dari 5x2 m, 3x4 m, 3x2 m dan 10x3 m.
Retno menyediakan benih patin mulai ukuran 2 inci, yang dihargai Rp 180 per ekor. Benih patin paling besar tersedia mulai ukuran 6 inci yang dihargai Rp 650 per ekor. Sedangkan patin konsumsi dibanderol seharga Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per kg-nya. "Saya menjamin kondisi ikan masih segar dan hidup," ujarnya.
Jika kondisi ikan sudah mati, ia menjual dengan harga murah yakni Rp 14.250 per kg. "Harga ikan patin memang naik turun," ujar Retno. Sayangnya, Retno enggan blak-blakan menyebut omzet yang didapatnya dari usaha ini. [yy/kontan.co.id]
Pembesaran patin bisa di kolam terpal
Sama seperti ikan tawar lainnya, budidaya ikan patin tidak begitu memerlukan perlakuan khusus. Deni Rusmawan, salah seorang pembudidaya ikan patin asal Sukabumi, Jawa Barat, bilang, budidaya ikan patin terbagi dalam tiga tahap.
Yakni, tahap pembenihan, pendederan dan pembesaran. Di tahap pembenihan, pebudidaya fokus pada usaha penetasan telur ikan patin hingga menjadi benih.
Menurut Deni, proses pembenihan ini memakan waktu sekitar 20 hari sampai benih patin mencapai panjang 1 inci. "kalau sudah 1 inci benih ikan patin siap dijual," ujar Deni.
Sedangkan pendederan merupakan tahap pembesaran benih hingga panjangnya mencapai 3 inci. Ikan patin dengan ukuran ini juga bisa dijadikan bibit.
Pendederan ini untuk memenuhi permintaan pelanggan yang menginginkan benih ikan patin siap tebar di kolam. Lamanya tahap pendederan ini memakan waktu 1,5 bulan.
Pada proses pembesaran, ikan patin digemukkan hingga mencapai berat yang diinginkan. "Biasanya sampai beratnya 0,5 kilogram (kg) atau 1 kg," jelas Deni.
Dari panjang 3 inci hingga mencapai berat 1 kg, kira-kira memerlukan waktu sekitar empat bulan. Untuk pemberian pakan, bisa menggunakan pelet ikan apa saja. Asal, kata Deni, ukuran pakan disesuaikan dengan diameter mulut ikan patin.
Bila dalam satu kolam menampung 5.000 ekor patin dan ingin menghasilkan total bobot 100 kg, pemberian pakannya mencapai sekitar 10% dari total target berat hasil panenan. "Jadi kalau ingin menghasilkan 100 kg ikan, pemberian pakannya 10 kg selama proses pembesara tersebut," ujar Deni.
Retno Kintoko, pembudidaya patin asal Subang, Jawa Barat, menambahkan, jenis kolam bisa mengurangi ongkos produksi. Menurutnya, budidaya ikan patin bisa dilakukan di sudut-sudut rumah dengan membangun kolam terpal.
Sifatnya yang semi permanen membuat kolam jenis ini dapat dipindah sesuai selera dan kebutuhan. Sementara untuk tahap pembenihan bisa dilakukan di akuarium. Maklum, dalam tahap pembenihan tidak memerlukan kolam besar.
Benih yang sudah menetas dipelihara di akuarium hingga berumur 15 hari. Setelah berumur 17-18 hari, benih dijarangkan di kolam pendederan yang lebih luas dengan menjaga kondisi lingkungan, makanan cukup, serta kualitas airnya. [yy/kontan.co.id]