Fiqhislam.com - Tidak hanya melalui ibadah mahdhah, seperti shalat dan puasa, pahala juga bisa diraih lewat setiap perbuatan yang kita lakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Ketentuan ini tercantum dalam surah adz-Dzariyat ayat 56. Dalam ayat itu, Allah telah berfirman, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah ke padaku."
Ustaz M Shoffar Mawardi menjelaskan, ayat di atas menunjukkan, hidup dan matinya manusia merupakan ibadah. "Jadi, apa yang kita jalankan, semuanya ibadah. Lagi senang ibadah, lagi susah ibadah. Kaya ibadah, fakir pun ibadah. Jangan sampai ada yang nggak menjadi ibadah, rugi," tuturnya dalam Kajian Tauhid di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, belum lama ini.
Dia menilai, upaya kita dalam memenuhi hajat hidup harus pula bernilai ibadah. Diantaranya, dengan selalu mengingat Allah, sebab manusia selalu membutuhkan Allah SWT.
Tetapi, Ustaz Shoffar mengatakan, terkadang manusia lupa sehingga Allah berfirman dalam surah al-Fajr ayat 15, "Adapun manusia apabila Tuhannya meng ujinya lalu dia dimuliakan- Nya dan di beri-Nya kesenangan. Maka dia akan berkata: Tuhanku telah memuliakanku." "Tidak ada manusia yang tidak butuh Allah. Hal itu karena pertama, kita butuh ampunan Allah," ujar Ustaz Shoffar.
Ustaz Shoffar menambahkan, Islam tidak menuntut kita selalu berbuat benar dan lurus karena manusia menjadi tempatnya salah dan lupa. Tetapi, kita tidak boleh lama-lama berbuat dosa sehingga harus segera menuju ampunan Allah yang sangat luas.
Selain ampunan Allah, kata dia, manusia juga membutuhkan rahmat Allah. Tanpa rahmat Allah, kita tidak bisa membangun rumah tangga, bangsa, maupun negara. "Maka, lakukan sesuatu yang baik. Kita harus selalu menyebut asma Allah sebelum melakukan sesuatu," ujarnya.
Ustaz Shoffar melanjutkan, manusia pun membutuhkan rizki dari Allah. Dengan harapan, kebutuhan hidup tercukupi, utang terlunasi, dan biaya sekolah anak terpenuhi. "Tidak ada yang bisa memberikan rizki selain Allah. Kita butuh Allah supaya kita di dunia berakhir baik, mulia, sekaligus khusnul khotimah," kata dia.
Ia menegaskan, hal penting yang harus diperhatikan, yakni Allah membagikan rizki kepada hambanya lewat dua jalur. Pertama, jalur istidraj, kedua, jalur nikmat. "Jalur istidraj, yakni Allah memberikan rezeki berupa harta, pangkat, dan lainnya kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Orang-orang yang menganggap ayat-ayat Allah bohong dan mendustakan Allah, diistidraj oleh Allah," jelasnya.
Orang bisa mendapatkan istidraj tanpa syarat. Mereka yang ahli maksiat bahkan kafir berkesempatan mendapatkannya. "Hanya saja, kita jangan sampai takjub dengan harta istidraj sebab istidraj ujung-ujungnya kebinasaan serta kehinaan. Di Alquran telah diabadikan contohnya. Tentu, kita nggak inginkan ini," kata Ustaz Shoffar.
Jadi, ia mengimbau agar kaum Muslimin menjemput karunia Allah secara baik atau dengan jalur nikmat. Setiap shalat, kita pun dituntun oleh Allah harus selalu membaca al-Fatihah.
"Total al-Fatihah yang dibaca dalam shalat 17 kali, maka 17 kali kita meminta jalan yang lurus. Bukan jalan yang dimurkai, bukan pula jalan yang sesat. Mereka yang berada di jalan lurus diberi nikmat sementara mereka yang sesat diberi istidraj," jelasnya. [yy/republika]