Makhluk ini Jauh Lebih Berbahaya Dibanding Dajjal

Fiqhislam.com - Rasulullah Saw pernah memimpikan Nabi Isa dan Dajjal. Dalam mimpi itu, beliau diperlihatkan ada seorang lelaki dalam rupa yang paling baik di antara manusia.
Rambutnya keriting dan panjang sampai ke bahunya. Kepalanya seakan meneteskan air. Ia meletakkan tangannya di antara dua pundak lelaki di sampingnya. Dia melakukan tawaf di Ka'bah. Nabi SAW lantas bertanya, "Siapakah orang itu?" Mereka menjawab, "Dia adalah Al Masih bin Maryam."
Kemudian, Rasulullah SAW melihat ada seseorang berbadan tegap dengan rambut keriting, sedangkan mata kanannya buta. Keadaannya seperti yang dilihat sebelumnya, yaitu Ibnu Qathan. Tangannya menggandeng pundak dua lelaki sebelahnya dan melakukan tawaf di Ka'bah. Nabi bertanya, "Siapakah orang itu?" Mereka berkata, "Dia adalah Al-Masihud Dajjal." (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Semua Nabi telah mengingatkan bahaya Dajjal. Dalam salah satu hadis yang bersumber dari Ibnu Umar disebutkan, "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia mengingatkan umatnya (dari bahaya Dajjal). Nuh telah mengingatkan umatnya dan juga para nabi yang datang setelahnya.
Ketahuilah bahwa Dajjal akan keluar kepada kalian, dan sekali-kali tidak tersembunyi dari kalian. Dan Rabb kalian pun tidak akan menyembunyikannya dari kalian. (Beliau menyebutkan hingga tiga kali).…"
Dari hadis lainnya yang bersumber dari An-Nawwas bin Sam'an Al-Killabi, Rasulullah bersabda, "…. Jika Dajjal keluar, dan aku masih bersama kalian, maka akulah yang akan melindungi kalian darinya. Namun, jika ia keluar dan aku tidak lagi bersama kalian, maka setiap orang harus bisa melindungi dirinya sendiri. Allah adalah pelindung bagiku dan setiap Muslim. Barang siapa dari kalian berjumpa dengannya, hendaklah ia bacakan awal surah al-Kahfi. Sebab, itu akan melindungi kalian dari fitnahnya."
Selain dengan membaca Surah Al-Kahfi di malam Jumat dan Hari Jumat, umat Islam juga sudah diberi bocoran bahwa Dajjal akan dibunuh oleh Nabi Isa AS. Isa binti Maryam akan turun di sisi menara putih sebelah timur Kota Damaskus. Dia menemukan Dajjal di pintu Lud (sebuah tempat di dekat Baitul Maqdis). Dia pun membunuhnya. (HR Muslim, Abu Da wud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Ulama Tercela
Pantas saja jika Rasulullah SAW tidak begitu mengkhawatirkan akan bahaya Dajjal.
أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء
“Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su.”
Imam Al-Ghazali menyandingkan term ulama dengan kata su’ yang dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata “buruk” dan “tercela”. Ulama su‘ berarti ulama yang buruk dan tercela.
Ulama sejatinya merupakan pemuka agama yang mengayomi dan mendidik masyarakat untuk menjadi pribadi yang saleh. Namun ulama su‘ justru sebaliknya, ia menganjurkan kebaikan tapi perbuatannya tidak mencerminkan demikian.
Selain hadis tersebut ditemukan hadis serupa dalam riwayat Ahmad akan tetapi dengan menyebut aimmah mudhillin (para pemuka agama yang menyesatkan) bukan ulama su’. Namun keduanya memiliki arti yang sama.
Adapun dalam hadis lainnya yang diriwayatkan dari Tirmizi dan Abu Daud dengan sanad sahih disebutkan tanpa menyebutkan kata dajjal,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Artinya: Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas umatku adalah para imam atau pemuka agama yang menyesatkan. (HR. Abu Daud)
Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan alasan kekhawatiran Rasulullah sebab Dajjal memang bertujuan menyesatkan, sedangkan ulama su‘ walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Dajjal itu nyata. Jelas bentuk dan visinya. Tidaklah dia diutus di akhir zaman, kecuali untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan, dosa, dan keburukan hingga terjerumus di dalam neraka.
