Proses Terjadinya Qadha dan Qadar
Fiqhislam.com - Salah satu rukun iman dalam Islam adalah percaya terhadap Qadha dan Qadar. Qadha dan Qadar adalah dua hal yang menjadi ketetapan Allah SWT sejak zaman azali atau sebelum penciptaan alam semesta.
Mengutip buku Aqidah Akhlaq karya Taofik Yusmansyah, secara bahasa qadha artinya ketentuan, sedangkan menurut istilah Qadha adalah ketentuan yang bersifat umum atas semua makhluk yang bersifat azali. Contohnya tentang hukum keberhasilan dan hukum kegagalan.
Adapun, Qadar, secara bahasa artinya ketetapan atau ukuran. Qadar didefinisikan sebagai perwujudan ketentuan atau hukum Allah SWT (Qadha) atas semua makhluknya jika syarat-syaratnya terpenuhi. Qadar bersifat lebih spesifik daripada Qadha, dan diwujudkan berdasarkan ikhtiar dan doa seseorang.
Dalil mengenai Qadha dan Qadar ini disebutkan dalam sejumlah ayat Al-Qur'an. Allah SWT berfirman dalam surah Al Ahzab ayat 38,
وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ قَدَرًا مَّقْدُوْرًاۙ
"Ketetapan Allah itu merupakan ketetapan yang pasti berlaku,"
Dalam surah Al Qamar ayat 49 Allah SWT juga berfirman,
اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran."
Disebutkan dalam buku Akidah Akhlak karya Fida' Abdilah dan Yusak Burhanuddin, Qadha dan Qadar sering disebut dengan takdir Allah SWT. Keduanya merupakan rahasia Allah SWT dan tak seorang pun dapat mengetahuinya.
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam Kitab Syifa'ul 'alil fi Masa'ilil Qadha wal Qadar wal Hikmah wat Ta'lil, takdir ditentukan 50 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Proses penciptaan Qadha dan Qadar ini diriwayatkan dari Abdullah ibn 'Amr ibn 'Ash, ia berkata pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda;
"Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi." Rasulullah menambahkan, '... dan 'Arsy Allah itu berada di atas air.'" (HR Muslim dalam kitab Shahih-nya)
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan, hadits tersebut menjadi dalil bahwa penciptaan qalam lebih awal daripada penciptaan 'Arsy. Menurutnya, ini merupakan pendapat yang paling shahih karena bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan-nya dari Hafshah asy-Syami, ia berkata,
"Ubadah ibn ash-Shamit pernah berkata kepada anaknya, 'Wahai anakku, sesungguhnya kamu tidak akan merasakan nikmatnya iman hingga kamu meyakini bahwa apa yang (ditakdirkan) akan menimpamu maka tidak akan meleset darimu dan apa yang (ditakdirkan) tidak mengenaimu maka ia tidak akan menimpamu. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Sesungguhnya, yang pertama kali diciptakan Allah SWT adalah qalam. Selanjutnya, Allah SWT berfirman: 'Tulislah!' Qalam menjawab, 'Tuhanku, apa yang harus aku tulis?' 'Tulislah takdir (ketentuan) segala sesuatu hingga datangnya hari kiamat.'
Wahai anakku, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang meninggal dunia dalam kondisi tidak memiliki keyakinan yang demikian (dalam kondisi tidak beriman pada takdir) maka ia bukan bagian dari umatku." (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Baihaqi)
Dijelaskan lebih lanjut, penulisan takdir dengan qalam ini dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penciptaan qalam tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari 'Ubadah ibn ash-Shamit.
Dalam riwayat lain disebutkan, takdir yang ditulis oleh qalam tersebut berupa takdir baik dan buruk. 'Ubadah ibn ash-Shamit mendengar dari Rasulullah SAW yang bersabda,
"Sesungguhnya, yang pertama kali diciptakan oleh Allah dari makhluk-Nya adalah qalam. Selanjutnya, Allah berfirman: 'Tulislah!' Qalam menjawab: 'Ya Tuhanku, apa yang harus aku tulis?' Allah menjawab: 'Takdir'. Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang tidak beriman pada takdir, entah yang baik maupun yang buruk, maka Allah akan membakarnya dengan api neraka."
Perintah untuk beriman kepada takdir Allah SWT juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA. Ia mengatakan, pada suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril. Kepada Rasulullah, Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku apa itu iman."
Rasulullah bersabda, "Iman itu artinya engkau percaya kepada Allah, para malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR Muslim). [yy/kristina/detik]
Artikel Terkait: