Fiqhislam.com - Malam Rabu 20 Januari 2021 -di Washington pagi hari- ada tontonan politik yang amat menarik. Bagi seluruh dunia. Penuh dengan drama dan tragedi. Ini juga sebuah simbol upaya mengembalikan prinsip-prinsip-prinsip mulia demokrasi di negara terkuat secara militer dan ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat.
Tentunya akan menjadi catatan sejarah yang penting bagi dunia karena selama ini Amerika Serikat menjadi model dari demokrasi dan kemajuan ekonomi, budaya dan peradaban untuk banyak pemimpin.
Berkat teknologi digital setiap orang dapat menyaksikan langsung saat itu juga peralihan kekuasaan dari Presiden yang didukung oleh Partai Republik Donald Trump kepada Joe Biden Presiden terpilih yang didukung oleh Partai Demokrat. Pemeluk agama Katolik kedua setelah Presiden Kennedy menjabat Kepala Negara.
Dunia amat terkejut melihat Amerika setelah penyerbuan Capitol, gedung Parlemen Amerika oleh para pendukung fanatis Presiden Donald Trump yang menyebabkan banyak orang meninggal dan luka-luka. Biasanya itu hanya terjadi di negara-negara berkembang, dunia ke tiga. Hal yang dianggap mustahil, ‘insurrection’ terjadi setelah pidato-pidato dari Trump dan lingkaran terdekatnya di White House.
Inilah sebuah pelajaran bahwa demokrasi itu bisa sakit dan mati bila tidak dijaga.
Nasir Tamara: Pengerahan aparat keamanan yang belum pernah terjadi dalam sejarah Amerika untuk acara pelantikan Presiden Amerika Serikat dengan kehadiran 25.000 serdadu National Guard ditambah dengan polisi Washington DC.
Laporan dari FBI dan badan inteligen lain mengkhawatirkan karena adanya bahaya penyerbuan bersenjata yang oleh orang-orang pro Donald Trump yang bisa terjadi di seluruh Amerika.
Oleh karena itu para peserta upacara pelantikan yang bisa mencapai lebih 100.000 orang tidak mungkin hadir sehingga digantikan oleh bendera-bendara yang ditancapkan di sepanjang halaman the Mall.
Suasana itu makin mencekam karena suasana duka berkepanjangan. Di hari pertamanya menjabat 400.000 lebih warga Amerika meninggal akibat virus Corona. Makin tragis lagi jumlahnya bertambah terus meskipun vaksin sudah ditemukan.
Pelantikan itu juga istimewa karena Wakil Presiden USA terpilih adalah perempuan yang pertama dalam sejarah negeri itu. Wanita pertama yang berkulit berwarna, setengah India dari ibunya, yang meraih jabatan teramat penting itu.
Absennya Presiden Donald Trump dalam pelantikan tampak sekali disengaja. Tidak ada wishing well dan jabat tangan antar presiden yang baru dan presiden yang lama. Padahal menurut kebiasaan protokol, seremoni perpindahan jabatan secara resmi selalu ada.
Pertama kali sejak tahun 1869 dalam sejarah Amerika. Donald Trump merekayasa meninggalkan Gedung Putih hanya beberapa jam sebelum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden baru.
Saya menyimak di CNN pidato terakhirnya di pangkalan udara militer Andrews yang dihadiri oleh anggota keluarga dan beberapa pendukungnya tanpa Wakil Presiden Mike Pence. Semuanya tidak memakai masker.
Pidato Trump menyebutkan keberhasilannya sebagai Presiden selama empat tahun. Di bidang ekonomi, dalam membuat vaksin, memperkuat ekonomi dan militer. Melupakan kritik akan caranya yang kasar dalam diplomasi dan ‘berbagai ancaman dan kebohongan’.
Donald Trump tercatat dalam sejarah Amerika sebagai Presiden pertama yang mengalami impeachment dua kali sehingga ia tidak mungkin menurut undang-undang mencalonkan kembali sebagai Presiden untuk ke dua kalinya.
