Fiqhislam.com - Buku berjudul Deadline Your Life karya Solikhin Abu Izzuddin, menceritakan kisah Umar bin Abdul Aziz yang ditegur anaknya sendiri, yaitu Abdul Malik bin Umar.
Sepeninggal Sulaiman Ibnu Abdul Malik, khalifah ketujuh dari Bani Umayyah, rakyat membaiat Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah penerus dinasti yang dibangun oleh Mu’awiyah bin Abu Sofyan.
Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz pernah menjabat sebagai gubernur Madinah. Beliau mempunyai beberapa orang anak, di antaranya Abdul Malik bin Umar. Dia masih muda, tetapi ketakwaan dan kezuhudannya senantiasa menghiasi lembaran hidupnya.
Suatu saat, ketika Umar sampai di rumah sepulang mengurus pemakaman jenazah Sulaiman Ibnu Abdul Malik, datanglah Abdul Malik menghampirinya.
“Wahai Amirul Mukminin, apa yang mendorong Anda membaringkan diri di siang bolong ini?” tanya Abdul Malik pada sang ayah.
Umar bin Abdul Aziz tersentak dan kaget tatkala putranya tersebut memanggilnya dengan sebutan Amirul Mukminin, bukan memanggil ayah seperti biasanya. Ini mengisyaratkan bahwa putranya ingin mempertanyakan tanggung jawab sang ayah sebagai pemimpin, bukan sebagai kepala keluarga.
“Aku letih dan butuh istirahat,” jawab Umar bin Abdul Aziz.
“Pantaskah Anda beristirahat padahal banyak rakyat yang tertindas?” tanya sang anak dengan bijak kepada ayahnya.
“Wahai anakku, semalaman aku suntuk karena menjaga pamanmu. Nanti setelah shalat Zhuhur aku akan mengembalikan hak-hak orang yang teraniaya,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin,” kata Abdul Malik menegurnya. “Siapakah yang menjamin Anda hidup sampai Zhuhur, jika Allah menakdirkanmu mati sekarang?” lanjutnya.
Mendengar ucapannya tersebut, Umar semakin terperangah. Beliau memerintahkan anaknya untuk mendekat kepadanya. Lalu dia mencium anaknya dengan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan padaku anak yang telah membuatku menegakkan agama.”
Selanjutnya, beliau memerintahkan juru bicaranya untuk mengumumkan kepada seluruh rakyat, “Barangsiapa yang merasa terzalimi, hendaknya mengadukan nasibnya kepada khalifah.” [yy/republika]
Artikel Terkait:
- Sahih Bukhari
- HR Bukhari No 340: Nabi Saw pernah shalat dengan mengenakan satu kain
- HR Bukhari No 792: Aku bertanya tentang Lailatul Qadar |ramadhan.mimpi|
- HR Bukhari No 1085: Benarkah kamu selalu mendirikan shalat di malam hari dan shaum pada siang harinya. Sungguh jika kamu lakukan terus menerus maka nanti matamu letih dan jiwamu lemah |shalatul lail.puasa|
- HR Bukhari No 3940: Rasulullah Saw melakukan penaklukan Makkah pada bulan Ramadhan. Rasulullah Saw pernah berpuasa, hingga ketika beliau sampai Kadid, mata air antara Qudaid dan Usfan, beliau membatalkan puasanya |fathul makkah|
- HR Bukhari No 3086: Sesungguhnya Allah Ta'ala menugaskan satu malaikat dalam rahim seseorang. Wahai Rabb sengsara atau bahagia, bagaimana rezekinya, kapan ajalnya. Demikianlah ditulis ketetapannya selagi berada di dalam perut ibunya |takdir.orangtua|
- HR Bukhari No 3399: Nabi Saw mendaki bukit Uhud, diikuti oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman. Lalu gunung Uhud itu bergetar, Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada Nabi, As-shiddiq dan dua orang yang akan mati syahid |khulafaur.syuhada|
- HR Bukhari No 2807: Siapa yang dapat menghadapi Ka'ab bin Al Asyraf |yahudi|
- HR Bukhari No 3123: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling mulia. Siapa yang paling takwa di antara mereka. Orang yang terbaik di antara kalian pada masa Jahiliyah adalah yang terbaik pula di masa Islam jika mereka memahami Islam
- HR Bukhari No 1982: Siapa yang membeli makanan janganlah dia menjualnya sebelum menjadi haknya secara sempurna |jual beli|
- HR Bukhari No 936: Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu subuh, hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai witir |shalatul lail|