“Sementara ulama yang buruk,” tutur Imam al-Ghazali,“ kendati lisan dan kata-katanya mengajak manusia berpaling dari dunia, namun ia juga mengajak mereka kepada dunia melalui tingkah laku dan perbuatannya (teladannya).”
Imam al-Ghazali melanjutkan, “Kerusakan yang ditimbulkan oleh orang yang tertipu dengan amal-amalnya lebih banyak daripada kebaikan yang ia lakukan dengan kata-kata. Sebab, orang bodoh berani rakus dengan dunia gara-gara orang pintar. Orang pintarlah yang menjadi penyebab hamba-hamba Allah Ta’ala yang awam berani berbuat durhaka kepada-Nya.”
Inilah orang pintar yang justru membahayakan diri, agama, dan peradaban. Sebabnya, “Jiwanya sebenarnya bodoh, terus menipu angan-angan serta harapannya. Ia menganggap dirinya lebih baik dari kebanyakan hamba Allah Ta’ala.”
Adapun ciri-ciri ulama su‘ menurut Imam Ghazali di antaranya;
Pertama, ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih sasaran duniawi. Kedua, ia menggunakan ilmunya untuk berbangga dengan kedudukannya. Ketiga, ia menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut. Keempat, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.
Mereka merupakan golongan orang-orang merugi yang digambarkan dalam hadis Nabi saw., “Siapa yang bertambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah.” Wallahu'alam. [yy/sindonews]

Fiqhislam.com - Rasulullah Saw pernah memimpikan Nabi Isa dan Dajjal. Dalam mimpi itu, beliau diperlihatkan ada seorang lelaki dalam rupa yang paling baik di antara manusia.
Rambutnya keriting dan panjang sampai ke bahunya. Kepalanya seakan meneteskan air. Ia meletakkan tangannya di antara dua pundak lelaki di sampingnya. Dia melakukan tawaf di Ka'bah. Nabi SAW lantas bertanya, "Siapakah orang itu?" Mereka menjawab, "Dia adalah Al Masih bin Maryam."
Kemudian, Rasulullah SAW melihat ada seseorang berbadan tegap dengan rambut keriting, sedangkan mata kanannya buta. Keadaannya seperti yang dilihat sebelumnya, yaitu Ibnu Qathan. Tangannya menggandeng pundak dua lelaki sebelahnya dan melakukan tawaf di Ka'bah. Nabi bertanya, "Siapakah orang itu?" Mereka berkata, "Dia adalah Al-Masihud Dajjal." (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Semua Nabi telah mengingatkan bahaya Dajjal. Dalam salah satu hadis yang bersumber dari Ibnu Umar disebutkan, "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia mengingatkan umatnya (dari bahaya Dajjal). Nuh telah mengingatkan umatnya dan juga para nabi yang datang setelahnya.
Ketahuilah bahwa Dajjal akan keluar kepada kalian, dan sekali-kali tidak tersembunyi dari kalian. Dan Rabb kalian pun tidak akan menyembunyikannya dari kalian. (Beliau menyebutkan hingga tiga kali).…"
Dari hadis lainnya yang bersumber dari An-Nawwas bin Sam'an Al-Killabi, Rasulullah bersabda, "…. Jika Dajjal keluar, dan aku masih bersama kalian, maka akulah yang akan melindungi kalian darinya. Namun, jika ia keluar dan aku tidak lagi bersama kalian, maka setiap orang harus bisa melindungi dirinya sendiri. Allah adalah pelindung bagiku dan setiap Muslim. Barang siapa dari kalian berjumpa dengannya, hendaklah ia bacakan awal surah al-Kahfi. Sebab, itu akan melindungi kalian dari fitnahnya."
