Fiqhislam.com - Menghargai seseorang yang telah berjasa menjadi penting bagi sebagian orang. Menghargai juga merupakan hal positif yang memang dibutuhkan untuk menciptakan hubungan baik antarsesama.
Mungkin ada yang bertanya, “Apakah tidak sepantasnya umat Islam mengenang keberhasilan orang-orang besar yang telah menorehkan jasanya dalam catatan sejarah, kemudian mereka diabadikan dalam bentuk patung agar perjuangannya selalu diingat generasi setelahnya?”
Pasalnya, dewasa ini orang-orang mudah sekali lupa dengan sejarahnya apalagi orang-orang yang pernah berjasa di dalamnya. Namun, menjawab pertanyaan itu, Prof Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan dalam bukunya Tuntas Memahami Halal dan Haram.
Dia menjelaskan bahwa mengenai pertanyaan itu, tentu perlu lagi dipahami bahwa Islam adalah agama yang tidak berlebih-lebihan, termasuk dalam menghargai jasa seseorang berapa pun tingginya sebuah kedudukan dan jabatan.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah kalian menghormatiku seperti orang-orang Nasrani menghormati Isa bin Maryam. Namun, katakanlah, Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.” (HR Bukhari, dari Umar ibn al-Khattab)
Rasulullah SAW tidak menginginkan umatnya menyerupai non-Muslim yang berdiri saat pemimpin mereka duduk. Beliau Saw pun juga mengingatkan dalam hadis riwayat Muslim:
“Kalian hampir saja melakukan apa yang diakukan orang Persia dan Romawi. Mereka berdiri untuk raja mereka, sedangkan sang raja sendiri duduk. Maka janganlah kalian melakukan itu!”
Itulah sikap agama Islam dalam menghormati manusia. Ia tidak meridai adanya patung-patung yang sengaja dibentuk untuk diangkat kedudukannya, kendatipun dengan alasan untuk mengabadikannya.
Keabadian sejatinya hanyalah milik Allah SWT dan apa yang diridai-Nya. Meskipun keabadian itu harus ada di tangan manusia, maka tidak harus pula disimbolkan dengan patung-patung.
Menurut pandangan cendekiawan Universitas Damaskus, Prof al-Mubarak, yang ditulis dalam buku yang sama juga menjelaskan, bahwa: “Kita mengetahui Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin, beserta para pejuang besar Islam lainnya memiliki jasa yang sangat bermakna.
Akan tetapi, jasanya tersebut tidak dibuatkan patung, tetapi diturunkan melalui perjalanan hidupnya dari generasi ke generasi, dari orang terdahulu kepada orang belakangan, dan dari ayah kepada anaknya. Perjuangan mereka dikenang dalam hati dan disebut-sebut dalam lisan. Namanya harum tercium di setiap majelis dan pertemuan, memenuhi akal dan hati, tanpa ada patung atau gambar.” [yy/republika]
Artikel Terkait:
-
Sahih Bukhari
- HR Bukhari No 3678: Para sahabat berkata kepada Az Zubair dalam perang Yarmuk 'Mengapa kamu tidak menerobos barisan musuh agar kami turut menerobos bersamamu'. Az Zubair menyerang musuh hingga dapat menerobos barisan mereka |hawariy.sahabat nabi.jihad.syu
- HR Bukhari No 1782: Dihalalkan bagi kalian pada malam bulan puasa bercampur dengan istri-istri kalian |ramadhan.wahyu.suami.istri|
- HR Bukhari No 685: Aku dan seorang anak yatim pernah ikut shalat di belakang Nabi Saw sementara ibuku, Ummu Sulaim, shalat di belakang kami |shaf.imam|
- HR Bukhari No 2188: Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu. Wahai Zubair berilah air kemudian biarkanlah air memenuhi dasar ladang lalu bendunglah |wahyu.kebun|
- HR Bukhari No 2803: Kisra (Raja Persia) akan hancur dan tidak akan ada lagi Kisra setelah itu. Sedangkan Kaisar (Raja Romawi) pasti akan hancur dan tidak ada lagi Kaisar setelah itu. Dan perang adalah tipu daya
- HR Bukhari No 1786: Aku makan sahur bersama keluargaku kemudian aku bercepat-cepat agar mendapatkan shalat bersama Rasulullah Saw |ramadhan.waktu shalat|
- HR Bukhari No 3261: Wahai sekalian Quraisy, aku bersaksi tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan aku besaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Mereka berdiri semuanya lalu aku dipukuli hingga hampir mati |sahabat nabi.tauhid.islam|
- HR Bukhari No 1194: Rasulullah Saw ketika wafat dikafani jasadnya dengan tiga helai kain yang sangat putih terbuat dari katun dan tidak dikenakan padanya baju dan serban |wafat nabi.jenazah.kubur|
- HR Bukhari No 217: Beliau lalu kencing sambil berdiri |wudhu|
- HR Bukhari No 423: Tujuh puluh orang dari Ashabush Shuffah dan Tidak ada seorangpun memiliki rida' (selendang) atau baju panjang