Bahkan terbuka kemungkinan mantan Presiden ini akan diadili bila ada bukti yang kuat bahwa penggerak kekerasan yang disebut sebagai ‘domestik terroris’ di Amerika Serikat adalah Presiden Trump sendiri. Senat akan segera bersidang memanggilnya setelah pelantikan Presiden.
Presiden baru memilih Lady Gaga untuk menyanyikan Lagu Kebangsaaan Amerika. Sebelum pelantikan ia bersama First Lady dan para politikus secara bi-partisan bersama berdo’a di Katedral St.Mathew, Washington. Pada pelantikannya datang mantan Presiden Obama, Clinton dan Bush.
Begitu juga para musuh-musuh politiknya yang sampai sebelum Biden dinyatakan terpilih sebagai Presiden AS mereka masih menyerangnya. Termasuk Wakil Presiden Mike Pence yang diminta untuk digantung oleh penyerbu Capitol.
Demokrasi Amerika memungkinkan dua kubu yang bermusuhan secara politik bisa segera berkomunikasi lagi secara publik.
Presiden Biden mempunyai tugas berat sekali untuk menyembuhkan luka-luka akibat perpecahan bangsa Amerika yang makin dalam di bawah Trump. Sungguh suatu masa yang penuh ketegangan dan konflik besar.
Tidak heran dalam pidatonya bertema Call of Unity Biden sering menyebutkan pentingnya rekonsiliasi dan persatuan nasional. Sebagai seorang politikus kawakan yang lama menjadi anggota Parlemen dan delapan tahun sebagai Wakil Presiden mendampingi Obama beliau memiliki modal yang besar.
Namun sekaligus Presiden juga harus segera memenangkan perang terhadap virus Corona dengan segera melakukan vaksinasi terhadap seluruh penduduk Amerika. Dia juga harus menjaga supaya ekonomi tetap kuat karena bila Amerika batuk berat dunia bisa sakit.
Di hari pertama, meskipun posisi Kabinet masih banyak kosong Presiden Biden akan mengumumkan Executive Order yang mengubah semua keputusan Trump.
Saya catat beberapa yang penting: USA akan kembali mendukung Paris Accord tentang perobahan iklim, kembali lagi menjadi anggota WHO, mengembalikan hubungan baik dengan dunia Islam, lebih mengutamakan kerjasama multilateral tidak lagi bilateral dan juga sistem bantuan kesehatan USA yang populer disebut Obama Care.
Pukul 23.48 Presiden disumpah dengan injil keluarga. Pukul 11.52 Presiden Biden mulai pidatonya. “Democracy is precious, democracy is fragile but now democracy prevails” (“Demokrasi itu berharga, demokrasi itu rapuh tapi sekarang demokrasi menang”).
Syukurlah semua acara pelantikan berjalan lancar dalam damai. God Bless America.
Satu tahun sebelum Reformasi saya menulis bahwa Indonesia dapat belajar dari Amerika ‘tradisi demokrasi dengan munculnya tradisi grass-roots serta lebih diperhatikannya hak asasi manusia.
Keterbukaan pada persaingan antara manusia dan generosity dari penduduk Amerika perlu juga diperhatikan. Namun ada pula pengaruh negatifnya yaitu dapat munculnya kapitalisme tanpa batas dan ideologi untuk terus memperbesar kue ekonomi tanpa imbangan kewajiban untuk membagi kue buat orang-orang yang miskin”.
Hubungan Indonesia dan Amerika teramat penting seperti saya pernah tulis di sebuah buku. Betapa proses demokrasi di Indonesia didukung oleh Amerika Serikat terutama sejak masa Reformasi tahun1998. Contohnya beberapa Amendemen UUD’45 dan kemunculan berbagai institusi demokratis yang lahir selama revolusi.
Saya percaya ada peluang besar untuk mempererat hubungan RI-USA yang win-win dengan pemerintah baru USA. Untuk kebaikan bersama ketika dunia harus bersatu melawan pandemi Covid-19. Memenangkannya dalam waktu singkat.
