Fiqhislam.com - Bencana atau musibah merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki manusia. Bencana bisa terjadi karena memang faktor alam dan ulah manusia yang mengeksploitasi alam di luar kewajaran.
Sebagai Muslim, menyikapi bencana sebaiknya dihadapi dengan sabar karena itu semua merupakan ujian. Dengan sabar, tawakal dan penuh keikhlasan, Allah akan mengangkat derajatnya.
Rasulullah Saw bersabda: "Sabar itu pada awal musibah".
Dalam kitab Tanqihul Qaul Syarah Lubabul Hadis karya Imam Nawawi Al Bantani seperti diungkapkan Ustaz Nur Hamzah dikutip Dari Pustaka Ilmu Sunni- Salafiyah (PISS-KTB) menyebutkan beberapa keutamaan sabar dalam menghadapi musibah.
- Syariah Akidah Akhlak Ibadah
1. Menjadi Manusia Pilihan Allah
Orang yang mampu menghadapi musibah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan akan dipilih Allah kelak di akhirat.
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: "Jika Allah mencintai seorang hamba maka dia akan mencobanya dengan cobaan yang tidak ada obatnya. Jika dia sabar maka Allah memilihnya dan jika dia ridha maka Allah menjadikannya pilihan."
2. Mendapat Ridha Allah
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih utama di sisi Allah selain menahan kemarahan karena mengharapkan ridha Allah ta'ala".
3. Mendapat Keselamatan
Nabi Muhammad Saw bersabda: "Sabar itu salah satu wasiat dari beberapa wasiat Allah ta'ala di bumi, barang siapa menjaganya maka dia selamat dan barang siapa menyia-nyiakannya maka dia celaka."
4. Memperoleh 700 Derajat
Rasulullah Saw bersabda: "Sabar ketika mendapat musibah itu memperoleh tujuhratus derajat.".
5. Lebih Baik dari Dunia Seisinya
Rasulullah Saw bersabda: " Sabar sesaat itu lebih baik dari dunia seisinya".
6. Mendapat Pahala
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: " Sabar itu ada empat : sabar dalam menjalankan fardhu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia dan sabar dalam kefakiran. Sabar dalam menjalankan kewajiban adalah taufik, sabar dalam menghadapi musibah berpahala, sabar dalam menghadapi gangguan manusia adalah cinta dan sabar dalam kefakiran adalah ridlo Allah ta'ala."
7. Diringankan Timbangan di Hari Kiamat
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: "Ketika terjadi musibah pada seorang hamba, baik pada badannya, hartanya atau anaknya kemudian dia menghadapinya dengan kesabaran yang baik maka pada hari kiamat Allah malu untuk memasang timbangan baginya dan malu untuk membentangkan buku catatan amalannya".[yy/iNews]
Wallahu A'lam Bishshawab.
Artikel Terkait:
- Sahih Bukhari
- HR Bukhari No 2941: Karena adanya pernyataan orang tentang haji ashghar maka Abu Bakar mengumumkan pada musim haji tahun itu bahwa haji akbar adalah saat orang-orang musyrik tidak berhaji pada haji wada' |nahar.musyrik.thawaf|
- HR Bukhari No 2596: Aku kehilangan satu ayat yang aku pernah dengar. Aku mendapatkannya pada Khuzaimah bin Tsabit, seorang sahabat yang persaksiannya dijadikan oleh Rasulullah Saw seperti persaksian dua orang |quran.jihad.sahabat nabi|
- HR Bukhari No 2053: Rasulullah Saw melarang Al Muzabanah yaitu jual beli secara borongan tanpa diketahui takaran atau timbangannya |barter|
- HR Bukhari No 641: Abu Bakar itu hatinya sangat lembut jika membaca Al Quran maka ia akan menangis. Suruhlah dia untuk memimpin shalat |imam.wafat nabi|
- HR Bukhari No 715: Ulangi shalatmu karena kamu belum shalat. Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Quran |surah.tuma'ninah|
- HR Bukhari No 1201: Tidak halal bagi wanita berkabung melebihi tiga hari kecuali bila ditinggal mati suaminya yang saat itu dia boleh berkabung sampai empat bulan sepuluh hari |iddah.suami.istri|
- HR Bukhari No 3109: Rasulullah Saw memerintahkan untuk membunuh cecak. Dahulu cecak ikut membantu meniup api untuk membakar Ibrahim As |fuwaisiq.namrud|
- HR Bukhari No 665: Nabi Saw shalat dengan pendek dan sempurna |imam|
- HR Bukhari No 3778: Yang membunuh Khubaib adalah Abu Sirwa'ah |syuhada.syahid.sahabat nabi|
- HR Bukhari No 486: Rasulullah Saw pernah shalat dengan menggendong cucu Beliau Umamah binti Zainab