pustaka.png
basmalah2.png


15 Jumadil-Awwal 1445  |  Rabu 29 Nopember 2023

Berdakwah Kepada Orangtua

Berdakwah Kepada Orangtua

Fiqhislam.com - Abdullah tak pernah menyangka jika ayahnya, Abdullah bin Ubay adalah tokoh munafik sekaligus musuh utama Rasulullah. Sebenarnya , sosok ayah yang ia dambakan adalah seorang pria yang menjadi imam dalam membina keluarga untuk menjalankan agama. Pada kenyataannya justru ayahnya berada pada sisi keyakinan yang berbeda. Mau tak mau, kepala keluarga yang seharusnya paling erat hubungannya menjadi musuh yang harus di waspadai .

Perbedaan jalan hidup tersebut tak membuat Abdullah meninggalkan birrul walidain. Setiap saat, Abdullah selalu berusaha berbakti kepada orang tuanya. Ia tidak menggunakan kata-kata kasar . Melainkan kalimat yang halus dan dibalut kesopanan.

Konon, Abdullah bin Ubay pernah memecah belah antara muhajirin dan anshar dengan membangkitkan heroisme kaum anshar karena telah berjasa dalam menolong Rasulullah. Pada satu peperangan ia mengatakan, "sungguh , jika kita pulang ke madinah, pastilah orang yang mulia akan mengusir orang yang hina. "Orang yang mulia dalam pandangan Abdullah bin Ubay adalah dirinya, sedangkan orang hina yang akan diusir adalah Rasulullah .

Kala itu, semua orang menghujat Abdullah bin Ubay. Bahkan Umar pun sangat geram hingga ingin menghukum mati tokoh munafik tersebut . Namun , Abdullah mendinginkan suasana dengan memberi nasehat kepada ayahnya. "Demi Allah engkau tidak boleh pulang sebelum engkau mengakui dirimu yang hina dan Rasulullah yang mulia. " Akhirnya, Abdullah bin Ubay mengikuti nasehat putranya. Masalahpun terselesaikan dan konflikpun terpecahkan.

Konflik orang tua-anak seperti yang dialami Abdullah bin Abdullah bin Ubay memang banyak terjadi. Akar masalahnya yaitu tingkat pemahaman orang tua terhadap agama masih awam . Sehingga tatkala si anak mulai menampilkan syiar islam seperti menjauhi ikhtilat , mengikuti kajian islam intensif hingga memakai jilbab . Serta merta orang tua menjadi cemas lalu " membatasi " si anak dari menjalankan syariat .

Melihat kenyataan seperti diatas, tentu saja seorang anak tidak boleh tinggal diam. Karena membiarkan kemaksiatan di dalam rumah sama saja menjadi "syaitan ahras atau setan bisu". Bukanlah setiap anggota keluarga berkewajiban saling menjaga satu sama lain sari api neraka. Selain itu , taat kepada orang tua bersifat relatif, selama tidak melanggar perintah Allah.

Meluruskan kesalahan orang tua tak ada bedanya dengan berdakwah kepada orang lain. Namun , cara yang di gunakan harus lebih halus dan sopan. Selain itu , harus memilih momen dan bahasa yang sesuai. kadang, suatu nasehat ditolak bukan karena nasehat tersebut salah, melainkan metode menyampaikannya yang kurang tepat.

ar-risalah
falapurple.blogspot.com