Fiqhislam.com - Jumlah pasien positif terjangkit virus korona melonjak menjadi 172 orang hingga Selasa (17/3/2020). Kasus paling banyak datang dari DKI Jakarta.
"Tadi malam saya cek ada penambahan 12 kasus, lalu ditambah hasil penelitian spesimen Litbangkes yang menunjukkan 20 positif korona, dan enam spesimen yang diteliti Universitas Airlangga juga dinyatakan positif. Sehingga total menjadi 172 kasus," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanggulangan Covid-19, Achmad Yurianto di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (17/3/2020).
Dia menjelaskan penambahan kasus terjadi di Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Riau. Namun terbanyak disumbangkan dari Jakarta.
“Kita memaklumi bahwa pintu gerbang di DKI cukup besar, mobilitas penduduknya sangat tinggi,” katanya.
Selain itu, kata dia, ada kemungkinan terjadinya kontak langsung pasien terbaru dengan kasus-kasus pasien positif yang ditemukan sebelumnya.
Yuri mengatakan, telah dilakukan pressing yang ketat oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta dibantu oleh kepolisian dan pemerintah daerah setempat terhadap orang-orang dalam pemantauan tersebut.
“Dari semua yang dilakukan pemantauan itu, tidak semuanya dirawat di rumah sakit. Hanya yang telah dinyatakan positif saja yang diisolasi di rumah sakit,” ujar dia. [yy/iNews]
Artikel Terkait:
Total Kasus dan Kematian Corona di Dunia Telah Lampaui China
Total Kasus dan Kematian Corona di Dunia Telah Lampaui China
Fiqhislam.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus infeksi penyakit dan kematian yang disebabkan Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia telah melampaui dan angka terjadi di China. Berdasarkan laporan situasi harian per 16 Maret 2020 yang dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (17/3), total kasus positif Covid-19 di 151 negara secara global mencapai 86.434 kasus dengan 3.388 orang meninggal, sementara di China total kasus sebanyak 81.077 dengan total kematian 3.218 jiwa.
Pada Senin (16/3), kasus baru virus corona tipe baru di dunia semakin menembus angka tertingginya yaitu 13.874 per hari dan merenggut 848 jiwa. Sementara di China, ada pertambahan 29 kasus dan 14 kematian baru di hari yang sama, dengan angka pasien yang terjangkit fluktuatif antara belasan hingga kurang dari 30 kasus baru per harinya.
Angka terbanyak pasien terjangkit Covid-19 di Italia dengan total 24.747 kasus (3.590 kasus baru) dengan angka kematian mencapai 1.809 jiwa (368 kematian baru). Kasus terbanyak selanjutnya di Iran dengan total 14.991 kasus (2.262 kasus baru) dan total kematian 853 jiwa (245 kematian baru).
Korea Selatan total 8.236 kasus (74 kasus baru) dengan 75 kematian tanpa ada angka kematian baru. Korea Selatan sebelumnya menjadi negara paling banyak terjadi kasus setelah China, namun pemerintahnya berhasil menekan kasus hingga di bawah 100 kasus per hari yang tadinya lebih dari 500 kasus per hari.
Benua Eropa menjadi episentrum penularan karena banyak negara-negara di benua tersebut yang memiliki kasus di atas 1.000, yaitu Spanyol 7.753 kasus (2.000 kasus baru), Prancis 5.380 kasus (911 kasus baru), Jerman 4.838 (1.043 kasus baru), Swiss 2.200 (841 kasus baru), Inggris 1.395 (251 kasus baru), Belanda 1.135 (176 kasus baru), Belgia 1.085 (396 kasus baru), Norwegia 1.077 (170 kasus baru). Sedangkan Amerika Serikat (AS) terdapat 1.678 kasus dan 41 orang meninggal.
Adapun, di Indonesia kasus positif Covid menjadi 134 dan lima pasien di antaranya meninggal. Jumlah kematian di Indonesia kini menjadi yang tertinggi di wilayah kerja WHO di Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, bahwa penanganan Covid-19 harus dilakukan secara komprehensif oleh setiap negara. Menurutnya, penerapan pembatasan sosial atau social distancing tidak cukup untuk mengatasi penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru tersebut.
Saat menyampaikan keterangan kepada media pada Senin (16/3), Tedros mengatakan bahwa penerapan pembatasan interaksi sosial langsung, seperti peliburan sekolah dan pembatalan kegiatan olahraga untuk mengendalikan penularan Covid-19 belakangan meningkat. Tindakan pembatasan sosial dapat membantu mengurangi penularan dan memungkinkan sistem kesehatan untuk mengatasinya.
"Cuci tangan dan menutup mulut menggunakan siku saat batuk bisa mengurangi risiko diri sendiri dan orang lain, tapi itu saja tidak cukup untuk menumpas pandemi ini, seperti yang selalu saya katakan, semua negara harus menjalankan pendekatan komprehensif," kata Tedros.
Dia mengatakan, cara paling efektif untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan jiwa adalah memutus rantai penularan. Untuk itu perlu melakukan pemeriksaan dan karantina harus dilakukan.
"Anda tidak bisa melawan api dengan mata tertutup, dan kita tidak bisa menghentikan pandemi ini jika kita tidak tahu siapa yang terinfeksi. Kami punya pesan sederhana untuk semua negara: tes, tes, tes. Periksa setiap kasus yang dicurigai (Covid-19)," kata Tedros.Juru Bicara Senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Fadela Chaib menyatakan, seluruh pemerintah perlu meningkatkan tindakan pencegahan tentang penyebaran, diagnosis dan pengobatan virus corona. Hal ini dia sampaikan kepada kantor berita Turki, Anadolu Agency, Senin (16/3) waktu setempat.