Selain dengan membaca Surah Al-Kahfi di malam Jumat dan Hari Jumat, umat Islam juga sudah diberi bocoran bahwa Dajjal akan dibunuh oleh Nabi Isa AS. Isa binti Maryam akan turun di sisi menara putih sebelah timur Kota Damaskus. Dia menemukan Dajjal di pintu Lud (sebuah tempat di dekat Baitul Maqdis). Dia pun membunuhnya. (HR Muslim, Abu Da wud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Ulama Tercela
Pantas saja jika Rasulullah SAW tidak begitu mengkhawatirkan akan bahaya Dajjal.
أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء
“Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su.”
Imam Al-Ghazali menyandingkan term ulama dengan kata su’ yang dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata “buruk” dan “tercela”. Ulama su‘ berarti ulama yang buruk dan tercela.
Ulama sejatinya merupakan pemuka agama yang mengayomi dan mendidik masyarakat untuk menjadi pribadi yang saleh. Namun ulama su‘ justru sebaliknya, ia menganjurkan kebaikan tapi perbuatannya tidak mencerminkan demikian.
Selain hadis tersebut ditemukan hadis serupa dalam riwayat Ahmad akan tetapi dengan menyebut aimmah mudhillin (para pemuka agama yang menyesatkan) bukan ulama su’. Namun keduanya memiliki arti yang sama.
Adapun dalam hadis lainnya yang diriwayatkan dari Tirmizi dan Abu Daud dengan sanad sahih disebutkan tanpa menyebutkan kata dajjal,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Artinya: Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas umatku adalah para imam atau pemuka agama yang menyesatkan. (HR. Abu Daud)
Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan alasan kekhawatiran Rasulullah sebab Dajjal memang bertujuan menyesatkan, sedangkan ulama su‘ walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Dajjal itu nyata. Jelas bentuk dan visinya. Tidaklah dia diutus di akhir zaman, kecuali untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan, dosa, dan keburukan hingga terjerumus di dalam neraka.
“Sementara ulama yang buruk,” tutur Imam al-Ghazali,“ kendati lisan dan kata-katanya mengajak manusia berpaling dari dunia, namun ia juga mengajak mereka kepada dunia melalui tingkah laku dan perbuatannya (teladannya).”
Imam al-Ghazali melanjutkan, “Kerusakan yang ditimbulkan oleh orang yang tertipu dengan amal-amalnya lebih banyak daripada kebaikan yang ia lakukan dengan kata-kata. Sebab, orang bodoh berani rakus dengan dunia gara-gara orang pintar. Orang pintarlah yang menjadi penyebab hamba-hamba Allah Ta’ala yang awam berani berbuat durhaka kepada-Nya.”
Inilah orang pintar yang justru membahayakan diri, agama, dan peradaban. Sebabnya, “Jiwanya sebenarnya bodoh, terus menipu angan-angan serta harapannya. Ia menganggap dirinya lebih baik dari kebanyakan hamba Allah Ta’ala.”
Adapun ciri-ciri ulama su‘ menurut Imam Ghazali di antaranya;
Pertama, ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih sasaran duniawi. Kedua, ia menggunakan ilmunya untuk berbangga dengan kedudukannya. Ketiga, ia menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut. Keempat, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.
Mereka merupakan golongan orang-orang merugi yang digambarkan dalam hadis Nabi saw., “Siapa yang bertambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah.” Wallahu'alam. [yy/sindonews]
Ternyata Pengikut Dajjal Terbesar adalah Perempuan
Fiqhislam.com - Fitnah terbesar akhir zaman ditandai dengan kemunculan Dajjal. Dajjal, digambarkan dalam hadis-hadis Nabi sebagai seorang pendusta yang sebelah matanya buta, tertulis di keningnya huruf kaf fa’ dan ra’ ((ك ف ر). Kemunculannya pertanda kiamat sudah sangat dekat.
Dajjal menjadi fitnahterbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Sampai-sampai, setiap Nabi yang diutus, mengingatkan umatnya tentang fitnah Dajjal.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا بُعِثَ نَبِيٌّ إِلَّا أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ
“Tidaklah diutus seorang nabi, melainkan dia mengingatkan kaumnya tentang si buta sebelah, sang pendusta. Ketahuilah Dajjal itu buta sebelah dan Tuhan kalian tidak buta sebelah. Diantara dua matanya tertulis: Kafir” (HR. Bukhari 7131).
