Fiqhislam.com - Peperangan antara tentara Armenia dan Azerbaijan masih berlanjut hingga Senin (28/9/2020) waktu setempat. Otoritas setempat melaporkan korban jiwa dari pihak militer kembali bertambah.
Militer Armenia dan Azerbaijan saling serang sejak Minggu (27/9/2020) kemarin waktu setempat. Kedua belah pihak saling tuding sebagai pemicu meletusnya perang di Karabakh--wilayah perbatasan yang diperebutkan dua negara pecahan Uni Soviet selama puluhan tahun.
Kementerian Pertahanan Armenia melaporkan pertempuran semakin intensif sampai Senin (28/9/2020) dini hari waktu setempat. Laporan terbaru menyebut korban tewas bertambah menjadi 32 orang. Baik Armenia maupun Azerbaijan menolak memberikan data rinci mengenai korban dari masing-masing pihak.
"Pertempuran terus berlanjut sepanjang Minggu malam. Kementerian Pertahanan Armenia di Karabkh mengonfirmasi lebih dari 15 tentara meninggal dunia, dengan demikian total kematian dari pihak militer mencapai 32 orang sejak perang meletus pada Minggu kemarin," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia dikutip dari AFP.
Sementara itu, pasukan separatis Armenia melaporkan warga sipil di Karabakh juga menjadi korban. Sejauh ini, satu perempuan dan satu anak dinyatakan tewas.
Sedangkan Pemerintah Azerbaijan menyatakan, satu keluarga terdiri dari lima orang tewas dalam penembakan yang dilakukan separatis Armenia.
Azerbaijan mengklaim telah merebut gunung strategis di Karabakh yang digunakan sebagai jalur transportasi antara Ibu Kota Yerevan dan kantong separatis.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Armenia Artsrun Hovhannisyan mengklaim, pasukan pemberontak Karabakh membunuh sekitar 200 tentara Azerbaijan dan menghancurkan 30 unit artileri musuh serta 20 pesawat tak berawak. [yy/inews]
Artikel Terkait:
Rudal Balistik
Armenia Ancam Luncurkan Rudal Balistik Jika Jet F-16s Turki Bantu Azerbaijan
Fiqhislam.com - Militer Armenia memperingatkan Turki agar tidak ikut campur dalam peperangan dengan Azerbaijian di wilayah Nagorno-Karabakh. Armenia tak segan meluncurkan rudal balistik buatan Rusia jika Turki mengerahkan jet tempur F-16 membantu Azerbaijan.
Pertempuran Armenia-Azerbaijan memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh kembali meletus sejak Minggu (27/9/2020) kemarin. Laporan terakhir menyebut jumlah korban jiwa dari kedua belah pihak mencapai 39 orang, ditambah korban jiwa dari warga sipil serta kerusakan infrastruktur.
Duta Besar Armenia untuk Rusia, Vardan Tongayan, menuding militer Azerbaijan mendapat bantuan 4.000 pejuang dari Turki yang masuk melalui Suriah Utara.
Laporan media Armenia menyebut militer Azerbaijan telah menyiapkan sejumlah jet tempur F-16s buatan Amerika Serikat di pangkalan militer sejak sebulan sebelum perang pecah.
Merespons ancaman tersebut, militer Armenia mulai menyiapkan sistem pertahanan udara yang diklaim mampu mengatasi setiap serangan dari pesawat tempur maupun drone Azerbaijan dan Turki yang selama ini digunakan mengintai di wilayah Nagorno-Karabakh.
Selain itu, Yerevan juga telah menyiapkan persenjataan lain yakni rudal balistik 9K720 Iskander buatan Rusia. Rudal tersebut memiliki daya jangkau pendek, serta memiliki fleksibilitas penggunaan di segala medan pertempuran darat, demikian dikutip dari Russia Today, Selasa (29/9/2020).
Jika ekskalasi perang semakin meningkat serta terbukti Azerbaijan mendapat sokongan dari Turki, maka angkatan udara Armenia akan mengerahkan jet tempur Su-25 yang diklaim mampu mengatasi pertempuran udara.
Pada Senin (28/9/2020) kemarin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pernyataan resminya mendukung serangan terbaru yang dilancarkan tentara Azerbaijan ke Armenia. Nampaknya, pernyataan Erdogan inilah yang memicu spekulasi campur tangan Ankara dalam perebutan Nagorno-Karabakh.
Pemerintah Azerbaijan sudah membantah klaim tersebut, mereka menegaskan bahwa Turki tidak ambil bagian dalam pertempuran. Ankara mengikuti imbauan NATO agar para anggotanya menahan diri. [yy/inews]
Jawaban Turki
Disebut Tembak Pesawat Armenia, Ini Jawaban Turki
Fiqhislam.com - Turki membantah klaim bahwa jet tempur F-16 mereka menembak jatuh pesawat tempur Armenia SU-25 saat pecahnya pertempuran di wilayah Nagoro Karabakh.
