Fiqhislam.com - Kasus positif Covid-19 di Tanah Air kembali bertambah. Tercatat hingga 23 Januari 2021 bertambah 12.191 kasus. Sehingga akumulasi sebanyak 977.474 orang.
Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 68.343 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
Kasus positif Covid-19 di Indonesia, per 23 Januari 2021, bertambah 12.191 kasus, sehingga totalnya menjadi 977.474 orang. Lantas daerah mana saja yang menempati posisi 5 besar penyumbang kasus terbanyak?
DKI Jakarta masih jadi nomor satu terkait penambahan kasus harian Covid-19. Hari ini, terdapat 3.285 kasus positif baru. Sedangkan kasus sembuh sebanyak 3.492 dan meninggal 31 orang.
Urutan kedua ditempati Jawa Tengah dengan penambahan kasus positif 1.875 orang, sembuh 56 6 dan meninggal 18 orang.
Nomor tiga adalah Jawa Barat dengan penambahan 1.809 kasus positif, 2.119 pasien sembuh dan 16 orang meninggal.
Selanjutnya di urutan empat ditempati Jawa Timur dengan 919 kasus positif, 851 sembuh dan 59 meninggal.
Urutan kelima adalah Kalimantan Timur dengan penambahan kasus positif 609 orang, sembuh 324 dan meninggal 11 orang.
Selain itu, juga dilaporkan kasus yang sembuh dari Covid-19 di Indonesia pada hari ini, yakni bertambah 9.912 orang, menjadi total 791.059 orang.
Sementara jumlah yang meninggal kembali bertambah 211 orang. Sehingga meninggal menjadi 27.664 orang.
Data penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia ini dipublikasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di https://www.covid19.go.id dan laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui laman https://www.kemkes.go.id/. [yy/okezone]
Artikel Terkait:
Perlu Ada Koreksi
-
IDI: Sudah Setahun Kita Tangani COVID, Perlu Ada Koreksi
Fiqhislam.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan testing Corona di RI saat ini salah secara epidemiologi. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan perlu adanya evaluasi dan perbaikan.
"Saya tidak mengatakan salah, tapi perlu ada koreksi untuk perbaikan dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan. Karena sudah 1 tahun kita tangani pandemi COVID perlu kiranya ada koreksi untuk perbaikan," kata Ketua Pengurus Besar IDI, Daeng Mohammad Faqih, ketika dihubungi, Jumat (22/1/2021).
Daeng mengatakan perlu adanya penguatan testing dan tracing. Jumlah testing pun menurutnya harus ditambah.
"Secara kuantitas perlu ditambah karena kasus positif per hari bertambah. Kasus aktif juga bertambah," ujarnya.
Kemudian dia menyarankan agar testing dilakukan mengikuti tracing. Sehingga menurutnya dapat diketahui, rantai penularan virus dari seseorang yang terpapar COVID.
"Testing dilakukan terarah mengikuti upaya tracing," tuturnya.
Sebelumnya, Menkes Budi Sadikin mengomentari upaya 3T atau testing, tracing dan treatment terkait penanganan COVID-19 dalam 'Dialog Warga 'Vaksin & Kita' Komite Pemulihan Ekonomi % Transformasi Jabar' yang disiarkan di YouTube PRMN SuCi seperti dikutip Jumat (22/1).
Dia menyebut testing Corona saat ini salah secara epidemiologi. Penyebabnya, testing tinggi itu sebagian di antaranya menyasar kepada pihak yang itu-itu saja. Satu orang bisa dites sampai berkali-kali dan masuk hitungan testing. Budi Sadikin mencontohkan dirinya yang seminggu bisa dites 5 kali. Dia menilai itu tidak efektif karena seharusnya yang dites adalah suspek Corona.
"Kita tuh nggak disiplin. Cara testingnya salah. Testingnya banyak, tapi kok naik terus. Habis, dites orang kayak saya. Setiap kali mau ke Presiden dites, (ke) Presiden dites. Barusan saya diswab. Seminggu bisa 5 kali swab karena masuk Istana. Emang bener gitu? Testing kan nggak gitu harusnya kan," kata Budi Sadikin.
"Testing itu kan, testing epidemiologi ya aku diajarin tuh sama temen-temen dokter, bukan testing mandiri. Yang dites tuh orang yang suspek, bukan orang yang mau pergi kayak Budi Sadikin mau ngadep Presiden. Nanti 5 kali (dites) standar WHO kepenuhi tuh, 1 per 1.000 per minggu, tapi nggak ada gunanya testingnya secara epidemiologi," imbuh dia. [yy/news.detik]
Varian Baru COVID-19
-
Bukti Menunjukkan Varian Baru COVID-19 Inggris Lebih Mematikan
Fiqhislam.com - Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan bahwakemungkinan varian baru COVID-19 Inggris mempunyaitingkat kematian yang lebih tinggi. Ia mengutip analisis awal dari mutasi strain yang ditemukan pada akhir tahun lalu.
