Parameter Kebahagiaan Seorang Muslim
Fiqhislam.com - Kebahagiaan merupakan kenikmatan dari Allah Subhanahu wa taala. Bahagia adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah Ta'ala. Bahkan, ulama terdahulu mengatakan puncak kebahagiaan manusia adalah jika berhasil mencapai tahap mengenal Allah Ta'ala.
Dikutip dari Sindonews, disebutkan juga bahwa kebahagiaan datang bila manusia merasakan nikmat dan kesenangan. Kesenangan itu menurut tabiat dan kejadiannya masing-masing. Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: "Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman dan bertakwa maka pasti akan dibuka pintu-pintu berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ajaran-ajaran Allah. Maka Allah mengazab mereka karena perbuatan mereka sendiri." (QS Al A’raf: 96)
Firman lainnya dari Allah Subhanahu wa ta'ala:
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلْجُوعِ وَٱلْخَوْفِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ
Artinya: "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Allah memberikan kepada mereka pakaian, kelaparan, dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS An-Nahl: 112)
Maka itulah agar selalu bahagia, harus istiqomah dengan amalan ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan menjalankan aktivitas kehidupan sesuai dengan yang telah dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu aliahi wa sallam.
Tetaplah istiqomah untuk senantiasa menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan menjauhi larangan-Nya. Juga terus berusaha mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya: "Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sebagaimana orang yang melakukan." (HR Muslim)
Guna mencapai bahagia, manusia juga diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla di dalam Alquran untuk saling mengingatkan agar menaati kebenaran dan kesabaran. Itu menjadi salah satu parameter atau patokan tanda kebahagiaan.
Senantiasa bersemangat terhadap kebenaran dan berusaha terus untuk mencarinya. Selalu gembira, tidak mudah tersinggung ketika diingatkan atas kesalahannya.
Al Imam Rabi' bin Hadiy al Madkhaliy hafizhahullah berkata:
Artinya: "Di antara tanda kebahagiaan, engkau bersemangat terhadap al haq (kebenaran) dan senantiasa mencarinya. Juga engkau gembira apabila diingatkan atas kesalahanmu." (Marhaban Ya Thalib al 'Ilmi)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berdoa:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu agar aku tidak sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), agar tidak berbuat kesalahan atau disalahi, agar tidak menganiaya atau dianiaya (orang), dan agar tidak berbuat bodoh atau dibodohi." (HR Abu Daud, Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu Majah)
Perlu disadari juga bahwa Allah Azza wa Jalla tidak pernah salah pilih. Apa pun yang telah ditakdirkan menjadi karunia hamba-Nya tetap mendatangi walaupun hamba tersebut sangat lemah. Sebaliknya apa pun segala kejadian yang tidak ditakdirkan menjadi karunia hamba-Nya, maka tidak akan pernah dapat diraih, walau bagaimanapun kekuatannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS An-Nahl: 18)
Maka itulah, sepenat apa pun problem kehidupan, jangan terlarut dalam kerisauan. Hendaknya manusia menunaikan shalat dan bertasbihlah menyebut nama-Nya. Baca dan renungkanlah Alquran sebagai pedoman hidup dan obat hati. Semua masa kelam pasti akan terlewati, dengan sabar dan keyakinan penuh.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkat:
من وَطَّنَ قلبَه عند ربه سكن واستراح، ومن أرسله في الناس اضطرب واشتد به القلق
Artinya: "Barang siapa memfokuskan hatinya kepada Rabb-nya maka ia akan tenang dan nyaman. Dan barang siapa melepaskan hatinya kepada manusia maka ia akan goncang dan sangat gelisah."
Tanda Cinta kepada Allah Ta'ala
Setiap musibah harus direnungi sebagai tanda cinta kita kepada Allah jika kita memiliki kesabaran atas musibah itu. Ada beberapa syariat yang bisa menjadi renungan agar hati selalu bahagia meski kesedihan datang melanda.
1. Dzikir saat musibah menimpa
قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَل
Artinya: "Ini adalah takdir Allah, apapun yang Dia kehendaki, pasti Dia lakukan."
Ulangilah zikir ini beberapa kali hingga meresap dalam hati. Ini agar hati rela dengan apa yang terjadi. Karena itu adalah putusan Allah Subhanahu wa ta'ala yang harus berjalan sesuai kehendak-Nya. Allah Ta'ala telah memberikan banyak kenikmatan di sepanjang hidup hamba-Nya.
2. Berdoa saat tertimpa musibah
اَللَّهُمَّ اأْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
Artinya: "Ya Allah berikanlah pahala kepadaku karena musibahku, dan berikanlah ganti untukku sesuatu yang lebih baik darinya."
Alangkah pas dan baiknya doa ini. Cobalah mengulang-ulangnya saat tertimpa musibah. Sehingga doa dikabulkan dan manusia mendapatkan pahala, sekaligus ganti yang lebih baik dari-Nya.
3. Bersabar dalam menghadapi musibah
Ini bukan berarti pasrah, namun menerima musibah tersebut dengan lapang dada. Sabar juga akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
"Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya." (HR Muslim). Wallahu A'lam. [yy/okezone]
Artikel Terkait: