Fiqhislam.com - Shalat tepat waktu adalah keutamaan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tanda bahwa seseorang telah menjadikan shalat sebagai kebutuhan adalah keistikamahannya dalam memburu shalat secara tepat waktu.
Keutamaannya akan berlipat apabila dilakukan di masjid dan berjamaah. Keutamaan ini akan berlipat lagi tatkala kita mempersiapkan diri sebelum melaksanakannya dengan menunggu sebelum azan berkumandang.
Mengapa menunggu shalat menjadi sebuah keutamaan? Berikut empat alasan mengapa menunggu shalat diutamakan.
Bukti Kecintaan Hamba
Pertama, menunggu shalat adalah bukti kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya. Sebagai analogi, seseorang yang sedang dimabuk cinta akan senantiasa merindukan perjumpaan dengan yang dicintainya. Tatkala ada janji bertemu, ia akan berusaha untuk tidak terlambat. Begitu pula saat kita merindukan Allah, kita akan selalu menunggu berjumpa dengan-Nya dan akan selalu menunggu perjumpaan itu.
Kedua, menunggu waktu shalat akan membuka kesempatan bagi kita untuk melakukan banyak kebaikan lainnya, seperti membaca Alquran, i'tikaf, berdzikir, membereskan tempat shalat, dan lainnya. Satu kebaikan biasanya akan mengundang kebaikan lainnya.
Ketiga, saat menunggu shalat kemungkinan bermaksiat menjadi sangat kecil. Menjaga Kebersihan Diri dan Hati
Keempat, saat menunggu shalat kita akan berusaha menjaga kebersihan diri dan hati. Bukankah salah satu syarat sahnya shalat adalah bersih badan dan tempat shalat dari najis? Karena itu, Rasulullah SAW menjanjikan bahwa seseorang dikategorikan sedang shalat, tatkala ia meniatkan diri menunggu datangnya waktu shalat. Bahkan, saat itu para malaikat terus melantunkan doa agar kita dirahmati Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya salah seorang di antara kalian (terhitung) di dalam shalat selama tertahan oleh shalat sedang para malaikat mendoakan mereka: 'Ya Allah, ampunilah dia; ya Allah rahmati dia, selama dia tidak berdiri dari tempat shalatnya atau ber-hadats (batal wudhunya)." (HR Bukhari). [yy/republika]
Artikel Terkait:
- Sahih Bukhari
- HR Bukhari No 3339: Para sahabat-sahabatku belajar dari perkara-perkara kebaikan sedangkan aku belajar dari perkara yang buruk
- HR Bukhari No 1398: Aku katakan bahwa daging ini dari zakat yang diterima Barirah. Baginya ini zakat tapi bagi kita ini hadiah
- HR Bukhari No 2306: Orang-orang Asy'ari jika kebutuhan keluarga mereka di Madinah menipis maka mereka mengumpulkan apa saja yang mereka miliki lalu mereka membagi rata. Mereka adalah bagian dariku dan aku adalah bagian dari mereka
- HR Bukhari No 1514: Aku mengadu kepada Rasulullah Saw bahwa kondisiku sedang lemah. Thawaflah dari belakang orang banyak dengan mengendarai tunggangan |haji.surah|
- HR Bukhari No 77: Perumpamaan petunjuk dan ilmu
- HR Bukhari No 3101: Nabi Ibrahim As bertemu dengan ayahnya, Azar, pada hari kiamat. Wahai Rabb, Engkau sudah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakan aku pada hari berbangkit. Aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir |akhirat.neraka.orangtua|
- HR Bukhari No 635: Beliau selalu membantu keluarganya, jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakannya |masjid|
- HR Bukhari No 2438: Ada empat puluh kebiasaan baik, yang tertingginya adalah memberi seekor kambing. Tidaklah seseorang beramal dari perbuatan-perbuatan kebaikan tersebut dengan harapan dia mengharap pahala darinya |akhirat.salam.bersin|
- HR Bukhari No 2653: Beliau memasukkan kakinya kedalam pijakan pelana sementara unta Beliau telah siap berdiri maka Beliau bertalbiyah dari masjid Dzul Hulaifah |haji.umrah|
- HR Bukhari No 3038: Jika malam sudah datang tahanlah bayi-bayi kalian karena pada saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah berlalu beberapa waktu dari waktu Isya, bolehlah kalian biarkan mereka |dzikir.bejana|