“Kami telah diberitahu hari ini bahwa selain menyebar lebih cepat, sekarang juga tampak bahwa ada beberapa bukti bahwa varian baru - varian yang pertama kali ditemukan di London dan tenggara (Inggris) - mungkin terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi,” kata Johnson seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (23/1/2021).
Johnson mengatakan bahwa jumlah kematian diperkirakan akan terus meningkat untuk beberapa saat mendatang sebagai akibat dari lonjakan besar infeksi yang disebabkan oleh penyebaran varian baru selama periode perayaan festival.
"Pemerintah tidak dapat mempertimbangkan untuk mengakhiri penguncian Inggris saat ini sampai tingkat infeksi yang sangat tinggi di negara itu turun," ujar Johnson sembari menjelaskan bahwa hal ini bukan hanya masalah peluncuran vaksin.
Kepala Penasihat Ilmiah pemerintah Inggris, Patrick Vallance menerangkan, strain yang dimaksud adalah yang dikenal sebagai B117. Menurut data awal, varian ini lebih mudah menular antara 30 dan 70 persen daripada versi COVID-19 sebelumnya.
Vallance mengatakan menurut data rumah sakit tidak ada peningkatan kematian, tetapi bagi mereka yang dites positif COVID-19, ada "peningkatan risiko" kematian. Namun ia menekankan bahwa data tersebut masih belum pasti.
"Jika Anda membawa seseorang berusia 60-an, risiko rata-rata adalah bahwa untuk 1.000 orang yang terinfeksi, kira-kira 10 orang diperkirakan akan meninggal karena virus," kata Vallance.
“Dengan varian baru untuk 1.000 orang yang terinfeksi, sekitar 13 atau 14 orang diperkirakan akan meninggal, itulah jenis perubahan untuk kelompok usia semacam itu,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa semakin banyak bukti dari penelitian laboratorium bahwa varian Inggris akan rentan terhadap vaksin.
Sementara itu Kepala Petugas Medis Inggris Chris Whitty mengatakan bahwa puncak kematian mungkin terjadi di masa depan, memperingatkan bahwa situasinya sangat genting.
"Jika orang mengambil momen ini dan berkata 'benar itu saja, semuanya sudah berakhir' kami akan kembali ke masalah yang sangat dalam dengan sangat cepat dan NHS benar-benar berada di puncak dari apa yang dapat dikelola," ujarnya.
Sebelumnya pemerintah Inggris mengatakan tingkat reproduksi COVID-19 Inggris, yang dikenal sebagai angka R, telah turun dari di atas 1 menjadi antara 0,8 dan 1,0. Ini artinya, rata-rata, setiap 10 orang dengan virus menginfeksi antara 8 dan 10 orang lainnya.
40.261 kasus COVID-19 dilaporkan di Inggris pada hari Jumat, serta 1.401 kematian dalam 28 hari setelah tes positif, menjadikan jumlah total orang yang meninggal akibat virus tersebut menjadi hampir 96.000. [yy/sindonews]
Ketersediaan Lahan Pemakaman
-
Adu Cepat Angka Kematian Akibat Covid-19 dan Ketersediaan Lahan Pemakaman
Fiqhislam.com - Pemerintah DKI berkejaran dalam menyediakan lahan pemakaman khusus untuk jenazah Covid-19 dengan angka kematian akibat wabah penyakit itu. Sebanyak 560 petak makam yang baru disediakan Pemerintah DKI di Tempat Pemakaman Umum Srengseng Sawah, Jakarta Pusat, langsung penuh dalam waktu 11 hari.
Wakil Gubenur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengungkapkan bahwa pemerintah menghadapi krisis lahan makam khusus jenazah Covid-19, karena angka kematian yang melonjak sebagaimana persoalan umum ibu kota negara di seluruh dunia. "Ibu kota di seluruh dunia memiliki kompleksitas itu, tanah untuk gedung, jalan, waduk, termasuk untuk pemakaman," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Jumat, 22 Januari 2021.
Krisis malam di Ibu Kota sudah terjadi sejak November tahun lalu. Pada 8 November kemarin, lahan makam khusus Covid-19 di TPU Pondok Rangon telah dinyatakan penuh.
