Shiratal Mustaqim, Jembatan yang Dibentangkan diatas Neraka
Fiqhislam.com - Shiratal Mustaqim adalah jembatan yang kelak dilewati umat manusia saat di akhirat. Menurut sejumlah riwayat, jembatan ini licin dan orang yang terpeleset akan masuk ke neraka.
Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi dalam Al-Khurasaniyyah Fi Syarhi 'Aqidah Ar-Raziyyaini (Ashli As-Sunnah Wa I'tiqad Ad-Din) mengatakan bahwa Siratal Mustaqim adalah jembatan yang dibentangkan di atas Jahannam, atau yang lebih dikenal dengan Al-Jisr.
Hal tersebut bersandar pada riwayat yang termuat dalam Ash-Shahihain, bahwa Abu Sa'id bertanya tentang Al-Jisr (jembatan), dan beliau SAW menjawab, "Tempat yang licin hingga mudah terpeleset." (HR Bukhari dan Muslim)
Dijelaskan lebih lanjut, orang yang pasti bisa melewatinya adalah mereka yang berkedudukan dan berposisi tinggi. Menurut Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi, tidak ada jalan menuju surga, kecuali melewati jembatan tersebut.
Sebagaimana Allah SWT berfirman,
وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ
"Tidak ada seorang pun di antaramu yang tidak melewatinya (shirat di atas neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan." (QS Maryam: 71)
Ibnu Mas'ud dalam Tafsir Ibn Jarir dan Al-Mustadrak serta para sahabat lain menafsirkan firman Allah SWT tersebut sebagai proses melewati Shiratal Mustaqim.
Abdullah bin Mas'ud dalam At-Takhwif min An-Nar mengatakan, "Kata Al-Wurud, dalam ayat ini bukan berarti memasukinya, melainkan datang dan berdiri di atasnya. Seperti halnya binatang yang datang ke tempat air tanpa memasukinya."
Dalam riwayat lain dikatakan, orang yang berjalan melewati Shiratal Mustaqim akan melihat Jahannam dan penghuninya. Dari Abu Hurairah RA ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Shiratal Mustaqim akan dibentangkan di atas Jahannam. Dan aku bersama umatku merupakan orang pertama yang melewatinya. Tiada yang berkata-kata ketika itu, kecuali para rasul. Doa yang dipanjatkan para rasul ketika itu adalah 'Allahumma Sallim Sallim (Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah)'.
Dalam neraka Jahannam terdapat tongkat-tongkat dari besi bagaikan duri As-Sa'dan. Tahukah kalian tentang As-Sa'dan? Mereka menjawab, 'Tidak wahai Rasulullah.'
Beliau bersabda, 'Tongkat-tongkat dari besi itu bagaikan duri As-Sa'dan (alang-alang). Hanya saja, tiada yang mengetahui sejauh mana ketebalannya kecuali Allah, yang menyambar orang-orang berdasarkan amal-amal mereka. Di antara mereka terdapat orang beriman yang teguh dengan amalnya, atau binasa karena amalnya (yang buruk), atau diikat dengan amalnya, dan ada pula yang dipotong dagingnya atau diseberangkan (sehingga selamat)." (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya)
Jembatan Shiratal Mustaqim memiliki sejumlah sifat. Dalam salah satu riwayat dikatakan, Shiratal Mustaqim itu lebih lembut dibandingkan rambut dan lebih tajam daripada pedang. Ini merupakan riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Muslim.
Al Hakim dalam Al-Mustadrak juga meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Shiratal Mustaqim tajam seperti pedang.
Kondisi saat Melewati Shiratal Mustaqim
Kondisi orang yang melewati Shiratal Mustaqim tergantung amal perbuatannya semasa di dunia. Ada yang bisa melewatinya secepat kilat dan ada pula yang dilemparkan ke Jahannam. Sebagaimana Abu Sa'id Al Khudri meriwayatkan dari Rasulullah SAW yang bersabda,
"Orang beriman (berjalan) bagaikan kedipan mata, bagaikan kilat, bagaikan angin, bagaikan kuda-kuda dan unta-unta terbaik. Di antara mereka ada yang selamat melewatinya tanpa cacat, sebagian ada yang cacat fisik, dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka Jahannam dengan kepala terbalik. Hingga kelompok terakhir mereka ditarik dengan keras." (HR Bukhari dan Muslim, redaksi ini berasal dari Imam Bukhari)
Urutan Orang yang Melewati Shiratal Mustaqim
Orang pertama yang melewati Shiratal Mustaqim adalah umat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dikatakan dalam riwayat Abu Hurairah dalam Ash-Shahihain.
Dari umat Nabi Muhammad SAW tersebut, orang pertama yang akan melewatinya adalah kaum fakir miskin dari kaum Muhajirin, sebagaimana mengacu pada riwayat Tsauban dalam Shahih Muslim. Setelah itu, orang beriman. Lalu, orang-orang kafir dan musyrik tidak akan mampu melewatinya dengan baik sehingga berjatuhan ke neraka dan tertahan di sana. Wallahu a'lam. [yy/kristina/detik]
Artikel Terkait: