Sensitifitas Dosa
Fiqhislam.com - Al Quran yang mulia adalah petunjuk bagi manusia dan juga orang-orang yang bertakwa. Pertarungan antara Haq dan Bathil itu telah di mulai sejak Adam alaihi salam di ciptakan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Makhluk yang Allah ciptakan dari unsur materi tanah itu dan mendapatkan posisi mulia sebagai Khalifah di permukaan bumi menjadi ujian kepatuhan terbesar buat Iblis.
Ia yang lebih dulu di ciptakan dan merasa lebih mulia karena materi penciptaan dirinya berasal dari unsur api pun terjebak dalam kesombongan dan menolak perintah Allah Subhanahu wata'ala untuk sujud kepada Adam alaihi salam.
قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Shaad : 76)
Kesombongan yang menolak kebenaran. Kesombongan yang membuat Iblis lupa akan esensi kemuliaan sebuah perintah dari Rabb sekalian alam. Kekufuran itu pun terus berlanjut. Iblis tahu bahwa dirinya salah, tapi kesombongan telah menutup dirinya untuk beristighfar kepada Allah bahkan berlanjut kepada dendam yang mengantarkan Iblis dan anak cucu Adam alaihi salam kepada sebuah permusuhan abadi.
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ قَالَ فَالْحَقُّ وَالْحَقَّ أَقُولُ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran Itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (QS. Shaad:77-85)
Tidak ada bentuk penyesalan. Tidak ada permintaan agar kesalahannya di ampuni tetapi kesombongan dan kemarahannya membuat dirinya kekal di dalam kesalahan. Lihatlah bagaimana ia meminta waktu penangguhan kepada Allah bukan untuk memperbaiki dirinya tetapi untuk membalaskan sakit hatinya kepada manusia yang menjadi penyebab terkutuk dan terusirnya dia. Dan dia tahu betul bahwa kekuatannya tidak akan berarti kepada mereka-mereka yang beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Menggeser keikhlasan, menggantikannya dengan ketamakan dan unsur materi yang hina. Itulah sebuah strategi paling ampuh yang di miliki iblis. Ia pun mulai menggunakan strateginya itu kepada Adam alaihi salam.
وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
(dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang zalim." Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Al A'raf:19-20)
Tawaran kehidupan abadi, melupakan Adam alaihi salam dan Hawa dari kemulian perintah AllahSubhanahu wa ta'ala. Membuat mereka berdua tersesat.
فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌقَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi." ( QS.Al A'raf : 21-23 )
Adam alaihi salam dan isterinya Hawa telah tergelincir karena bujuk rayu iblis. Tapi ada perbedaan yang sangat mendasar ketika kesalahan itu menimpa mereka berdua. Kesadaran akan sebuah kesalahan yang mengantarkan mereka untuk cepat beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kesadaran akan pintu ampunan Allah yang luas.
Bumi Sebagai Tempat Pertarungan Kebenaran dan Kebathilan
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka .(QS. Thaha : 123 )
Bumi yang menjadi tempat pertarungan Iblis beserta para pengikutnya dengan anak cucu keturunan Adam AS. Perjuangan anak cucu keturunan Adam alaihi salam untuk dapat kembali ke surga. Sementara Iblis dan para pengikutnya senantiasa mengintai untuk menggagalkan upaya itu.
Al Quran yang mulia merupakan risalah sempurna untuk menunjuki manusia agar tetap berada dalam jalur kebenaran. Memberikan gambaran lengkap tentang keimanan dan kekufuran. Menjelaskan kepada manusia tentang konsekuensi keduanya. Keimanan mengantarkan manusia kepada Allah dan SurgaNya. Sementara kekufuran mengantarkan manusia kepada Neraka Jahannam.
Allah menghadirkan fragmen-fragmen dengan figur-figur sholeh yang melawan kekufuran. Tidak hanya para Nabi yang Allah tampilkan tapi juga sosok manusia biasa pun hadir di sana. Dan ada kalanya sosok-sosok sholeh itu tergelincir tapi bukan lantas menyerah kepada kekufuran, melainkan ia menjadi cepat sadar, memohon ampun dan kembali kepada kebenaran. Sebagaimana yang di lakukan oleh Adam alaihi salam dan Hawa.
Bukan Untuk Menjadi Sempurna
Al Quran bukan untuk mengantarkan kita menjadi manusia yang sempurna tanpa kesalahan, tetapi Al Quran mengarahkan kita agar berusaha menjadi sempurna dengan senantiasa menjadi sensitif terhadap kesalahan dan bersegera menuju ampunan Allah subhanahu wa ta'ala Lihatlah bagaimana Nabi-Nabi yang mulia itu ketika tergelincir dan melakukan sebuah kesalahan.
Lihatlah Musa alaihi salam
وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ . قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, Maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan[1116] Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). Musa mendoa: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Qoshas : 15-16)
Lihatlah Yunus alaihi salam
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
"dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS Al Anbiya : 87-88)
Bukan Pembenaran Sebuah Dosa
Kisah-kisah para Nabi dengan kesalahannya yang Allah abadikan itu bukan pula untuk menjadi pembenaran terhadapa sebuah dosa. Tapi ini merupakan gambaran tentang keluasan ampunan Allah subhanahu wa ta'ala yang tidak berbatas. Dan pentingnya sensitifitas jiwa seseorang terhadapa dosa untuk menjadikan dirinya bersegera kepada ampunan Allah subhanahu wa ta'ala.
"dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS.Ali Imran : 133-135)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ . وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Lukman :15)
Ketika seorang wanita dari Juhainah mengakui perbuatan zinanya dan kemudian Rasulullah SAW merajamnya hingga meninggal lalu beliau menshalatinya maka Umar radhiyallahu anhu bertanya: “Wahai Nabi Allah kenapa engkau menshalatinya padahal ia telah berbuat zina?” Maka Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam menjawab:
“Sungguh, ia telah bertaubat dengan sebuah taubat yang mana seandainya taubat tersebut dibagi di antara 70 penduduk Madinah maka akan mencukupinya. Apakah kamu bisa menemukan sebuah taubat yang lebih utama dari pada taubatnya seorang wanita yang merelakan dirinya untuk Allah?” (HR. Muslim: 3209, An-Nasa’i: 1931, At-Tirmidzi: 1355, Ad-Daraquthni: 144 (3/127), Ad-Darimi: 2325 (2/235)).
Para Nabi yang mulia serta orang-orang sholeh terdahulu telah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya sensitifitas jiwa terhadap dosa dan bersegera menuju ampunan Allah azza wa jalla.
cahayasiroh.com