Fiqhislam.com - Kelompok Fatah mengatakan kerja sama mereka dengan Hamas bertujuan untuk membalas rencana Amerika Serikat (AS) dan Israel terhadap Palestina. Sebelumnya, pemerintah dari kelompok Fatah yang sekuler selalu bersaing dengan Hamas yang lebih konservatif.
"Kesepakatan ini bagian dari upaya untuk menyatukan posisi Palestina untuk menghalangi rencana Amerika-Israel," kata ketua wakil kelompok Fatah Mahmoud al-Aloul di Voice of Palestine Radio seperti dikutip dari media kantor berita Turki Anadolu Agency, Ahad (27/9).
Aloul mengatakan kesepakatan Fatah-Hamas juga bertujuan untuk 'melawan langkah sejumlah negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel'. Pada awal bulan ini Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain mendatangani perjanjian yang disponsori AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Palestina mengecam keras kesepakatan normalisasi tersebut. Mereka menilai perjanjian tersebut mengkhianati perjuangan rakyat Palestina selama berpuluh-puluhan tahun dalam mempertahankan tanah mereka dari penjajahan Israel.
Pekan lalu, Fatah dan Hamas menggelar pertemuan di Turki. Kedua belah pihak sepakat untuk menggelar pemilihan legislatif dan presiden. Dua gerakan tersebut berselisih setelah Hamas merebut Jalur Gaza pada 2007 lalu.
Sementara itu, Aloul memuji keputusan Qatar yang menolak menduduki posisi ketua Liga Arab yang digilir setelah Palestina menolak untuk menduduki posisi ketua organisasi negara-negara Arab itu sebagai protes kesepakatan normalisasi UEA dan Bahrain.
"Peran Liga Arab dibelokan dan telah gagal mempertahankan resolusinya," kata Aloul. [yy/republika]
Artikel Terkait:
Pidato Abbas
Hamas Puji Pidato Abbas Soal Blokade tak Tundukkan Palestina
Fiqhislam.com - Ketua Hamas Ismail Haniyeh memuji pidato Presiden Mahmoud Abbas di depan Majelis Umum PBB. Hal itu dilontarkamnya selama panggilan telepon yang diterima Abbas dari pemimpin Hamas, Sabtu (26/9) waktu setempat.
"Pidato Abbas mencerminkan momen yang (dilalui oleh rakyat Palestina) dalam tahap bersejarah ini," kata Haniyeh seperti dikutip laman Anadolu Agency, Ahad (27/9).
Dalam pidatonya pada Jumat, Abbas mengatakan payung Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) belum mengamanatkan pihak mana pun untuk berbicara atas namanya. "Kami tidak akan tunduk atau mengabaikan hak kami meskipun ada blokade tidak adil yang menargetkan keputusan nasional kami," kata Abbas.
Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian yang disponsori AS awal bulan ini untuk menormalkan hubungan mereka dengan Israel. Warga Palestina telah mengecam perjanjian normalisasi sebagai pengkhianatan perjuangan mereka melawan pendudukan Israel selama puluhan tahun di tanah mereka.
Selama panggilan telepon, Abbas menekankan dukungannya terhadap upaya yang bertujuan untuk mempromosikan dialog antara Fatah, Hamas, dan faksi lain untuk menciptakan hasil yang diinginkan dan mengadakan pemilihan. Pekan lalu, Hamas dan Fatah sepakat dalam pembicaraan di Turki untuk mengadakan pemilihan legislatif dan presiden.
Haniyeh, pada bagiannya, menegaskan kembali dukungan kelompoknya untuk dialog membangun front nasional untuk melawan konspirasi terhadap rakyat Palestina. Sementara, Kelompok Fatah mengatakan kerja sama mereka dengan Hamas bertujuan untuk membalas rencana AS dan Israel terhadap Palestina. Sebelumnya, pemerintah dari kelompok Fatah yang sekuler selalu bersaing dengan Hamas yang lebih konservatif. [yy/republika]