Fiqhislam.com - Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad memperingatkan Presiden Hassan Rouhani tentang apa yang dia sebut sebagai "perang destruktif baru" yang direncanakan di Timur Tengah dan Teluk.
"Semua perkembangan, posisi dan berita yang diterbitkan di berbagai media di penjuru dunia menunjukkan bahwa perang destruktif baru telah direncanakan di Timur Tengah dan Teluk," ungkap Ahmadinejad dalam surat yang ditujukan kepada presiden yang sedang menjabat.
Dia menambahkan, "Semua pejabat harus mencegah pecahnya perang dengan mengambil tindakan yang diperlukan dan segera."
"Saya berharap Anda, sebagai Presiden Republik Islam, melakukan segala upaya ke arah ini, untuk mencegah pecahnya perang," papar dia.
Ahmadinejad mengakhiri suratnya dengan menekankan, "Tidak ada keraguan bahwa negara-negara di kawasan ini akan berterima kasih kepada para pejabat yang dengan kecerdasan dan rasa tanggung jawabnya akan mencegah kerusakan material dan spiritual yang dapat terjadi karena perang."
Ahmadinejad menjabat sebagai presiden keenam Republik Islam Iran dari Agustus 2005 hingga 2013.
Hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas di era pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pada hari-hari terakhir Trump menjabat di Gedung Putih, berbagai provokasi terjadi hingga memicu kekhawatiran pecah perang antara Iran dan AS.
Militer kedua pihak pun disiagakan dan dikerahkan untuk mengantisipasi segala kemungkinan. [yy/sindonews]
Artikel Terkait:
Pangkalan Al-Qaeda
Menlu AS Tuduh Iran Punya Pangkalan Al-Qaeda
Fiqhislam.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan Al-Qaeda memiliki pangkalan baru di Iran. Pernyataan tersebut tidak dibarengi dengan bukti dan segera ditolak oleh Iran.
“Alqaeda memiliki basis baru. Itu adalah Republik Islam Iran, ”kata Pompeo dalam pidatonya di National Press Club dikutip dari Aljazirah, Selasa (12/1).
Pompeo mengatakan Alqaeda telah memusatkan kepemimpinannya di dalam Teheran dan deputi pemimpin, Ayman al-Zawahiri, saat ini ada di wilayah tersebut. "Saya akan mengatakan Iran memang Afghanistan baru, sebagai pusat geografis utama Alqaeda, tapi sebenarnya lebih buruk," kata Pompeo.
Ia menyatakan di Afghanistan kelompok ini bersembunyi di pegunungan. Namun sekarang, Alqaeda justru beroperasi di bawah perlindungan Iran.
Pompeo mendesak lebih banyak tekanan internasional terhadap Teheran, tetapi berhenti menyerukan tindakan militer. "Jika kami memang memiliki opsi itu, jika kami memilih untuk melakukan itu, ada risiko yang jauh lebih besar dalam menjalankannya," katanya.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dengan cepat menuduh Pompeo melakukan kebohongan melalui akun Twitter. Dia mengecam pernyataan tersebut.
Undang-Undang AS, Otorisasi Penggunaan Pasukan Militer (AUMF) 2001, memungkinkan pasukan Washington untuk mengejar Alqaeda di mana pun di dunia. Artinya klaim Pompeo dapat memungkinkan pemerintahan Trump sudah memiliki persetujuan Kongres untuk serangan terhadap Iran jika kelompok itu terbukti berada di wilayah Iran. [yy/republika]
Bantahan Iran tentang Al-Qaeda
Iran Bantah Tuduhan Amerika Soal Menjadi Markas Baru Al-Qaeda
Fiqhislam.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, membantah tudingan kompatriotnya di Amerika, Mike Pompeo, bahwa negaranya telah menjadi basis baru Al Qaeda. Dikutip dari kantor berita Reuters, Javad Zarif menyebut tudingan tersebut sebagai kebohongan yang ditujukan untuk memicu peperangan.
"Dengan menyatakan fiksi soal deklasifikasi Iran dan keberadaan Al Qaeda, Mike Pompeo mengakhiri karirnya yang menyedihkan dengan kebohongan baru," ujar Javad Zarif via tweet, Rabu, 13 Januari 2021.
Javad Zarif yakin tidak akan ada yang tertipu dengan klaim Mike Pompeo tersebut. Malah, ia balik menuduh dengan mengatakan bahwa para teroris AL Qaeda justru berasal dari negara-negara tujuan Amerika di Timur Tengah, bukan dari Iran.
Hal senada disampaikan oleh Alireza Miryousefi, juru bicara dari Misi Diplomatik Iran di Perserikatan Bangsa-bangsa (UN). Ia menyebut tudingan Mike Pompeo mustahil dan sebuah kebohongan.
Para pakar pun meragukan apa yang dikatakan Mike Pompeo. Meski mereka mengakui bahwa ada Al Qaeda yang beroperasi di Iran, hal itu tidak sama dengan Al Qaeda menjadikan Iran sebagai markas terbarunya. Mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan Pompeo lebih sebagai cara untuk mensabotase rencana Presiden Amerika Terpilih Joe Biden membangun kerjasama nuklir Iran lagi.
"Iran dan Al Qaeda itu lebih seperti musuh strategis. Mencitrakan Iran dan Al Qaeda sebagai rekan strategis jelas lebih terlihat seperti fiksi dibanding fakta," ujar analis Charles Lister dari lembaga think tank Middle East Institute.
Diberitakan sebelumnya, Mike Pompeo menuduh Iran menjadi basis baru Al Qaeda karena negara pimpinan Ayatollah Ali Khamenei itu memberikan perlindungan pada mereka. Perlindungan itu, kata Pompeo, mulai dari rumah aman, kartu identitas, hingga passport agar anggota Al Qaeda bisa bergerak dengan leluasa. [yy/tempo]