Pembantu dekat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Fahretti Altun menegaskan, tuduhan itu sangat tidak berdasar. "Armenia harus menarik diri wilayah yang mereka duduki daripada hanya menyebarkan trik propaganda," ujarnya seperti dilansir Hurriyetdailynews, Selasa.
Seperti diketahui Turki memberikan dukungan moral buat Azerbaijan selama ini. Presiden Erdogan sebelumnya mengecam keras apa yang dilakukan Armenia terhadap Azerbaijan.
Namun menurut Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dukungan Turki hanya bersifat moral. Turki tidak terlibat langsung dalam pertempuran. "Rumor yang disebarkan oleh Armenia bahwa Turki terlibat dalam pertempuran ini sangat provokatif," ujarnya.
Pada Ahad (27/9), pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran di Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Secara internasional wilayah itu diakui milik Azerbaijan, tapi sebagian besar daerahnya dihuni etnis Armenia.
Azerbaijan dan Armenia saling tuding sebagai pihak yang pertama kali memulai serangan. Armenia menuding Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri ke permukiman sipil warganya di Nagorno-Karabakh, termasuk kota utama Stepanakert.
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan menembak jatuh dua helikopter dan tiga pesawat nirawak (drone) Azerbaijan sebagai respons atas serangan ke Nagorno-Karabakh.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengungkapkan pihaknya meluncurkan serangan balasan guna menekan aktivitas tempur Armenia dan memastikan keselamatan penduduk. [yy/republika]
Tolak Lakukan Pembicaraan
Armenia dan Azerbaijan Tolak Lakukan Pembicaraan
Fiqhislam.com - Armenia dan Azerbaijan menuduh satu sama lain menembak langsung ke wilayah masing-masing, Selasa (29/9). Mereka pun menolak tekanan untuk mengadakan pembicaraan damai karena konflik atas daerah Nagorno-Karabakh.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev yang berbicara kepada televisi pemerintah Rusia dengan tegas mengesampingkan kemungkinan pembicaraan. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada saluran yang sama bahwa itu tidak dapat berlangsung saat pertempuran berlanjut.
Kedua negara melaporkan penembakan dari sisi lain melintasi perbatasan bersama di sebelah barat wilayah Nagorno-Karabakh. Insiden tersebut menandakan eskalasi konflik lebih lanjut, meskipun ada permintaan mendesak dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan negara lain untuk menghentikannya.
Sebanyak 15 anggota Dewan Keamanan (DK) PBB menyatakan keprihatinan tentang bentrokan yang kembali meletus pada akhir pekan. DK PBB mengutuk penggunaan kekuatan dan mendukung seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk segera menghentikan pertempuran.
Puluhan orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya cedera sejak bentrokan antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia. Peristiwa ini mengancam akan menarik negara tetangga, termasuk sekutu dekat Azerbaijan, Turki.
"Komunitas internasional harus dengan tegas mengutuk agresi Azerbaijan dan tindakan Turki dan menuntut Turki keluar dari wilayah ini. Kehadiran militer Turki di wilayah ini ... akan membawa eskalasi lebih lanjut dan perluasan skala konflik," ujar Pashinyan kepada TV pemerintah Rusia.
Sedangkan Aliyev menegaskan kalau Turki bukan bagian dari konflik kedua negara. Kondisi ini membuat negara tetangga dan sekutu baik Azerbaijan ini tidak perlu dan sama sekali tidak berpartisipasi di dalamnya.
“Turki bukanlah pihak dalam konflik, sama sekali tidak berpartisipasi di dalamnya dan tidak perlu untuk ini,” kata Aliyev.
Keputusan kedua negara yang menolak pembicaraan akan menjerumuskan konflik ke dalam perang. Kondisi ini mengancam tidak hanya menyeret Turki, tetapi Rusia. Moskow memiliki aliansi pertahanan dengan Armenia, tetapi juga menikmati hubungan dekat dengan Azerbaijan.
Kremlin mengatakan Presiden Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Pashinyan untuk kedua kalinya sejak dimulainya krisis itu. Dia mengatakan semua pihak harus mengambil tindakan untuk mengurangi eskalasi.
Putin diketahui belum melakukan kontak apapun dengan Azerbaijan. Meski begitu, Kremlin mengatakan Moskow terus berhubungan dengan Turki, Armenia, dan Azerbaijan. Rusia menegaskan setiap pembicaraan tentang memberikan dukungan militer untuk pihak lawan hanya akan menambah bahan bakar ke api. [yy/republika]