Fiqhislam.com - Kasus positif COVID-19 di Tanah Air kembali bertambah. Tercatat penambahannya hari ini sebanyak 9.775 kasus. Jika diakumulasi, maka positif COVID-19 saat ini sebanyak 1.298.608 kasus dan tersebar di 510 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Penambahan jumlah hari ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 65.431 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
Selain itu, juga dilaporkan kasus yang sembuh dari COVID-19 hari ini tercatat bertambah 9.918, sehingga totalnya sebanyak 1.104.990 orang.
Sementara jumlah yang meninggal kembali bertambah 323 atau meninggal menjadi 35.014 orang. Jumlah suspek COVID-19 kini sebanyak 78.616 orang dan kasus aktif sebanyak 158.604 orang.
Data penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia ini dipublikasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di https://www.covid19.go.id dan laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui laman https://www.kemkes.go.id/ . [yy/sindonews]
Obat Anti-Inflamasi
-
Obat Anti-Inflamasi Dikabarkan Bisa Selamatkan Pasien COVID-19
Fiqhislam.com - Kabar gembira disampaikan para ahli yang sedang bekerja menundukkan COVID-19. Dalam penelitian terbaru telah ditemukan obat yang bisa menyelamatkan pasien positif virus Corona .
Obat yang dimaksud adalah obat anti-inflamasi. Obat ini dinilai dapat menyelamatkan nyawa orang-orang yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Menurut sebuah penelitian besar, obat tersebut juga mengurangi kebutuhan ventilasi invasif.
Nature.com menginformasikan, banyak orang dengan gejala COVID-19 yang parah menunjukkan bukti peradangan yang meluas. Obat tocilizumab dirancang untuk meredam respons imun semacam itu, tapi uji klinis sebelumnya tentang manfaatnya pada orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 masih belum jelas.
Peter Horby dan Martin Landray dari Universitas Oxford, Inggris, dan rekan mereka membandingkan lebih dari 2.000 orang yang diobati dengan tocilizumab dengan jumlah sama yang tidak menerima obat tersebut. Peserta penelitian berada di rumah sakit dan menerima oksigen serta memiliki bukti peradangan di seluruh sistem. Hampir semuanya juga menggunakan steroid deksametason.
Para penulis melaporkan 54% orang yang menerima tocilizumab meninggalkan rumah sakit dalam 28 hari, dibandingkan dengan 47% dari mereka yang tidak memakai obat tersebut. Analisis menunjukkan tocilizumab memberikan manfaat selain dari deksametason.
Tim memperkirakan sekitar setengah dari semua orang yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 di Inggris akan mendapat manfaat dari obat tersebut. Tetapi perlu dicatat, temuan terbaru ini belum ditinjau para peneliti lain.
Vaksin Ampuh
Sementara itu, vaksin telah memacu lonjakan antibodi terhadap varian COVID. Satu suntikan vaksin Moderna atau Pfizer memicu respons kekebalan yang kuat terhadap varian SARS-CoV-2 yang muncul, menurut tes pada orang yang telah pulih dari COVID-19.
Vaksin mRNA yang dibuat oleh Moderna di Cambridge, Massachusetts, dan Pfizer di Kota New York sangat efektif dalam mencegah COVID-19 yang disebabkan oleh varian asli SARS-CoV-2. Andrew McGuire di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, Washington, dan rekannya mengumpulkan darah dari sepuluh orang yang telah pulih dari COVID-19.
Mereka mengumpulkan sampel tambahan setelah peserta penelitian menerima satu dosis salah satu dari dua vaksin. Para peneliti kemudian memeriksa tingkat antibodi penetral -yang melindungi sel dari infeksi - terhadap versi asli SAR-CoV-2, yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, dan terhadap B.1.351, varian baru yang mengkhawatirkan, pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.
Sebelum inokulasi, 1 dari 10 orang memiliki antibodi penawar terhadap virus asli, meskipun tingkat yang dihasilkan sangat bervariasi. Antibodi hanya dari lima orang dapat menetralkan B.1.351. Namun, setelah satu suntikan vaksin, tingkat antibodi penawar terhadap kedua bentuk virus tersebut meningkat sekitar 1.000 kali lipat. [yy/sindonews]
Masyarakat Tak Mau Divaksin
-
Temuan 41% Masyarakat Tak Mau Divaksin, Pemerintah Diminta Perbaiki Data
Fiqhislam.com - Ketua Bidang Kesehatan DPP Partai NasDem Okky Asokawati mengatakan temuan riset mengenai keengganan publik untuk divaksin harus dicermati oleh seluruh pemangku kepentingan. Hal itu dikatakan Okky merespon hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menemukan 41 persen masyarakat tak bersedia divaksin.
"Temuan tersebut harus ditindaklanjuti dengan pembenahan tata kelola vaksin Covid-19 secara menyeluruh. Kunci utamanya tumbuhkan kepercayaan di publik mengenai vaksin Covid-19," ujarnya, di Jakarta, Selasa (23/2/2021).
Pembenahan tata kelola vaksin Covid-19, menurut Okky, harus dilakukan secara menyeluruh di semua aspek. "Mulai tata kelola komunikasi dan narasi dan tata kelola kebijakan tentang vaksin Covid-19," tambah Okky.
Terkait tata kelola komunikasi, Anggota Komisi IX DPR ini menyoroti komunikasi publik pemerintah dinilai tidak fokus dan mengesankan tidak terkonsolidasi dengan baik dalam menyampaikan mengenai vaksin Covid-19. Sehingga, hal ini berdampak terhadap target vaksin yang dicanangkan pemerintah.
"Sejak rencana adanya vaksin, komunikasi publik pemerintah tampak tidak konsisten. Seperti rencana vaksin di bulan November, Desember dan baru terealisasi di pertengahan Januari. Ini jadi preseden tidak baik bagi publik. Ujungnya soal kepercayaan publik," ujarnya.
Lebih lanjut mantan Model kenamaan ini mengatakan, tata kelola kebijakan vaksin juga sering memantik perdebatan di publik. Okky menyebut wacana vaksin mandiri oleh pemerintah justru kontraproduktif bagi publik.
"Ide vaksin mandiri ini telah memancing reaksi tidak baik di publik. Ada asas keadilan yang menjadi concern publik atas rencana ini. Di poin ini, tata kelola kebijakan harus dikonsolidasikan dengan baik," katanya.
Selain itu, sambung dia, wacana vaksin merah putih atau vaksin Nusantara juga menunjukkan kebijakan pemerintah belum tersampaikan dengan baik di publik. "Penemuan baru terkait dengan vaksin Covid-19 ini tentu kita apresiasi. Tetapi baiknya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan senantiasa menyampaikan perkembangan riset, kemajuan termasuk bagaimana dengan pembiayaan vaksin tersebut," tegas Okky.
Menurutnya, hal itu masih ditambah dengan keraguan kehalalan vaksin oleh sebagian masyarakat. Fenomena ini disebutnya tidak terlepas adanya kesan kemendadakan yang dilakukan oleh MUI termasuk BPOM dalam hal sertifikasi halal dan ijin edar vaksin Covid-19.
"Saat ini tugas bersama semua pihak untuk edukasi dan sosialisasi ke publik mengenai keamanan dan kehalalan vaksin Covid-19 ini," pungkas dia. [yy/sindonews]
Covid-19 Sebabkan HIV dan Kanker
-
Heboh Hoax Vaksin Covid-19 Sebabkan HIV dan Kanker
Fiqhislam.com - Belum lama ini beredar kabar di dunia maya yang menyebutkan beberapa macam penyakit, masalah kesehatan bahkan kematian yang diklaim sebagai penyebab dari vaksin. Kabar tersebut juga menyebutkan bahwa kasus HIV dan kanker akan meledak sebab vaksin flu paling beracun di dunia sama dengan vaksin Covid-19.
Tentunya kabar ini membuat masyarakat menjadi takut dan khawatir. Terlebih saat ini pemerintah tengah gencar melakukan vaksinasi kepada masyarakat dalam upaya menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok. Oleh sebab itu masyarakat diminta untuk tidak panik dan mencari jawaban yang tepat melalui sumber yang terpercaya.
Merangkum dari Instagram resmi Komite Percepatan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (23/2/2021), KPCPEN menegaskan bahwa kabar mengenai isu tersebut tidak benar atau hanyalah hoax. Dalam unggahan tersebut, KPCPEN juga menjelaskan mengenai fakta mengenai vaksin yang sebenarnya.
“Vaksin flu belum pernah dilaporkan menyebabkan infeksi HIV maupun kanker. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin flu dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya aman,” tulis unggahan itu.
Lebih lanjut, selama setengah abad terakhir, jutaan orang telah mendapatkan vaksin flu namun sangat sedikit orang yang mengalami masalah serius.
“Sebagaimana vaksin lainnya, efek samping dari vaksin flu kebanyakan ringan, seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak pada kulit di sekitar tempat suntikan, demam, kelelahan, dan sakit kepala,” tuntasnya. [yy/okezone]