Sebelum tidur saya merenung.
Mungkin ini waktu yang terbaik bagi saya untuk menerbitkan ulang kembali buku yang berjudul Pengaruh Amerika Serikat dalam Dunia Intelektual di Indonesia (Penerbit Bentang, 1997). Dengan data-data dan hasil riset terbaru dengan munculnya demokrasi digital di dunia. Do’akan teman-teman semua. [yy/republika]
Oleh DR Nasir Tamara
-
- Mantan Wakil Pimred Republika dan Dosen Pasca Sarjana UGM.
Artikel Terkait:
Resmi Dilantik
-
Resmi Dilantik, Joe Biden Serukan Akhiri Perang tak Beradab
Fiqhislam.com - Joe Biden dan Kamala Harris resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat, Rabu (20/01). Berbeda dengan pelantikan presiden dan wakil presiden sebelumnya, pelantikan kali ini tidak dihadiri oleh ribuan massa untuk mencegah sebaran wabah virus corona.
Biden resmi menjabat pada saat AS mengalami kegelisahan nasional mendalam, karena dihantam krisis dalam empat dimensi, yakni pandemi, ekonomi, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan rasial. Dia menjanjikan akan dilakukannya tindakan cepat, termasuk serangkaian perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat.
Dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyatakan bahwa "demokrasi telah menang". Ia memuji peralihan kekuasaan secara damai, meskipun sempat terjadi kekerasan di Gedung Capitol awal bulan ini.
Sejumlah tokoh Partai Republik seperti Wakil Presiden Mike Pence dan para pemimpin kongres partai, menghadiri pelantikan Biden, bersama dengan mantan Presiden AS Barack Obama, George W. Bush, dan Bill Clinton. Mereka yang hadir terlihat mengenakan masker di tengah pandemi corona yang masih melanda. Donald Trump tidak menghadiri pelantikan ini.
"Ini adalah hari Amerika. Ini adalah hari demokrasi. Hari bersejarah dan pengharapan, akan pembaruan dan penyelesaian," kata Biden, Rabu (20/01). "Kita telah sampai sejauh ini. Masih banyak yang harus kita lakukan," ujar Biden. Dia mencatat bahwa negara itu sedang menjalani saat-saat yang "menantang" ujarnya merujuk pada pandemi pandemi corona dan kemerosotan ekonomi.
Dalam pidatonya Biden juga menyatakan bahwa AS sedang menghadapi saat-saat yang penuh ujian dan harus menghadapi tantangan tersebut. "Saya yakin kita bisa melakukannya," kata Biden. Ia menyebutkan sejumlah kekhawatiran terutama tentang pandemi, peran AS di dunia, ketidakadilan rasial, dan "serangan terhadap demokrasi kita."
Selanjutnya, ia juga mengajak para hadirin dan rakyat Amerika untuk mengheningkan cipta bagi lebih dari 400.000 orang di AS yang telah meninggal akibat wabah corona. "Dalam tindakan pertama saya sebagai presiden, saya ingin meminta Anda untuk bergabung dengan saya dalam doa hening sejenak untuk mengenang semua orang yang meninggal dalam satu tahun terakhir ini akibat pandemi," kata Biden dalam pidato pelantikannya.
"Kita akan menghormati mereka dengan menjadi rakyat dan bangsa yang kita tahu kita bisa dan harus menjadi," kata Biden sebelum menundukkan kepalanya dalam diam.
Ajakan akhiri perang tidak beradab
Pasangan Biden, Kamala Harris, yang merupakan putri pasangan migran asal Jamaika dan India, menjadi perempuan kulit hitam pertama, dan keturunan Asia pertama yang menjabat sebagai wakil presiden setelah dia dilantik oleh Hakim Mahkamah Agung AS Sonia Sotomayor, yang merupakan orang keturunan Amerika latin pertama yag menjabat.
Setelah kampanye yang diwarnai tuduhan tidak berdasar dari Donald Trump atas kecurangan pemilu, Biden memberikan nada damai dalam pidatonya, meminta orang Amerika yang tidak memilihnya untuk juga memberinya kesempatan menjadi presiden.
"Untuk mengatasi tantangan ini untuk memulihkan jiwa dan mengamankan masa depan Amerika, butuhkan lebih dari sekadar kata-kata. Ini butuh hal yang paling sulit dipahami dari semua hal dalam demokrasi: persatuan," ujar Biden.
"Kita harus mengakhiri perang tidak beradab yang mempertentangkan warna merah dengan biru, pedesaan versus perkotaan, konservatif versus liberal. Kita bisa melakukan ini - jika kita membuka jiwa kita, alih-alih mengeraskan hati kita."
Pengamanan super ketat
Biden, 78, menjadi presiden AS tertua dalam sejarah pada upacara skala kecil di Washington yang sebagian besar dilucuti dari kemegahan dan keadaannya yang biasa, karena masalah virus dan keamanan setelah serangan 6 Januari di Capitol AS oleh para pendukungDonald Trump.
Joe Biden dilantik menjadi Presiden AS ke-46 pada hari Rabu dengan penjagaan ketat oleh 25.000 tentara. Tempat inaugurasi pun dikosongkan dari penonton yang biasanya memadati ritual empat tahunan tersebut.
Tindakan pencegahan untuk mengamankan inaugurasi kepresidenan di Amerika Serikat belum pernah seketat ini. Petugas keamanan memagari sebagian besar pusat kota Washington D.C guna memastikan bahwa Biden dan Wakil Presidennya Kamala Harris dapat dengan lancar mengambil sumpah jabatan mereka pada pukul 11:48 pagi waktu setempat.
"Ini adalah hari ketika demokrasi kita bangkit, membersihkan debu dan melakukan apa yang selalu dilakukan Amerika - maju sebagai sebuah bangsa," ujar Senator dari Partai Demokrat Amy Klobuchar saat upacara dimulai.
Sebelumnya, beberapa kelompok ekstremis sayap kanan telah berjanji untuk mengacaukan jalannya upacara pelantikan Biden setelah serangan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari lalu yang menewaskan lima orang, termasuk seorang perwira polisi. Analis mengatakan adanya beberapa tanda dari plot terorganisir untuk menganggu jalannya pelantikan tersebut.
Donald Trump sebelumnya telah menyatakan tidak akan menghadiri pelantikan ini. Pada Rabu pagi, Presiden Donald Trump telah keluar meninggalkan Gedung Putih untuk terakhir kalinya. Helikopter yang ditumpanginya terbang melewati lapangan National Mall yang ditanami sekitar 200.000 bendera Amerika dan bendera negara bagian. [yy/republika]
AS Porak-Poranda
-
Trump Tinggalkan Gedung Putih Saat AS Porak-Poranda
Fiqhislam.com - Donald Trump telah keluar dari Gedung Putih dan naik Marine One untuk terakhir kalinya sebagai presiden. Ia mewariskan kekacauan dan bangsa yang terpecah-belah.
Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS) yang dua kali dimakzulkan. Trump meninggalkan Gedung Putih saat jutaan warga AS kehilangan pekerjaannya dan 400 ribu orang meninggal karena virus corona.
Partai Republik kehilangan kekuasaan di Gedung Putih dan Kongres. Trump juga akan selamanya dikenang untuk aksi terakhir di masa jabatannya sebagai presiden: memicu pemberontakan di Capitol Hill yang menewaskan lima orang, termasuk satu petugas polisi.
Trump juga menjadi presiden pertama di masa modern yang memboikot pelantikan penggantinya. Ia mempertahankan klaim palsu mengenai kecurangan pemilih presiden pada November lalu. Pejabat dari Partai Republik di sejumlah negara bagian, termasuk yang ia tunjuk, membantah klaim tersebut.
Namun Trump tetap menolak berpartisipasi dalam upacara penyerahan kekuasaan dengan damai, tradisi yang menjadi simbol negara-negara besar. Ia tidak mengundang pasangan Joe dan Jill Biden ke Gedung Putih sesuai tradisi.
