3 Pendapat Ulama yang Dimaksud Shalat Awwabin
Fiqhislam.com - Awwab bermakna orang yang kembali atau bertobat kepada Allah SWT. Sedangkan shalat awwabin adalah shalatnya orang-orang yang bertobat kepada Allah SWT.
Mengutip buku 33 Macam Jenis shalat Sunnah tulisan Muhammad Ajib menjelaskan para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat dari shalat awwabin. Setidaknya ada tiga pendapat dari para ulama.
Pertama, shalat dhuha
Mayoritas ulama mengatakan bahwa shalat awwabin itu adalah nama lain dari shalat Dhuha. Jadi ketika kita shalat dhuha maka itu juga bisa disebut sebagai shalat awwabin.
النهار ربع قال الجمهور : هي صلاة الضحى، والأفضل فعلها بعد إذا اشتد الحر. واستدلوا بحديث النبي صلى الله عليه وسلم: صلاة الأوابين حين ترمض الفصال. رواه مسلم. الموسوعة الفقهية الكويتية (27/ 134)
Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat awwabin adalah shalat dhuha. Afdhalnya dikerjakan setelah seperempat waktu siang berlalu, yaitu ketika sinar matahari mulai menyengat.
Para ulama berhujjah dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam:
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ إِذَا رَمِضَتِ الْفِصَالُ
"Shalat awwabin adalah shalat ketika anak unta mulai kepanasan." (HR Muslim).
Kedua, shalat enam rakaat
Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa shalat awwabin adalah shalat sunnah enam rakaat yang dikerjakan antara maghrib dan isya.
Biasanya ketika kita shalat di masjid atau mushola ada beberapa orang setelah shalat maghrib dan setelah shalat sunnah badiyah maghrib dia shalat sunnah lagi sampai enam rakaat.
Menurut sebagian ulama shalat enam rakaat inilah yang disebut dengan shalat awwabin. Imam asy-Syirbini rahimahullah (w 677 H) seorang ulama besar dalam Madzhab Syafii menyebutkan dalam kitabnya sebagai berikut:
ومنها صلاة الأوابين وتسمى صلاة الغفلة لغفلة الناس عنها بسبب عشاء أو نوم أو نحو ذلك، وهي ست ركعات بين المغرب والعشاء لحديث الترمذي أنه - صلى الله عليه وسلم - قال: «من صلى ست ركعات بين المغرب والعشاء كتب له عبادة اثنتي عشرة سنة يصليها ألفاظ وقال الماوردي: كان النبي - صلى الله عليه وسلم . ويقول هذه صلاة الأوابين». مغني المحتاج إلى معرفة معاني - المنهاج (1/ 458)
Shalat awwabin disebut juga shalat ghaflah (lalai) sebab banyak orang-orang melalaikannya karena sibuk makan malam, tidur dan lain-lain. shalat awwabin itu adalah shalat enam rakaat antara maghrib dan isya.
Sebab ada hadits riwayat Imam at-Tirmidzi bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ ، لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيمَا بَيْنَهُنَّ بِسُوءٍ ، عُدِلْنَ لَهُ بِعِبَادَةِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً
“Siapa yang shalat enam rakaat antara maghrib dan isya maka dicatat baginya ibadah selama 12 tahun.”
Imam al-Mawardi mengatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam melakukannya dan mengatakan ini adalah shalat awwabin.
Ketiga, shalat 20 rakaat
Sebagian ulama lain ada juga yang mengatakan bahwa shalat awwabin adalah shalat sunnah 20 rakaat yang dikerjakan antara maghrib dan isya.
Imam ar-Ramli 106 rahimahullah (w. 1004 H) seorang ulama besar Madzhab Syafii menyebutkan sebagai berikut:
وصلاة الأوابين وهي عشرون ركعة بين المغرب والعشاء، ورويت ستا وأربعا وركعتين فهما أقلها نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج (2)
Shalat awwabin adalah shalat 20 rakaat antara maghrib dan isya. Ada juga riwayat menyebutkan enam rakaat, empat rakaat, dan dua rakaat. Ini jumlah minimalnya.
Syekh Zainuddin al-Malibari rahimahullah (w 87 H) juga menyebutkan hal yang sama dalam kitabnya Fath al-Mu'iin sebagai berikut.
ومنه صلاة الأوابين وهي عشرون ركعة بين المغرب والعشاء ورويتستا وأربعا وركعتين وهما الأقل. فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات
“Di antara shalat sunnah adalah shalat awwabiin. Yaitu 20 rakaat antara shalat maghrib dan isya'. Ada juga riwayat 6 rakaat, 4 rakaat dan 2 rakaat. Yang ini rakaat paling sedikit.”
Bahkan Syekh Abu Bakr Al-Bakri ad-Dimyati (w 1310 H) juga menyebutkan sebuah riwayat bahwa orang yang mengerjakan shalat awwabin 20 rakaat maka akan dibangunkan rumah di surga. Misalnya hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah di bawah ini:
عن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه الله له بيتا بنی وسلم: "من صلى بين المغرب والعشاء عشرين ركعة : في الجنة». رواه ابن ماجه.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa shalat 20 rakaat antara maghrib dan isya maka Allah akan membangunkan rumah baginya di surga.” (HR Ibnu Majah). [yy/ ratna ajeng/republika]
Artikel Terkait: