Fiqhislam.com - Nabi SAW juga telah mendapat informasi dari Tamim ad Dari seorang Nasrani yang terdampar di sebuah pulau. Dia bertemu dengan sesosok makhluk yang mengaku sebagai Masihud Dajjal.
Pada hadis tersebut, Rasulullah mengabarkan jika sosok itu adalah Dajjal. Tamim yang menjadi mualaf ketika menyampaikan berita tersebut menyampaikan kepada Rasulullah jika Dajjal terbelenggu di sebuah pulau. Kedua tangannya terikat dengan lehernya. Diantara lutut dan kedua mata kakinya terikat dengan besi.
Tamim ad-Dari yang terdampar di pulau itu usai terombang-ambing di tengah laut menemui pria raksasa itu atas petunjuk sebuah makhluk berbulu lebat bernama Jassasah. Golongan ulama yang menolak jika Ibnu Shayyad merupakan Dajjal berpegang pada dalil yang diriwayatkan Imam Muslim dan bersumber dari Fathimah binti Qais Ra tersebut.
Al Hafizh Ibnu Hajar Ra mencoba untuk menyelaraskan hadis-hadis yang bertentangan antara kisah ibnu Shayyad dengan berita dari Tamim ad-Dari. Menurut Ibnu Hajar, cara yang paling dimengerti untuk kedua hadis tersebut yakni Dajjal pada hakikatnya adalah yang disaksikan dalam keadaan terikat oleh Tamim.
Sementara itu, ibnu Shayyad adalah setan yang menampakkan diri dalam bentuk Dajjal ketika itu. Dia pun pergi ke Ashbahan untuk bersembunyi bersama kawannya hingga datang pada masa yang ditakdirkan Allah untuk keluar dari tempat tersebut.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menuturkan bahwa masalah Ibnu Shayyad telah menjadi sesuatu yang rumit bagi sebagian Sahabat. Mereka mengira bahwa dia adalah Dajjal, sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tawaqquf (berdiam diri) sehingga jelas bagi beliau setelah itu bahwa dia bukan Dajjal. Dia hanya salah seorang dukun yang memiliki kemampuan-kemampuan syaitan, karena itulah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi untuk mengujinya.”
Sementara itu, Ibnu Katsir berpendapat jika Ibnu Shayyad bukanlah Dajjal yang akan keluar pada akhir zaman berdasarkan hadis Fathimah binti Qais. Menurut Ibnu Katsir, hadis ini menjadi penentu masalah ini. Wallahualam. [yy/republika]
Artikel Terkait:
Ibnu Shayyad: Aku Mengetahui Dimana Dajjal Berada
-
Ibnu Shayyad: Aku Mengetahui Dimana Dajjal Berada
Fiqhislam.com - Sepeninggal Rasulullah SAW, Ibnu Shayyad memutuskan untuk memeluk agama Islam. Meski demikian, dia masih dijauhi. Ketika dia ikut pergi menunaikan haji dan umrah bersama dengan rombongan para sahabat, dia mendekati Abu Sa’id Al Khudri.
Ibnu Shayyad meletakkan barang perbekalannya bersama dengan barang Abu Sa’id. Dia pun mengeluhkan kondisinya kepada Abu Sa’id.
“Wahai Abu Sa’id, aku ingin mengambil tali lalu aku gantungkan di pohon kemudian aku gantung diri karena yang dikatakan banyak orang terhadapku. Wahai Abu Sa’id, siapa yang tidak mengetahui hadis Rasulullah SAW. Kalian wahai kaum Anshar, tidaklah samar bagi kalian. Bukankah kalian termasuk yang paling tahu hadis Rasulullah SAW? Bukankah ia pernah bersabda bahwa ia (Dajjal) kafir, sementara aku Muslim? Bukankah Rasulullah SAW besabda bahwa ia (Dajjal) mandul, sementara aku punya anak? Dan aku tinggalkan ayahku di Madinah. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ia (Dajjal) tidak bisa memasuki Madinah dan Makkah sementara aku telah meninggalkan Madinah dan sekarang aku hendak ke Makkah?
Abu Sa’id pun hampir menerima alasan yang disampaikan Ibnu Shayyad. Namun, Ibnu Shayyad kemudian melanjutkan perkataannya. “Ingat, demi Allah aku mengetahuinya (Dajjal). Aku mengetahui kelahirannya dan posisi sekarang dia berada. Abu Sa’id kemudian menjawab, “Celakalah kau sepanjang hari ini.” (HR Muslim 2927). Dalam riwayat lain dikatakan jika Ibnu Shayyad tidak menolak jika dia menjadi Dajjal.
Sebagian ulama menyatakan jika Abu Shayyad memang adalah Dajjal. Umar bin Khattab bahkan pernah bersumpah jika lelaki tersebut Dajjal. Sumpahnya dilontarkan di hadapan Rasulullah SAW dan beliau tidak menyanggah dan tidak mengiyakannya. Pendapat ulama lainnya mengatakan jika Ibnu Shayyad hanyalah dukun. Bukan berstatus sebagai Dajjal.
Ibnu Shayyad sendiri dilaporkan tewas dalam sebuah peperangan pada masa kekhalifahan Umayyah. Namun, jasadnya tidak pernah ditemukan. [yy/republika]
Artikel Terkait:
-
Sahih Bukhari
- HR Bukhari No 3741: Kami hijrah bersama Rasulullah Saw dengan mengharap ridho Allah maka Allah memberi balasan kepada kami, diantara kami ada yang meninggal dan belum mendapatkan balasan dunia sedikitpun |syahid.syuhada|
- HR Bukhari No 3642: Pada awalnya, shalat diwajibkan dua rakaat, setelah Nabi Saw berhijrah, shalat diwajibkan menjadi empat rakaat dan dilanggengkan (dua rakaat) shalat dalam perjalanan (safar) sebagaimana ketika pertama kali diwajibkan
- HR Bukhari No 2635: Beliau menawarkan kepada orang-orang dan lagi-lagi hanya Az Zubair yang menanggupinya. Sesungguhnya setiap Nabi memiliki Hawariy dan hawariyku adalah Az Zubair bin Al Awwam |sahabat nabi.jihad.syahid.syuhada|
- HR Bukhari No 396: Janganlah meludah ke arah kiblat tetapi lakukanlah ke arah kiri atau di bawah kakinya
- HR Bukhari No 1353: Wajib bagi setiap muslim bersedekah. Bagaimana kalau tidak sanggup. Hendaklah dia berbuat kebaikan dan menahan diri dari keburukan yang demikian itu berarti sedekah baginya
- HR Bukhari No 2522: janganlah kalian melebihkan harga tawaran barang yang sedang ditawar saudaranya. Janganlah pula seseorang meminang wanita pinangan saudaranya dan janganlah seorang istri meminta suaminya menceraikan madunya |jual beli.suami.istri|
- HR Bukhari No 2385: Dia menghadiahkan Rasulullah Saw seekor keledai liar. Kami tidak bermaksud menolak keledai tersebut tapi kami menolaknya karena kami sedang ihram |haji.halal.haram|
- HR Bukhari No 186: Laki-laki dan perempuan semuanya minta diajari berwudhu
- HR Bukhari No 1415: Penduduk Madinah kesulitan mendapatkan kurma akhirnya mereka mengeluarkan gandum. Dia mengeluarkan zakatnya sehari atau dua hari sebelum hari raya idul fitri |zakat fitrah|
- HR Bukhari No 3178: Wanita yang paling baik pada jamannya adalah Maryam As salam dan wanita yang paling baik pada jamannya adalah Khadijah ra |ahlul bait|
-