Fiqhislam.com - Ilmuwan China yang melarikan diri ke Amerika Serikat, Dr Li Meng Yan kembali muncul di telivisi, dia berjanji akan mengungkap bukti Covid-19 merupakan buatan laboratorium di China.
Li merupakan seorang ahli virus yang berbasis di Hong Kong. Pada April lalu, dia memutuskan melarikan diri ke Washington setelah mendapat perlakukan intimidatif terkait informasi penyebaran Covid-19 yang pertama kali terjadi di Wuhan, China.
Perempuan yang pernah bekerja di Hong Kong's School of Public Health itu pernah membuat pengakuan mengejutkan mengenai laporan Covid-19 yang dikembangkan di sebuah laboratorium militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Dia pertama kali mengetahui bakal virus corona tipe baru setelah diminta atasannya menyelidiki virus "mirip SARS baru" di Wuhan pada 31 Desember 2019, tetapi upayanya berhenti.
Dia mengaku mendapatkan fakta bahwa virus itu meningkat secara eksponensial. Namun, dia diminta tetap diam dan hati-hati, sampai akhirnya memutuskan pergi ke Amerika Serikat mencari perlindungan.
"Kami akan mendapat masalah dan kami akan menghilang," kata Li.
Dia juga mengklaim pasar hewan Wuhan--yang dilaporkan tempat pertama kali virus itu muncul--merupakan umpan, sedangkan asal virus itu dari lembaga virologi di kota tersebut.
Dilansir dari The Sun, Sabtu (12/9), Li yang tampil jadi pembicara di acara televisi Inggris, Loose Women dari lokasi yang dirahasiakan mengatakan dia akan membeberkan sejumlah bukti yang memperkuat temuannya bahwa Covid-19 buatan manusia.
"Urutan genom seperti sidik jari manusia. Berdasarkan ini Anda dapat mengidentifkasi hal-hal tersebut," kata Li.
"Saya akan (menggunakan) bukti ini untuk memberi tahu orang-orang mengapa (virus) ini datang dari laboratorium di China, mengapa mereka yang membuatnya."
"Siapa pun, walaupun Anda tidak memiliki pengetahuan biologi, akan dapat membacanya, dan memeriksa serta mengindentifikasi dan memverifikasinya sendiri," lanjutnya.
Dalam acara itu, Li juga mengungkap upaya China mendeskreditkannya bahkan sebelum dia meninggalkan negara itu. Bukan cuma pribadi Li, keluarga dan koleganya juga mendapat intimidasi dari pemerintah.
"Mereka menghapus semua informasi saya dan juga mereka menyuruh orang-orang menyebarkan rumor tentang saya."
"Bahwa saya pembohong, saya tidak tahu apa-apa, saya baru saja membunuh hamster di lab."
"Mereka akan mencoba untuk mengontrol keluarga dan teman saya dan kemudian tiba-tiba saya tidak ada," tambahnya.
Para ahli sebelumnya meragukan klaim Le Meng Yi yang menyebut Covid-19 lahir dari hasil rekayasa di laboratorium. Setelah mempelajari susunan genetikanya, sebagian besar ahli menyimpulkan bahwa Covid-19 terjadi secara alami ditularkan ke manusia dari hewan yang diduga kelelawar. [yy/iNews]
Artikel Terkait:
Virus Mutan Kelas Tinggi
Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Virus Mutan Kelas Tinggi
Fiqhislam.com - Ahli virus China yang melarikan diri ke Amerika Serikat (AS) mengatakan virus SARS-COV-2 penyebab Covid-19 adalah virus mutan buatan manusia. Ia menyangkal jika virus tersebut berasal dari pasar basah di Wuhan dan mengantongi bukti jika virus itu berasal dari laboratorium militer China.
Dalam sebuah wawancara dengan ITV, Li-Meng Yan mengatakan, penularan dari manusia ke manusia sudah ada ketika dia mulai menyelidiki virus SARS-COV-2 pada akhir Desember tahun lalu.
“Awalnya, pemerintah China menemukan situasi Covid-19. Hal kedua adalah situasi keseluruhan adalah penularan dari manusia ke manusia sudah ada. Ketiga, SARS-COV-2 adalah virus mutan yang tinggi dan akan segera berjangkit jika tidak dikendalikan,” kata Li.
“Hal keempat adalah pasar makanan laut di Wuhan dan semua inang perantara yang menjadi tabir asap dan hal terakhir adalah virus ini bukan dari alam. China Military Institute menemukan dan memiliki beberapa virus Corona jahat. Berbasiskan virus itu, setelah beberapa modifikasi menjadi virus baru," tambahnya seperti dikutip dari Al Arabiya.
Li mengatakan dia telah melaporkan temuannya kepada supervisornya, seorang konsultan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awal tahun ini, tetapi diabaikan. Sebaliknya, ia disuruh untuk mengikuti garis dan tetap diam atau menanggung risiko pembalasan dari pemerintah China.
“Sebenarnya saya sudah lapor ke supervisor saya yang merupakan konsultan WHO tapi tidak ada respon dari WHO maupun dari mereka karena semua sudah mengingatkan saya agar jangan melewati garis merah dan jangan...tetap bungkam, kalau tidak saya akan menghilang,” kata sang whistleblower China, yang dulu bekerja di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong dan ditugaskan untuk menyelidiki sekelompok kasus virus pada akhir Desember.
Direktur Komisi Kesehatan Nasional China membantah klaim menutup-nutupi dan mengatakan bahwa tidak ada penundaan oleh pemerintah China dalam melaporkan dan menyelidiki wabah virus Corona. [yy/sindonews]