Chaib mengatakan sistem darurat memang akan siap, tetapi kapasitas untuk diagnosis dan perawatan harus ditingkatkan. Peralatan rumah sakit juga harus siap setiap saat dan perawatan medis yang menyelamatkan jiwa harus ditingkatkan.
Dia juga menyarankan semua orang untuk mematuhi aturan kebersihan, mengikuti arahan dari pejabat kesehatan internasional dan sumber informasi yang dapat dipercaya seperti WHO. Untuk mencegah berita hoaks tentang virus yang dikenal sebagai Covid-19 ini, lanjut Chaib, badan PBB akan berkolaborasi dengan platform media sosial seperti Twitter, Facebook, Pinterest, Tencent dan Tiktok.
Di negara-negara yang dilanda pandemi, kolaborasi akan memungkinkan pengguna daring diarahkan secara otomatis ke situs web WHO. Sementara itu, Tarik Jasarevic, juru bicara WHO lainnya mengatakan, setiap negara harus mengambil langkah tergantung pada kondisi mereka sendiri dan penyebaran virus di negara mereka.
"Yang paling penting adalah semua orang bekerja bersama dan memenuhi tanggung jawab mereka. Kami mengajak warga semua untuk mengikuti arahan dari pejabat kesehatan dan membantu orang lain sebanyak mungkin," katanya, seraya mengingatkan, bahwa sangat penting bagi lansia untuk menghindari tempat keramaian.
Virus corona muncul di Wuhan, China Desember lalu, dan telah menyebar ke setidaknya 146 negara dan wilayah. WHO telah menetapkan wabah Corona sebagai pandemi. [yy/republika]Artikel Terkait:
Virus Corona, 2.158 Orang Meninggal di Italia
Virus Corona, 2.158 Orang Meninggal di Italia
Fiqhislam.com - Pemerintah Italia melaporkan ada 349 korban meninggal akibat infeksi virus Corona pada Senin, 16 Maret 2020.
Ini membuat jumlah korban meninggal di negara ini menjadi 2.158 orang atau yang terbanyak di luar Cina.
Jumlah korban infeksi virus Corona di Italia meningkat drastis menjadi 27.980 dari 15.113 empat hari sebelumnya.
“Mayoritas korban meninggal ada di Kota Lombardy sebanyak 1.420 orang atau 66 persen dari total korban meninggal di Italia,” begitu dilansir Channel News Asia pada Selasa, 17 Maret 2020.
Kota Piedmont di wilayah Turin, yang menjadi pusat industri otomotif Italia, mengalami peningkatan drastis kasus infeksi virus Corona dalam dua hari terakhir.
Piedmont melaporkan 111 orang meninggal akibat infeksi virus Corona dan 1.516 orang terkena infeksi virus, yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina bagian tengah pada Desember 2019.
Sedangkan daerah Lazio, yang berdekatan dengan ibu kota Roma, melaporkan 19 orang meninggal dan 523 orang terkena infeksi virus Corona.
Secara terpisah, Reuters melansir Deputi Kepala Policlinico San Donato’s Intensive Care Unit, Marco Resta, mengatakan sekitar 50 persen dari pasien terinfeksi COVID-19 di ruang gawat darurat berada dalam kondisi sekarat. Angka ini jauh lebih tinggi dari tingkat nasional yang berada di kisaran 12 – 16 persen.
Kota Lombardy dan Veneto mengalami kesulitan dalam menyediakan layanan medis bagi para pasien, yang jumlahnya besar ini.
Selama tiga pekan terakhir, misalnya, ada 1.135 orang yang membutuhkan intensive care unit untuk perawatan virus Corona. Tapi hanya 800 tempat tidur yang tersedia. [yy/tempo]Artikel Terkait:
Virus Corona, Korban Meninggal di Iran Jadi 853 Orang
Virus Corona, Korban Meninggal di Iran Jadi 853 Orang
Fiqhislam.com - Jumlah korban meninggal akibat terinfeksi virus Corona atau COVID-19 di Iran mencapai 853 orang dengan 129 orang korban meninggal pada Senin, 16 Maret 2020.
“Selama 24 jam kami menemukan ada 1.053 kasus infeksi baru virus Corona dan 129 orang meninggal,” kata Alireza, pejabat kesehatan Iran seperti dilansir lewat Twitter dan dikutip Reuters pada Senin, 16 Maret 2020.
Saat ini, jumlah warga Iran yang telah terinfeksi virus Corona mencapai 14.991 orang.
Otoritas Iran telah meminta warga menghentikan aktivitas di luar ruangan dan tinggal di rumah masing-masing. Ini untuk mengurangi angka penyebaran virus Corona, yang telah menyebar di sekitar 150 negara dan menginfeksi sekitar 120 ribu orang. Sekitar 5.200 orang meninggal akibat infeksi virus Corona ini dan mayoritas berada di Cina.
Secara terpisah, pemerintah Italia menyatakan siap menggelontorkan dana stimulus tambahan untuk membantu perusahaan dan bisnis yang terdampak wabah virus Corona ini.
Italia merupakan negara dengan wabah virus Corona terbanyak setelah Cina. Jumlah warga yang terinfeksi mencapai 24.747 orang dan 1.809 orang meninggal akibat infeksi ini.
“Langkah stimulus yang telah disepakati tidak mencukupi. Kerusakan akan serius dan menyebar. Rencana rekonstruksi ekonomi dibutuhkan,” kata Giuseppe Conte kepada harian Corriere della Sera.
Menurut Conte, wabah virus Corona membuat kondisi berubah total. “Kita bakal harus duduk dan menulis ulang aturan perdagangan dan pasar bebas,” kata dia. [yy/tempo]Artikel Terkait: