Berupaya Menumbuhkan Rasa Takut pada Allah
Fiqhislam.com - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) takut diartikan sebagai perasaan ngeri menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Tidak hanya itu, takut juga diartikan sebagai takwa, segan dan hormat. Perasaan takut ini pasti pernah menghinggapi setiap manusia. Sebab ia merupakan salah satu potensi yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Sebagaimana Allah telah menentukan setiap hukum terhadap berbagai perkara yang menyangkut perbuatan dan perasaan hamba-Nya, Allah pun mengatur tentang perasaan takut ini. Bahwasannya dalam Islam, rasa takut hanya boleh diperuntukkan bagi Allah saja, Rabb semesta alam. Hal ini didasarkan pada dalil-dalil yang ada dalam al-Quran maupun as-Sunah.
Adapun dalil al-Quran adalah firman Allah,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman,” (QS. Ali ‘Imran [3]: 175).
فَلاَ تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْن
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku,” (QS. Al-Maidah [5]: 44).
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,” (QS. Al-Anfal [8]: 2).
Sedangkan dalil as-Sunnah di antaranya sebagai berikut:
• Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, tentang perkara yang diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman, “Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan bemberikannya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat,” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
• Dari Ibnu Abas, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata; ketika Allah menurunkan ayat ini kepada nabi-Nya,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَة
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan,” (QS. At-Tahrim [66]: 6).
Pada suatu hari Rasulullah SAW membacakan ayat ini kepada para sahabat, tiba-tiba ada seorang pemuda yang terjungkal pingsan. Kemudian Nabi SAW meletakkan tangan beliau di atas hatinya, dan ternyata masih berdetak jantungnya. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Wahai anak muda ucapkanlah, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’,” maka pemuda itu pun mengucapkannya. Kemudian beliau memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apakah pemuda itu termasuk golongan kita?” Rasulullah bersabda, “Apakah kalian tidak mendengar firman Allah,
ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
“Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku,” (HR. Hakim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).
Takut kepada Allah merupakan modal ketaatan bagi seorang mukmin. Sebab dengan rasa takut ini, seorang yang mengaku beriman pada Allah SWT, akan senantiasa memastikan dirinya untuk taat pada seluruh aturan-Nya. Ia menyadari sepenuhnya bahwa sedikit saja melakukan maksiat, maka ia harus siap menerima ancaman dari Allah berupa azab dan siksa-Nya.
Perasaan takut pada Allah muncul dari keimanan. Semakin kuat keimanan seseorang, maka rasa takutnya pun akan tinggi. Ketika rasa takut begitu memuncak, maka yang dipikirkannya adalah senantiasa berusaha menghindari diri dari hal-hal yang diharamkan Allah serta mengoptimalkan ketaatan pada-Nya.
Sebaliknya, tanpa tertanam rasa iman dalam dirinya, ia tak akan memiliki rasa takut pada Allah. Ayat-ayat yang menerangkan tentang keagungan Allah tidak akan membuat hatinya terenyuh. Kalam-kalam-Nya yang berisi ancaman tak membuat hatinya menciut. Ia tak memiliki kepekaan sedikitpun untuk memahami firman-firman-Nya. Bahkan di antara mereka, ada yang justru menertawakan. Sungguh hal ini jauh dari sifat seorang mukmin.
Banyak teladan yang bisa kita ambil dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya, yang menunjukkan rasa takut mereka terhadap Allah. Sebagai contoh seorang Bilal, ia yang tetap berpegang teguh pada keyakinan akan keesaan Allah, meski berbagai ancaman dan siksaan dari kafir Quraisy saat itu sangat keras. Ia tidak sedikitpun takut pada mereka, sebab ia hanya takut pada Allah SWT.
Kita tentu memahami bahwa saat ini cukup sulit untuk senantiasa menciptakan suasana keimanan yang kondusif, yang akan berperan melahirkan perasaan takut kepada Allah. Hal ini disebabkan peran negara yang sangat dominan untuk mewujudkan ketakwaan pada setiap rakyatnya hampir tidak ada. Jelas karena negara menerapkan sistem sekuler.
Maka oleh sebab itu, setiap muslim harus berupaya dengan sungguh-sungguh agar mampu menjaga keimanan-Nya, serta memastikan perasaan takut-Nya hanya untuk Allah. Hal ini bisa dilakukan dengan beragai cara. Di antaranya sebagai berikut:
1. Berpikir tentang keagungan Allah dan sebaliknya, berpikir tentang kelemahan kita sebagai manusia. Keagungan Allah bisa dengan menyaksikan berbagai hal di muka bumi ini. Begitupun melihat kelemahan diri. Kita akan menyadari betapa diri ini lemah dan tak mampu berbuat apapun tanpa kemurahan-Nya. Dengan demikian, akan bertambahlah keimanan dalam diri tentang eksistensi dan kekuasaan Allah.Tentu saja, keimanan ini akan membuat seorang muslim taat pada Allah. Ketika Allah memerintahkan kita agar hanya takut pada-Nya, maka tanpa berpikir lagi ia akan taat.
2. Menambah tsaqafah keislaman. Pengetahuan yang luas terhadap hukum-hukum Islam akan mampu menambah keimanan dan rasa takut pada setiap mukmin. Sebab ilmu yang ia miliki akan membuat ia lebih hati-hati dalam melakukan segala sesuatu.
3. Bergaul dengan orang-orang shalih. Keimanan yang kokoh, ilmu yang mumpuni, merupakan perkara yang paling penting untuk melahirkan rasa takut kepada Allah. Ditambah dengan teman-teman yang shalih, akan membentuk seorang muslim yang memiliki perasaan takut kepada Allah dengan nilai yang tak terhingga.
Semoga dengan cara ini, kita mampu seperti Rasul dan para sahabat, yang memiliki rasa takut hanya kepada Allah, sehingga mereka selalu berusaha untuk taat pada-Nya serta menghindarkan diri dari perkara yang diharamkan. Aamiin