Fiqhislam.com - Al-Jannah, begitu orang Arab menyebut surga. Jannah digambarkan dalam ung kapan Arab, al-hadiqah zatusy-syajar (taman yang mempunyai berbagai macam pepohonan). Tergambarlah di pikiran orang Arab yang tinggal di negeri padang pasir tandus dan gersang itu sebuah tempat yang sangat subur dan penuh keindahan pepohonan.
Pada hakikatnya, keindahan surga jauh melebihi ekspektasi manusia. Dalam hadis Abu Hurairah RA disebutkan ciri surga, "Sesuatu yang belum pernah nampak oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di dalam hati."(HR Bukhari).
Intinya, surga dengan segala keindahannya melampaui keinginan tertinggi manusia yang sanggup dijangkau dan dikhayalkan oleh akalnya. Firman Allah SWT, "Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS as-Sajadah [32]:17).
Namun, untuk memudahkan umat manusia memahami surga, tetap saja harus dibantu dengan beberapa pengibaratan seperti yang terlihat di dunia. Misalnya, Allah SWT men contohkan gambaran surga yang luasnya seluas langit dan bumi (QS Ali Imran [3]: 133). Allah SWT sering menyebutkan visualisasi surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai yang berjenis susu, madu, dan khamr yang lezat (QS Muhammad [47]: 15).
Soal perhiasan di surga, Allah juga menyebutnya, seperti perhiasan emas, perak, mutiara, dan pakaian dari kain sutra (QS Fathir [35]:33). Piring-piring serta bejana juga terbuat dari emas, pelayan-pelayan yang muda bagai mutiara yang bertaburan dengan pakaian sutra (QS al-Insan [76]:19-21). Semua pengibaratan material surga tersebut hakikatnya jauh lebih baik dari apa yang mereka lihat di dunia. Hanya sekadar pengiyasan semata agar bangsa Arab ketika itu bisa mudah memahami surga.
Allah SWT menjanjikan seluruh kenikmatan surga yang diberikan Allah SWT bersifat kekal, tidak pernah habis, dan banyaknya tak terhitung. Di dalam surga tidak ada lagi permusuhan, tidak ada perasaan dengki antarsesama penduduk surga. Mereka hidup rukun dan damai. Hidup mereka senantiasa bersemangat, tidak pernah merasa lelah dan capai (QS al-Hijr [15]:45-48).
Penduduknya jauh dari perkataan negatif dan dosa. Semuanya berucap dan bertingkah laku baik dan damai (QS al-Waqi'ah [56]:25-26). Di dalam surga tidak ada usia tua dan muda. Umur para penghuninya sebaya dan tidak pernah bertambah tua (QS al-Insan [76]:19-21). Semua penduduk surga selalu dalam keadaan sehat dan tidak pernah dihinggapi penyakit. [yy/republika]