Dijelaskan pula bahwa menjelang akhir zaman ini, kemunculan Dajjal ini akan diikuti dengan beberapa kelompok pengikutnya. Dan salah satu pengikut Dajjal itu, ternyata kebanyakan kaum perempuan. Astagfirullah! Kenapa banyak kaum perempuan yang menjadi pengikut Dajjal?.
Berdasarkan riwayat Ahmad, kebanyakan yang terpengaruh dengan fitnah Dajjal adalah para perempuan. Ibnu Umar radhiyallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Dajjal akan turun di lembah air Murqonah' ini, maka orang yang datang kepadanya kebanyakan kaum wanita, sehingga seseorang akan pergi menemui sahabat karibnya, ibunya, anak perempuanya, saudara perempuannya, dan kepada bibinya untuk meneguhkan hatinya karena kuatir mereka akan pergi menemui Dajjal." [HR Ahmad)
Hadis ini sama sekali bukan bermaksud merendahkan wanita. Dalam buku “al-Mausū’ah fī al-Fitan wa al-Malāhim wa Asyrāti as-Sā’ah”, Dr. Muhammad Ahmad al-Mubayyadh menjelaskan, banyak di kalangan perempuan yang mengikuti Dajjal karena gampang tergoda dengan syahwat dunia, dan tidak begitu mengedepankan akalnya sebagaimana laki-laki. Sementara itu, fitnah Dajjal yang begitu menggoda –di saat kondisi dunia kala itu begitu memprihatinkan– misalnya api diperlihatkan menjadi air, sebaliknya air diperlihatkan bagai api dan berbagai fitnah lainnya sangat sulit dilawan jika tak berbenteng keimanan.
Kemudian, sering disebutkan bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah perempuan. Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :.
" Kebanyakan ahli neraka adalah terdiri daripada kaum wanita." Maka menangislah mereka dan bertanya salah seorang daripada mereka: " Mengapa terjadi demikian, adakah kerana mereka berzina atau membunuh anak atau kafir? " Baginda menjawab : " Tidak, mereka ini ialah mereka yang menggunakan lidah menyakiti hati suami dan tidak bersyukur akan nikmat yang disediakan oleh suaminya." (Muslim)
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas radhiyallahu'anhu, ia berkata bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Aku melihat api neraka dan penghuni terbanyak di dalamnya adalah dari kalangan wanita yang tidak bersyukur. “Lantas shahabat bertanya, “Apakah karena mereka tidak beriman kepada Allah?”, Rasulullah menjawab, “Mereka tidak tahu berterima kasih kepada suami-suami mereka dan pula tidak bersyukur terhadap pertolongan dan kebaikan yang di berikan kepada mereka. Jika kalian melakukan kebaikan kepada mereka, maka dia berkata. “Saya tidak pernah menerima kebaikan apapun dari kamu” (HR Bukhari)
"Apabila perempuan keluar rumah, sedangkan suaminya membencinya, dia dilaknat oleh semua malaikat di langit, dan semua apa yang dilaluinya selain daripada jin dan manusia sehingga dia kembali. " (Thabarani di dalam al-Awsat)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka, "Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyaklah beristigfar yaitu memohon ampun. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang lebih banyak menjadi penghuni neraka. 'Seorang wanita yang cukup pintar di anatara mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, kenapa kami kaum wanita yang lebih banyak menjadi penhuni neraka?' Rasulullah. bersabda, 'Kamu banyak mengutuk dan mengingkari suami. Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal, daripada golongan kamu.'Wanita itu bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan akal dan agama itu?'
Rasulullah bersabda,'Maksud kekurangan akal ialah kesaksian dua orang wanita sama dengan kesaksian seorang lelaki. Inilah yang dikatakan kekurangan akal. Begitu juga wanita tidak mengerjakan sembahyang pada malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan ramadhan karena haid. Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama'."(HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda :“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadis di atas dengan pernyataannya:
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Kitab Jahannam Ahwaluha wa Ahluha). Wallahu A'lam [yy/sindonews]