Begitu juga TPU Tegal Alur. Lahan pemakaman khusus jenazah Covid-19 di pemakaman yang berada di Jakarta Barat itu kian menipis. Per 12 Januari lalu, 4.500 jenazah Covid-19 sudah dikebumikan di sana.
Menurut Riza, krisis pemakaman terjadi karena lonjakan angka kematian dalam dua bulan terakhir seiring dengan penambahan kasus harian Covid-19. Dalam beberapa pekan, per hari DKI menyumbang lebih dari 3 ribu kasus.
Akun Pandemi Talk menyebut angka kematian Covid-19 di Ibu Kota telah mencapai 5,2 persen. Kematian didominasi oleh pasien berstatus suspek dan probable. Angka risiko kematian itu lebih tinggi 2,4 kali dari kasus kematian di dunia.
Pemerintah DKI kini sedang menyiapkan sejumlah cara untuk keluar dari krisis lahan pemakaman. Pemerintah DKI menyatakan telah menyiapkan lima TPU khusus Covid-19 di berbagai wilayah Jakarta.
Pemerintah DKI sudah menambah luasan pemakaman di beberapa tempat seperti Srengseng Sawah, Bambu Wulung, Semper, Joglo dan pemakaman umum lainnya di beberapa lokasi disiapkan tempat pemakaman untuk Covid-19 termasuk di Rorotan.
Politikus Gerindra itu berharap warga tidak panik menanggapi kabar krisis lahan pemakaman. Namun dia juga tidak memastikan waktu pembukaan lahan baru untuk pemakaman jenazah Covid-19. "Sekali lagi, warga Jakarta tidak perlu khawatir. Memang semuanya ada peningkatan yang luar biasa."
Lurah Rorotan Idham Mugabe menyampaikan lahan khusus jenazah Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara bisa saja diperluas. Menurut dia, besar perluasannya akan disesuaikan dengan kebutuhan. "Memang (bisa diperluas) sesuai dengan kebutuhan nanti."
Saat ini, pemerintah DKI memprioritaskan 2 hektare dari total 25 hektare lahan di TPU Rorotan untuk dimanfaatkan sebagai makam khusus jenazah Covid-19. Dua hektare lahan itu pun belum seluruhnya siap dipakai.
Pemerintah DKI baru menyelesaikan 1.500 petak makam seluas satu hektare. TPU Rorotan ditargetkan dibuka pada akhir bulan ini. Pemerintah DKI tengah membangun infrastruktur, seperti jalan dan petunjuk arah. "Jadi dari lokasi prioritas yang dua hektare masih ke arah utara lagi untuk perluasannya."
Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta Syarif mendesak pemerintah segera menambah lahan untuk mengantisipasi krisis lahan pemakaman khusus jenazah Covid-19. "Tahun ini sudah dianggarkan sekitar Rp 215 miliar untuk pembelian lahan. Kami harap anggaran itu bisa segera dieksekusi untuk membeli lahan," kata Syarif.
Pemerintah DKI, kata dia, bisa segera memanfaatkan lahan TPU Rorotan yang masih luas khusus untuk jenazah Covid-19 sambil menunggu pembelian lahan. "Pembelian lahan itu cukup mendesak karena nanti bukan hanya bisa digunakan untuk jenazah Covid-19, tapi kelak bisa untuk umum."
Menurut Syarif, saat ini lahan pemakaman umum di Ibu Kota juga sudah sangat terbatas. Bahkan sebagian lahan ada yang menerapkan sistem tumpang atau menumpuk jenazah. Situs corona.jakarta.go.id mencatat, Pemerintah DKI Jakarta telah memakamkan 12.638 jenazah dengan protokol penanganan Covid-19 hingga Selasa, 19 Januari 2021. Dari jumlah tersebut jenazah Covid-19 sebanyak 3.836 orang.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menyarankan Gubernur DKI Anies Baswedan membolehkan jenazah pasien Covid-19 dimakamkan di pemakaman umum. "Tidak masalah dimakamkan di tempat pemakaman umum selama protokolnya diterapkan," kata Tri.
Menurut dia, kondisi lahan pemakaman khusus Covid-19 yang mulai menipis harus diantisipasi dengan membolehkan keluarga almarhum untuk memakamkan di tempat umum atau tanah wakaf milik mereka.
Dengan mengizinkan memakamkan jenazah Covid-19 di pemakaman umum, kata Tri, pemerintah bisa menghemat biaya penyediaan lahan pemakaman. "Keluarga almarhum juga akan lebih menerima jika dimakamkan di tempat umum," ujarnya. [yy/tempo]