Fiqhislam.com - Sikap optimistis merupakan hal yang positif. Tak hanya itu, sikap optimistis ini ternyata kerap disinggung dalam dalil baik itu di Alquran maupun hadis. Isyarat itu menunjukkan bahwa Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang bersikap seperti itu.
Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Husnuzh Zhanni Billah menyebut, terdapat 151 teks baik berupa ayat maupun hadis yang menyinggung soal optimistis. Allah memerintahkan manusia untuk menjauhi sikap putus asa, berbuat sebaik-baiknya dan berbaik sangka pada Allah.
Dari teks-teks tersebut, beliau menjabarkan, manusia akan mendapatkan kenyataan bahwa teks tentang janji untuk membalas perbuatan yang baik, jauh lebih besar jumlahnya daripada teks tentang ancaman karena melakukan dosa. Artinya, Allah sangat menggemari hamba-hambaNya yang bekerja dan bersikap dengan pondasi optimistik.
Di sisi lain, Syekh Aidh al-Qarni dalam kitabnya La Tahzan menjabarkan, rasa cinta dan kasih Allah kepada hambaNya sangatlah besar. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya dalil-dalil yang menjanjikan rahmat. Jumlah dalil-dalil itu, menurut beliau, bahkan jauh lebih banyak daripada dalil mengenai sanksi.
Musibah, cobaan, serta tantangan hidup yang dialami manusia sesungguhnya telah Allah atur sedemikian rupa sesuai dengan kadar kemampuan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan dengan sebuah dalil:
“La yukallifullahu nafsan, illa wus-aha,”. Yang artinya: “Tidaklah Allah berikan beban (cobaan) kepada seseorang kecuali berdasarkan kadar dan kemampuan orang tersebut,”. Dan harus dipahami bahwa, terdapat hal-hal yang tersembunyi di balik Allah dalam menentukan kadar tertenu bagi setiap sesuatu. [yy/republika]
Artikel Terkait:
-
Sahih Bukhari
- HR Bukhari No 3919: Rasulullah Saw pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai pimpinan suatu kaum, dan mereka mengkritik atas kepemimpinanya |sahabat nabi|
- HR Bukhari No 3094: Ini lima sebagai pengganti lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku. Kembailah kepada Rabb-Mu. Aku malu kepada Rabb-ku. Lalu Jibril membawaku hingga sampai di Sidratil Muntaha |isra' mi'raj.shalat.anbiya|
- HR Bukhari No 825: Rasulullah Saw melaksanakan shalat Subuh di waktu yang masih gelap |waktu shalat.imam|
- HR Bukhari No 891: Apabila musuh lebih banyak dari mereka maka mereka shalat dengan berdiri dan di atas kendaraan |khauf|
- HR Bukhari No 103: Janganlah kalian berdusta atas namaku
- HR Bukhari No 2250: Ditanya tentang barang temuan. Umumkan selama satu tahun. Dan jika tidak ada yang mengakuinya maka dapat digunakan oleh penemunya karena itu berarti titipan Allah baginya |halal.haram|
- HR Bukhari No 3913: Segala yang kami tinggalkan hanya sebagai sedekah. Abu Bakar enggan menyerahkan sedikitpun kepada Fatimah sehingga Fatimah emosi. Fatimah tak pernah mengajaknya bicara hingga ia wafat |ghanimah.khulafaur.ahlul bait.amanah|
- HR Bukhari No 3636: Sungguh, Allah telah memuliakanmu. Dari mana kamu tahu bahwa Allah telah memuliakannya. Demi Allah, meskipun aku seorang Nabi, aku tidak tahu apa yang akan aku dapatkan |sahabat nabi.mimpi.amalan|
- HR Bukhari No 983: Gerhana matahari dan gerhana bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat gerhana keduanya maka berdirilah untuk shalat
- HR Bukhari No 3266: Ada dua orang budak wanita yang sedang bernyanyi pada hari-hari Mina. Abu Bakar ra melarang dan menghardik kedua sahaya itu. Biarkanlah wahai Abu Bakar. Karena ini adalah Hari Raya Ied |haji.idhul adha.habasyah|