Pada Selasa (19/1) kantor berita Associated Press melaporkan saat Biden mengambil sumpah jabatan, Trump berada di klub pribadinya, Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida. Sebelum menghadapi masa depan yang tidak pasti ia memberi dirinya sendiri sebuah upacara yang disertai karpet merah, band militer, dan 21 tembakan penghormatan.
Ada tamu yang diundang, tapi belum diketahui berapa banyak yang hadir. Wakil Presiden Mike Pence berencana tidak menghadiri pesta tersebut dengan alasan kesulitan logistik yang diperlukan dari pangkalan udara ke acara itu.
Usai penyerbuan pendukung Trump ke Gedung Kongres, kini Washington berubah menjadi benteng pertahanan. Puluhan ribu pasukan Garda Nasional menjaga ibu kota yang dipagari kawat besi dan pos-pos pemeriksaan.
Para pembantunya sudah meminta Trump menghabiskan hari-hari terakhir masa jabatannya dengan menekankan apa yang berhasil ia capai. Memotong pajak, menghapus banyak regulasi pemerintah, dan menormalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel.
Namun Trump menolak saran tersebut. Ia memilih mengunjungi perbatasan Texas dan merilis sebuah video. Dalam video tersebut Trump berjanji pada pendukungnya bahwa 'gerakan kami baru saja dimulai'.
Sebelum penyerangan ke Capitol Hill, Trump diprediksi tetap menjadi pemimpin de facto di Partai Republik dengan pengaruh yang sangat besar. Ia diperkirakan akan menentukan calon-calon politisi yang maju untuk jabatan tertentu. Ia akan maju lagi dalam pemilihan presiden 2024.
Namun kini ia tidak berdaya. Banyak anggota Partai Republik yang menyerangnya. Ia dimakzulkan dua kali, akun Twitter yang ia gunakan sebagai corongnya sudah ditutup. Trump juga akan menjalani sidang di Senat yang memutuskan apakah ia boleh maju lagi ke pemilihan presiden atau tidak.
Trump yang masih dalam keadaan marah dan malu terperosok dalam amarah dan depresi. Di pekan-pekan terakhirnya ia semakin dalam masuk ke dalam ilusi-ilusi konspirasi. Orang-orang yang berbicara padanya mengatakan Trump masih yakin ia memenangkan pemilihan presiden.
Trump juga terus mencaci orang-orang Partai Republik yang menurutnya tidak setia. Secara terbuka maupun pribadi ia sudah mengancam akan menentang semua orang yang menurutnya mengkhianatinya di primary Partai Republik.
Setelah kekacauan dan drama yang ia tinggalkan, pada akhirnya Trump mengakhiri masa jabatannya seperti saat ia mulai berkuasa: sendirian. Partai Republik akhirnya meninggalkannya usai pendukung Trump menyerbu Gedung Kongres.
Capitol Hill adalah kebanggaan sistem demokrasi Amerika, suara demokrasi dunia. Pada 6 Januari lalu pendukung-pendukung Trump mencari anggota Partai Republik yang menolak mengikuti tindakan konstitusional Trump menolak hasil pemilihan presiden yang sah dan demokratis.
Walaupun Washington sudah merasa cukup pada Trump tapi ia masih memiliki basis massa di kota. Ia memiliki pendukung yang menjabat di pos-pos penting seperti Komite Nasional Partai Republik dan organisasi partai cabang negara bagian.
Namun kota itu tampaknya tidak akan merindukan Trump. Ia jarang meninggalkan Gedung Putih. Jika keluar ia hanya mengunjungi hotelnya sendiri. Ia dan istrinya tidak pernah makan malam di restoran setempat, tidak pernah berbelanja di toko-toko kecil, atau melihat-lihat lokasi tertentu.
Saat ia meninggalkan Gedung Putih ia hanya mengunjungi propertinya sendiri. Seperti lapangan golf miliknya di Virginia, lapangan golfnya di New Jersey, serta klub pribadi dan lapangan golfnya di Palm Beach, Florida. [yy/republika]